Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 6: 35+41-51
Kita tidak akan dapat menduga
kematian bisa datang kapan saja. Sehingga kita harus menyadari bahwa ada
keterbatasan kita memahami hidup ini, dan kita juga dibatasi oleh waktu untuk
hidup di dunia ini. Sehingga bukanlah terlalu berlebihan jika sering dikatakan
hidup di dunia ini sifatnya adalah fana, hanya sementara.
Paulus menuliskan di Roma 6:23 “Upah
dosa adalah maut”. Manusia harus menghadapi yang namanya kematian, sebab itulah
konsekuensi dari dosa yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Namun konsekuensi
dari dosa tidaklah hanya secara fisik, tetapi juga kematian kekal yang abadi,
yakni hukuman atas dosa yang dilakukan oleh manusia itu.
Hal inilah yang ingin diingatkan
oleh Tuhan Yesus: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan
dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (ayat 51). Tuhan Yesus
membuka jalan kepada manusia untuk menerima kehidupan yang sesungguhnya yang
disediakan oleh Allah kepada manusia. Sehingga Ia menyatakan diriNya sebagai
Roti Hidup yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kehidupan yang
kekal.
Yesus mengajarkan supaya manusia
itu tidak disibukkan oleh pekerjaan yang sia-sia menghabiskan tenaga dan
hari-harinya hanya mencari roti yang dapat binasa yang hanya mengenyangkan
sesaat saja. Roti kehidupan itu akan membuat orang yang memakannya tidak akan
lapar dan haus lagi (ayat 35).
Dalam nas kita ini dikatakan bahwa
orang Yahudi menolak dengan bersungut-sungut akan apa yang diungkapkan oleh
Tuhan Yesus tentang diriNya sebagai Roti Hidup yang turun dari sorga. Orang Yahudi
yang mendengar apa yang dikatakan oleh Yesus tadi tidak dapat menerima karena
melihat kemanusiaaNya. Mereka tidak dapat menerima Yesus yang mereka kenal
sebagai anak Yusuf tukang kayu bisa turun dari sorga. Kalaupun ada yang turun
dari sorga itu paling malaikat utusan Allah, bukan manusia yang sama dengan
mereka hidup dalam darah dan daging.
Namun apapun pendapat mereka
tentang Yesus, tetap Dia memperkenalkan diriNya sebagai Roti Hidup yang di utus
oleh Bapa ( ay.44) dan hanya Dia sajalah yang pernah melihat Bapa (ay.46). Yesus
memperkuat pengakuanNya sebagai Roti Hidup bahwa Dia tidak dapat dinilai hanya
dari segi kemanusiaanNya.
Lebih jauh Yesus menyatakan lagi
tentang Roti Hidup yang diperkenalkanNya itu bukanlah sebagaimana yang mereka
ketahui seperti Manna yang turun dari sorga, walaupun roti itu turun dari
sorga, namun orang memakannya tetaplah mati. Namun tidak demikian dengan Roti
Hidup yang datang dari sorga ini, setiap yang menerimaNya akan memperoleh hidup
yang kekal.
Ketika hati manusia terpikat untuk
terfokus hanya memperhatikan kebutuhan fisik, maka hatinya juga dapat semakin
tertutup untuk menerima kebenaran Tuhan. Semakin manusia itu mencurahkan
seluruh waktu dan tenaganya untuk kenikmatan dunia ini dapat membawa hidupnya
melupakan Roti Kehidupan yang dijanjikan oleh Yesus.
Yesus menyatakan diriNya sebagai
Roti Kehidupan bukanlah ingin mengatakan tidak penting mencari kehidupan
jasmani, namun Yesus ingin mengajar kita bahwa ada kehidupan yang mengatasi
semua liku-liku kehidupan di dunia ini. Jika kehidupan yang utama itu kita
peroleh maka Tuhan juga akan memperlihatkan bagi kita roti kehidupan kita di
dunia ini, Tuhan hanya ingin suaya kita mengenal siapa yang mengatasi kehidupan
ini dan kita hanya percaya kepadaNya saja.
Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 6: 35+41-51
Kita tidak akan dapat menduga
kematian bisa datang kapan saja. Sehingga kita harus menyadari bahwa ada
keterbatasan kita memahami hidup ini, dan kita juga dibatasi oleh waktu untuk
hidup di dunia ini. Sehingga bukanlah terlalu berlebihan jika sering dikatakan
hidup di dunia ini sifatnya adalah fana, hanya sementara.
Paulus menuliskan di Roma 6:23 “Upah
dosa adalah maut”. Manusia harus menghadapi yang namanya kematian, sebab itulah
konsekuensi dari dosa yang telah masuk dalam kehidupan manusia. Namun konsekuensi
dari dosa tidaklah hanya secara fisik, tetapi juga kematian kekal yang abadi,
yakni hukuman atas dosa yang dilakukan oleh manusia itu.
Hal inilah yang ingin diingatkan
oleh Tuhan Yesus: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan
dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya” (ayat 51). Tuhan Yesus
membuka jalan kepada manusia untuk menerima kehidupan yang sesungguhnya yang
disediakan oleh Allah kepada manusia. Sehingga Ia menyatakan diriNya sebagai
Roti Hidup yang harus dimiliki setiap orang yang ingin menerima kehidupan yang
kekal.
Yesus mengajarkan supaya manusia
itu tidak disibukkan oleh pekerjaan yang sia-sia menghabiskan tenaga dan
hari-harinya hanya mencari roti yang dapat binasa yang hanya mengenyangkan
sesaat saja. Roti kehidupan itu akan membuat orang yang memakannya tidak akan
lapar dan haus lagi (ayat 35).
Dalam nas kita ini dikatakan bahwa
orang Yahudi menolak dengan bersungut-sungut akan apa yang diungkapkan oleh
Tuhan Yesus tentang diriNya sebagai Roti Hidup yang turun dari sorga. Orang Yahudi
yang mendengar apa yang dikatakan oleh Yesus tadi tidak dapat menerima karena
melihat kemanusiaaNya. Mereka tidak dapat menerima Yesus yang mereka kenal
sebagai anak Yusuf tukang kayu bisa turun dari sorga. Kalaupun ada yang turun
dari sorga itu paling malaikat utusan Allah, bukan manusia yang sama dengan
mereka hidup dalam darah dan daging.
Namun apapun pendapat mereka
tentang Yesus, tetap Dia memperkenalkan diriNya sebagai Roti Hidup yang di utus
oleh Bapa ( ay.44) dan hanya Dia sajalah yang pernah melihat Bapa (ay.46). Yesus
memperkuat pengakuanNya sebagai Roti Hidup bahwa Dia tidak dapat dinilai hanya
dari segi kemanusiaanNya.
Lebih jauh Yesus menyatakan lagi
tentang Roti Hidup yang diperkenalkanNya itu bukanlah sebagaimana yang mereka
ketahui seperti Manna yang turun dari sorga, walaupun roti itu turun dari
sorga, namun orang memakannya tetaplah mati. Namun tidak demikian dengan Roti
Hidup yang datang dari sorga ini, setiap yang menerimaNya akan memperoleh hidup
yang kekal.
Ketika hati manusia terpikat untuk
terfokus hanya memperhatikan kebutuhan fisik, maka hatinya juga dapat semakin
tertutup untuk menerima kebenaran Tuhan. Semakin manusia itu mencurahkan
seluruh waktu dan tenaganya untuk kenikmatan dunia ini dapat membawa hidupnya
melupakan Roti Kehidupan yang dijanjikan oleh Yesus.
Yesus menyatakan diriNya sebagai
Roti Kehidupan bukanlah ingin mengatakan tidak penting mencari kehidupan
jasmani, namun Yesus ingin mengajar kita bahwa ada kehidupan yang mengatasi
semua liku-liku kehidupan di dunia ini. Jika kehidupan yang utama itu kita
peroleh maka Tuhan juga akan memperlihatkan bagi kita roti kehidupan kita di
dunia ini, Tuhan hanya ingin suaya kita mengenal siapa yang mengatasi kehidupan
ini dan kita hanya percaya kepadaNya saja.
No comments :
Post a Comment