Bacaan Firman Tuhan:
Markus 7: 24-37
“Ia menjadikan segala-galanya baik”
Pada nas Firman Tuhan ini diberitakan tentang mujizat Tuhan
Yesus melalui kesembuhan dua orang yang sakit. Pertama, tentang seorang ibu yang anaknya perempuan kerasukan roh
jahat. Mujizat diperlihatkan Tuhan Yesus hanya dengan kepercayaan perempuan
Siro-Fenisia itu, yang tanpa dilihat dan di jabah, namun Yesus mengusir roh
jahat itu dari jarak jauh. Kedua,
menyembuhkan seorang yang tuli dan yang gagap. Yang ini berbeda dari yang
pertama, sebab Yesus dengan jelas memperlihatkan langkah-langkah penyembuhan
kepada fisik orang sakit itu.
Jika kita mempelajari ke dua orang sakit itu, ada kesamaan
dari konsekuensi atau akibat dari sakit itu, yaitu putusnya komunikasi dengan
orang lain. Jika orang yang dirasuki roh jahat, tentunya kalaupun berbicara,
itu bukanlah ucapannya tetapi itu adalah perkataan setan. Demikian halnya
dengan yang tuli dan yang gagap itu, dia tidak mampu mendengar apa yang orang
lain ucapkan dan tidak pula dapat menanggapi dengan ucapan akan apa yang
disampaikan orang lain.
Inilah pesan yang ingin disampaikan nas Firman Tuhan ini,
mujizat kesembuhan yang diperbuat oleh Tuhan Yesus bukan hanya memperlihatkan
kuasaNya sebagai penyembuh fisik manusia, tetapi ingin memperlihatkan pada kita
kuasa ke-Mesiasan yang dimiliki oleh Yesus untuk menyembuhkan rohani manusia yang
sakit yang menyebabkan putusnya hubungan/komunikasi manusia dengan Allah. Yesus
menjadi perantara perdamaian manusia dengan Allah. Sebagaimana yang tertulis di
Mazmur 103: 3 “Dia yang mengampuni
segala kesalahanmu, yang menyembuhkan segala penyakitmu”.
Tuhan Yesus ingin menyembuhkan sakit yang diderita oleh
manusia yaitu dosa. Supaya setiap yang percaya dan datang padaNya akan
diberikan kesembuhan dari kuasa dosa yang membawa kepada kematian. Tuhan Yesus datang
untuk menyembuhkan supaya kita memperoleh hidup yang dari Tuhan. Hidup sejati
yang abadi.
Kerasukan Roh Jahat
Jika sekilas kita membaca ucapan Yesus kepada perempuan
Siro-Fenisia itu, apalagi jika hubungkan dengan budaya ketimuran kita, yang
mengatakan: “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti
yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing”. Mungkin
kita akan tersinggung jika dikatakan kita “anjing”.
Ternyata perempuan itu tidak memperlihatkan sikap
ketersinggungan, justru yang terjadi perempuan itu menanggapi dengan
kepercayaan kepada kuasa Yesus "Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di
bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak."
Sehingga kita juga tidak langsung berpikiran yang aneh
menanggapi ucapan Yesus ini. Sebab Yesus membaca situasi yang terjadi ketika
itu, sebab Yesus berada pada posisi di rumah yang mungkin adalah rumah seorang
Yahudi, sementara yang datang meminta kesembuhan itu adalah seorang perempuan
dari kebudayaan Yunani yang bagi orang Yahudi adalah bangsa kafir.
Bagi orang Yahudi kata “anjing” adalah pemakaian kata untuk
merujuk pada orang kafir, sementara bagi orang Yunani, kata “anjing” tidaklah
selalu bermakna negatif, namun bagi mereka kata itu merujuk pada makna
kesayangan (sebagaimana menyayangi binatang peliharaan).
Sebagaimana amanat agung Tuhan Yesus “kamu akan menjadi saksi-Ku di
Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi” (Kis.
1:8). Berita keselamatan dari Yesus adalah untuk seluruh manusia, bukan hanya
kepada orang Israel saja. Namun ketika kedatangan perempuan itu, Yesus ingin
menyatakan bahwa belum datang waktunya berita itu sampai kepada bangsa lain.
Namun demikian, Yesus melihat kepercayaan perempuan itu,
walaupun saatnya belum tiba tetapi imannya sanggup menembus batas-batas
kemanusiaan (bangsa, adat). Kepercayaannya kepada kuasa Yesus yang tak akan
dapat dihalangi dan dibatasi, bahwa segala sesuatunya mungkin bagi Allah. Kelebihan
dari perempuan itu adalah kemampuannya memahami ucapan/perkataan Yesus bukan
seperti orang Farisi dan ahli taurat yang keras kepala dalam kebodohannya.
Sebagaimana pergumulan si ibu ini atas penyakit anak
perempuannya, demikian juga banyaknya para orangtua saat ini yang bergumul akan
roh-roh dunia yang merasuki hidup generasi muda saat ini. Kenakalan remaja,
pergaulan bebas, seks bebas, narkoba dan juga kemajuan teknologi yang terus
berkembang yang membawa generasi-generasi “anti sosial”.
Kita belajar dari ibu ini, yang dengan kesungguhan mau
mempercayakan hidup anaknya kepada Yesus. Anak-anak kita butuh Tuhan Yesus,
mereka butuh perlindungan Tuhan Yesus dan hanya Tuhan Yesus yang dapat menyembuhkan
mereka dari kuasa roh-roh dunia yang merusak masa depan anak-anak kita.
Yang tuli dan gagap
Kepada yang sakit ini, jelas diberitakan kepada kita
bagaimana perbuatan Yesus yang dengan praktek memperlihatkan kesembuhan kepada
orang tuli dan yang gagap itu. Yesus membawa yang sakit itu sendiri kemudian
memasukan jariNya ke teliga dan Ia meludah dan merabah lidah yang sakit itu. Yesus
kemudian menarik nafas dan berkata “Efata”.
Diperlihatkan pada kita bagaimana sikap emosi kesedihan Yesus
dengan tindakanNya kepada teliga dan lidah sambil bernafas panjang. Yesus berduka
atas teliga manusia yang tidak terbuka untuk mendengar Firman Tuhan dan mulut manusia
yang tidak terbuka untuk memuji dan memuliakan Tuhan.
Tuhan meyembuhkan kita:
Supaya bukan roh-roh dunia yang merasuki hidup kita, tetapi
Roh Kudus yang member kehidupan
Supaya telinga kita terbuka mendengar suara Tuhan, bukan
suara iblis
Supaya mulut kita terbuka memberitakan Injil dan memuji Tuhan,
bukan memberitakan kejahatan dan keangkuhan dan kesombongan atas kekuatan diri
sendiri.
No comments :
Post a Comment