Bacaan
Firman Tuhan: Roma 15: 4-13
"Taruk
dari pangkal Isai akan terbit, dan Ia akan bangkit untuk memerintah
bangsa-bangsa, dan kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." Semoga
Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai
sejahtera dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah
dalam pengharapan.
Hal Pertama yang dapat kita
pelajari dalam nas ini, bahwa Paulus menitik beratkan tentang kesatuan dan
kerukunan orang percaya kepada Yesus Kristus dengan mengutip Yesaya 11: 10 yang
mana Paulus menuliskan "Taruk dari pangkal Isai akan terbit,….dan
kepada-Nyalah bangsa-bangsa akan menaruh harapan." Yesus Kristus
adalah jawaban atas pengharapan umat Israel tetapi juga menjadi pengharapan bagi
segala bangsa.
Keselamatan itu datang dari
bangsa Yahudi (Yohanes 4:22) supaya menjadi keselamatan bagi semua bangsa. Yesus Kristus adalah untuk seluruh bangsa,
keselamatan untuk seluruh bangsa dan pengharapan bagi segala bangsa. Maka orang
yang hidup dalam iman kepada Yesus Kristus bukan lagi menonjolkan perbedaan,
menghakimi sesamanya, sebab kita telah di persatukan untuk memuliakan Allah.
Seandainya keselamatan Tuhan
hanya kepada bangsa Israel, tetntunya “perbedaan” tidak akan muncul menjadi
suatu masalah. Tetapi karena keselamatan Tuhan itu adalah untuk semua bangsa,
maka timbul permasalahan karena setiap bangsa memiliki latarbelakang yang berbeda-beda
tradisi, budaya dan bahasa yang berbeda dari bangsa Israel. Namun bagaimanapun
perbedaan itu, sebenarnya tidak akan menjadi masalah ketika setiap orang yang
percaya itu menyadari diriNya telah di satukan dalam Tubuh Kristus.
Bagaimana cara seseorang itu
dalam memuliakan Allah janganlah kita menjadi hakim atas mereka yang
memunculkan kebencian dan permusuhan. Sebagaimana Paulus katakan juga di Roma
14: 20 “Janganlah engkau merusakkan pekerjaan Allah oleh karena makanan”.
Supaya kita jangan jadi merusak pekerjaan yang telah dilakukanNya yaitu
membangun Tubuh Kristus dalam dunia ini.
Sebagaimana Kristus yang telah
menerima semua orang tanpa membeda-bedakan kasihNya demikianlah kita juga
orang-orang yang telah hidup dalam kasihNya tidak lagi memonjolkan perbedaan
(ayat 7). Dari Tubuh Kristus akan memancar kasih, kesatuan dalam perbedaan,
sehingga tidak benar seorang yang menyatakan hidup dalam Tubuh Kristus tetapi
membenci bahkan memusuhi orang yang berbeda dari dia. Dalam Tubuh Kristus kita tidak di beri mandat untuk membenci tetapi
hanya di beri mandat untuk mengasihi, mengasihi tanpa batas.
**
Hal kedua yang bisa kita
pelajari dari nas ini, bahwa orang percaya tidak lagi melihat perbedaan yang
ada, tetapi melihat visi ke depan, yaitu pengharapan yang sama yakni kepada
Yesus Kristus. Bukan saatnya lagi kita untuk memperdebatkan perbedaan, tetapi
sudah waktunya kita mengeksplorasi/menggali kekayaan yang terkadung di dalam
iman kepada Yesus Kristus, yaitu masa depan yang penuh harapan.
Janji keselamatan yang
diberitakan oleh Tuhan melalui para nabi dalam Perjanjian Lama menjadi
pengharapan umat Israel untuk tetap bertekun di dalam iman. Sebagaimana Paulus
mengatakannya dalam ayat 4 bahwa hal itu menjadi pelajaran bagi umat untuk
tetap teguh berpengharapan.
Pengharapan umat akan
tergenapinya janji keselamatan Tuhan bukanlah suatu utopia yang konyol, tetapi
janji itu telah menjadi kenyataan. Keselamatan dari Allah yang telah nyata atas
kehidupan umat, bahkan keselamatan bagi seluruh manusia.
Allah sumber pengharapan itu
telah nyata atas kehidupan manusia. Yesus Kristus adalah satu-satunya harapan
bagi keselamatan manusia, bahwa tidak ada harapan lain yang membawa pada
keselamatan selain di dalam Yesus.
Mengapa
Yesus satu-satunya harapan hidup kita? Sebab Allah telah menggenapi
janji KeselamatanNya di dalam Yesus Kristus. Maka jika kita memiliki
pengharapan di dalam iman kepada Yesus Kristus bukanlah angan-angan, bukan pula
janji-janji kosong. Jika bukan kepada
Allah yang telah melawat umatNya kita berpengharapan, terus kepada siapa lagi
kalau bukan kepada-Nya? Pengharapan yang sedang kita bicarakan ini adalah pengharapan
yang memancar keluar dari iman, sebab jika bukan dari iman itu namanya
angan-angan atau hayalan. Demikian juga sebaliknya, iman tanpa pengharapan maka
iman itu akan layu dan mati.
Paulus dalam ayat 13
menasehatkan agar kita berlimpah-limpah dalam pengharapan.
Seperti bejana atau ember penampungan air yang tidak pernah kosong tetapi tetap
terus terisi sampai luber. Sebab dalam
pengharapan itu terkandung sukacita dan damai sejahtera.
Tidak perduli apapun yang
sedang terjadi ketika kita memiliki pengharapan, maka sukacita dan damai
sejahtera itu akan menguatkan dan
menyembuhkan kita untuk tetap berjalan meraih masa depan yang pasti di dalam
Tuhan.
Sebagaimana Andar Ismail dalam
renungannya tentang pengharapan mengatakan bahwa “pengharapan harus di bayar
dengan harga yang mahal”. Sebab kita harus berhadapan dengan kenyataan yang
jauh dengan pengharapan kita. Seperti seorang pasien yang bersedia untuk di
operasi. Kesediaannya untuk di operasi adalah bukti akan pengharapannya, namun
dia harus melalui masa-masa yang sulit dan nyeri pasca operasi.
Maka dibutuhkan kesabaran dan
ketekunan, sebab pengharapan sifatnya adalah ke-belum-an atau yang masih akan
terjadi. Sebagaimana juga yang di sampaikan oleh Paulus tentang Pengharapan di
Roma 8: 24-28 “Tetapi pengharapan yang dilihat, bukan pengharapan lagi….tetapi jika
kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun”.
Sehingga orang percaya yang berpengharapan
bukanlah sedang menantikan apa yang sedang diharapkannya pasti akan terpenuhi, tetapi
“Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi
mereka yang mengasihi Dia” (Roma 8:28). Yang membuat kita bertahan hidup,
tetap memegang teguh Iman adalah karena kita memiliki pengharapan. Jika kita
tidak lagi memiliki pengharapan di dalam iman tentu kita sudah stress,
menderita tidak lagi ada kebahagiaan dan pastinya keselamatan hidup yang kekal
bukan lagi bahagian hidup kita.
No comments :
Post a Comment