Sebab Allah memberikan kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan, kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Timotius 1:7)
Paulus memperlihatkan dan
menasihatkan Timotius untuk melalukan tiga hal. Pertama, untuk mengobankan
karunia Allah yang diterimanya melalui penumpangan tangan Paulus. Karunia yang
dimaksud disini adalah segala pemberian Allah yang memungkinkan dan
memperlengkapi Timotius untuk melayani di jemaat Efesus.
Karena itu, Paulus
menasihatkan Timotius untuk mempergunakan Karunia itu dengan lebih “berkobar
lagi”. Kedua, agar Timotius tidak merasa malu memberitakan Injil dari Tuhan.
Kemungkinan untuk merasa malu ini nyata bagi Timotius, karena Injil itu adalah
dari Tuhan Yesus Kristus yang mati disalibkan sebagai seorang kriminal; Injil
yang juga diberitakan oleh Paulus yang kini meringkuk sebagai tahanan. Ketiga,
agar Timotius mau ikut menderita bagi injil tersebut. Kata “ikut menderita” di
ayat ini mengandung makna berbagai penderitaan.
Hal yang patut
direnungkan lebih mendalam lagi adalah alasan-alasan megapa Paulus meminta
Timotius untuk melakukan ketiga hal tersebut. Paulus menunjuk pada apa yang
telah Allah persiapkan. Allah sendiri yang telah memberikan karunia yang
mempersiapkan dan memperlengkapi Timotius untuk pelayan yang sedang
dilakukannya.
Selanjutnya, Allah tidak memberikan “roh ketakutan, melainkan roh
yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. Kata “roh” yang disebut
terakhir jelas menunjukkan kepada Roh Kudus. Hanya Allahlah sember kekuatan,
terutama yang sanggup memberikan kekuatan bagi orang Kristen dalam penderitaan.
Karena itu, hanya Roh Kudus yang sanggup membangkitkan kekuatan dalam diri
Kristen untuk menghadapi tipa tantangan. Juga hanya Roh Kudus yang sanggup
membangkitkkan kasih di dalam diri Kristen secara pribadi, dan diantara sesama
orang Kristen, dan dalam kesaksian mereka dengan orang lain. Terakhir, hanya Roh
Kudus juga yang sanggup menjadi sumber ketertiban hidup atau disiplin diri.
Sumber: Renungan Harian HKBP Tahun 2013
Sebab Allah memberikan kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan, kekuatan, kasih dan ketertiban. (2 Timotius 1:7)
Paulus memperlihatkan dan
menasihatkan Timotius untuk melalukan tiga hal. Pertama, untuk mengobankan
karunia Allah yang diterimanya melalui penumpangan tangan Paulus. Karunia yang
dimaksud disini adalah segala pemberian Allah yang memungkinkan dan
memperlengkapi Timotius untuk melayani di jemaat Efesus.
Karena itu, Paulus
menasihatkan Timotius untuk mempergunakan Karunia itu dengan lebih “berkobar
lagi”. Kedua, agar Timotius tidak merasa malu memberitakan Injil dari Tuhan.
Kemungkinan untuk merasa malu ini nyata bagi Timotius, karena Injil itu adalah
dari Tuhan Yesus Kristus yang mati disalibkan sebagai seorang kriminal; Injil
yang juga diberitakan oleh Paulus yang kini meringkuk sebagai tahanan. Ketiga,
agar Timotius mau ikut menderita bagi injil tersebut. Kata “ikut menderita” di
ayat ini mengandung makna berbagai penderitaan.
Hal yang patut
direnungkan lebih mendalam lagi adalah alasan-alasan megapa Paulus meminta
Timotius untuk melakukan ketiga hal tersebut. Paulus menunjuk pada apa yang
telah Allah persiapkan. Allah sendiri yang telah memberikan karunia yang
mempersiapkan dan memperlengkapi Timotius untuk pelayan yang sedang
dilakukannya.
Selanjutnya, Allah tidak memberikan “roh ketakutan, melainkan roh
yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban”. Kata “roh” yang disebut
terakhir jelas menunjukkan kepada Roh Kudus. Hanya Allahlah sember kekuatan,
terutama yang sanggup memberikan kekuatan bagi orang Kristen dalam penderitaan.
Karena itu, hanya Roh Kudus yang sanggup membangkitkan kekuatan dalam diri
Kristen untuk menghadapi tipa tantangan. Juga hanya Roh Kudus yang sanggup
membangkitkkan kasih di dalam diri Kristen secara pribadi, dan diantara sesama
orang Kristen, dan dalam kesaksian mereka dengan orang lain. Terakhir, hanya Roh
Kudus juga yang sanggup menjadi sumber ketertiban hidup atau disiplin diri.
Sumber: Renungan Harian HKBP Tahun 2013
No comments :
Post a Comment