Bacaan Firman Tuhan:
Markus 10: 2-16
“Sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu” – Markus 10: 8
Tentang pernikahan, Tuhan Yesus dengan tegas mengatakan: “Apa
yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”. Sebab Tuhanlah
yang mempersatukan laki-laki dan perempuan menjadi satu daging, maka tidak ada
hak siapapun untuk menceraikan yang telah dipersatukan Allah.
Jika ada yang mau
bercerai, itu artinya dia telah menentang keputusan Allah atas hidupnya.
Ikatan pernikahan yang dibuat oleh Tuhan tidak hanya sebatas
pada satu daging, tetapi juga kesatuan yang utuh dan menyeluruh. Maka kesatuan
dalam pernikahan yang dibentuk oleh Allah pada hakikatnya juga satu dalam iman,
kasih, kesetiaan, pergumulan dan sukacita. Maka orang Kristen tidak dapat
memandang ikatan pernikahan hanya sebatas pada ikatan daging saja.
Nas firman Tuhan ini ingin mengingatkan kita kembali ketika
menerima pemberkatan pernikahan. Dari sekian lama waktu yang sudah berlalu,
kita patut merenungkan kembali “hal-hal
apakah yang telah terjadi ditengah-tengah kehidupan pernikahan kita?” dan “apa hasil perenungan kita dari sekian lama
kita telah membangun rumah tangga dengan pasangan kita”.
Dari nas ini kita dapat melihat bahwa sesungguhnya masalah “perceraian” sudah sejak lama ada. Namun
yang mungkin membedakannya adalah penyebab perceraian pada jaman kita saat ini
sudah lebih kompleks. Bisa itu terjadi karena tidak sehati sepikiran, ekonomi,
keturunan, nafsu, dan sebagainya. Tetapi apapun alasan yang mungkin dapat
dikemukakan, tetap Allah tidak dapat menerima perceraian.
Mengapa bisa muncul perceraian? Satu hal yang sangat mendasar
yang harus dipahami adalah motivasi seseorang atau pasangan yang hendak
menikah. Ketika pernikahan itu dilandaskan oleh keinginan daging, maka besar
kemungkinan pernikahan itu akan menuju titik buntu. Tetapi hanya ada satu
motivasi pernikahan yang dapat membuat pernikahan mendapat berkat Tuhan, yakni
ketika pasangan menyadari bahwa pernikahan itu adalah untuk memenuhi kehendak
Tuhan bukan kehendak pribadi atau manusia. Kasih kepada pasangan hidup terjalin
adalah karena kasih kita kepada Allah.
Selanjutnya, Tuhan Yesus juga mengajar tentang anak-anak. Dia
mengatakan: “Biarkan anak-anak itu datang kepada-Ku, jangan menghalang-halangi
mereka”. Berbicara tentang pernikahan, maka kita juga akan berbicara
tentang anak sebagai buah pernikahan. Kekudusan pernikahan itu sendiri akan secara
otomatis pasti juga akan tersalur kepada anak.
Tetapi sebaliknya, pernikahan yang tidak melandaskan motivasi
yang benar dapat berpengaruh dalam hal pengajaran kepada anak. Pernikahan yang
tidak mengenal kasih dan kesetiaan pada Tuhan dapat menjadi penghalang bagi
anak untuk datang kepada Yesus. Maka mau
kemana kita membawa anak kita? Membawa pada kehidupan atau kematian?
Dalam perjalanan pernikahan yang terbentuk, aka nada banyak
pengalaman-pengalaman hidup yang silih berganti dapat dialami. Namun ketika
berhadapan pada masalah hidup yang sesulit apapun tidak akan pernah ada niat
untuk “bercerai” ketika kita menyadari bahwa Tuhanlah yang mempersatukan dan
mengikat kita dalam pernikahan. Justru keluarga akan menjadi wadah dimana kita
akan semakin mengenal Tuhan dalam setiap persoalan hidup yang kita lalui.
No comments :
Post a Comment