Bacaan
Firman Tuhan: Keluaran 17: 1-7
Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba,
oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai
TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau
tidak?"
Nas ini menjadi perenungan
dan sekaligus pelajaran bagi kita dalam perjuangan kita dalam hidup ini. Jika
saat ini di tanyakan pada kita, pernahkah kita seperti bangsa Israel yang
bersungut-sungut ini? Sejatinya, yang permasalahan dalam nas ini bukanlah masalah
sungut-sungut ini, namun yang hendak diperlihatkan pada kita saat ini adalah
tiadanya iman mereka dalam menghadapi kesulitan. dengan jelas mereka mengatakan
“Adakah Tuhan ditengah-tengah kita atau
tidak?”. Inilah yang menunjukkan ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan.
Perjalanan yang mereka lalui adalah sesuai dengan titah Tuhan. Tuhanlah yang
menuntun dan mengarahkan perjalanan mereka, namun mereka tetap harus mengatakan
demkian.
Kita dapat melihat
bagaimana ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan melalui apa yang sudah terjadi
sebelumnya atas kehidupan mereka. Sampai dengan nas ini, mereka sudah 4 kali
bersungut-sungut kepada Tuhan, yaitu: ketika mereka dikejar
tentara Mesir, air pahit di Mara, meminta daging dan roti di padang gurun Sin,
dan sampailah pada nas bacaan kita kali ini yang mana mereka bersungut-sungut
karena ketiadaan air. Kejadian ini membuat Musa bertengkar dengan bangsa
Israel.
Jika dalam satu kejadian
mereka bersungut-sungut mungkin hal itu bisa diterima, namun jika hal itu terus
berulang-ulang terjadi hingga empat kali, maka itu bukan lagi suatu kewajaran.
Tidakkah seharusnya mereka dapat belajar dan memahami apa yang telah diperbuat
Allah pada mereka di waktu sebelumnya? Namun justru mereka memperlihatkan
dengan tegas ketidakpercayaan mereka. Maka ada beberapa hal yang dapat kita
pelajari melalui nas ini:
1.
Hidup bersama Tuhan bukan berarti kita
tidak lagi menghadapi pergumulan dan tantangan hidup. Namun kita akan
mengatakan, bersama Tuhan apa yang tidak dapat kita lalui, apa yang tidak dapat
kita hadapi, apa yang tidak dapat kita selesaikan. Sebab Tuhan ada bersama
dengan kita. Demikianlah umat Israel dalam perjalanannya keluar dari Mesir,
mereka berjalan sesuai dengan titah Tuhan, namun tidaklah artinya kesulitan itu
tidak aka nada lagi.
2.
Kita juga diarahkan untuk tidak
bersungut-sungut ketika persoalan hidup itu di depan kita. Jika kita boleh
menoleh ke belakang melihat apa yang sudah terjadi, terlebih ketika kita
menghadapi masalah dan pergumulan hidup. Kita ditanyakan, apakah kita dapat melalui
semuanya itu? Jika kita dapat melalui kesulitan pada masa yang lalu, kenapa
kita tidak bisa menghadapi kesulitan yang akan datang? Kita percaya bahwa Tuhan
bekerja dan mengawal kehidupan orang percaya.
Ingatan yang seperti inilah yang tidak ada
pada umat Israel dalam perjanannya, mereka dengan cepat lupa bagaimana
tantangan dalam perjalanan mereka dapat dilalui berkat pertolongan Tuhan.
3.
Dan yang paling penting untuk kita
pergumulkan melalui nas ini, bahwa ternyata umat Israel lebih mendengarkan
suara perutnya daripada suara Tuhan. Inilah sebabnya mereka terus
berulang-ulang bersungut-sungut. Sampai kapanpun kita akan menjadi umat yang
bersungut-sungut jika dasar iman kita tidak jelas. Apakah iman kita itu berada
di tepi jalan, di bebatuan, di semak berduri atau di tanah yang baik. Tanpa
memahami dan mempercayai keberadaan Tuhan dalam kehidupan kita, tentulah kita
akan tetap menjadi umat yang cengeng yang tahu hanya menuntut.
Bacaan
Firman Tuhan: Keluaran 17: 1-7
Dinamailah tempat itu Masa dan Meriba,
oleh karena orang Israel telah bertengkar dan oleh karena mereka telah mencobai
TUHAN dengan mengatakan: "Adakah TUHAN di tengah-tengah kita atau
tidak?"
Nas ini menjadi perenungan
dan sekaligus pelajaran bagi kita dalam perjuangan kita dalam hidup ini. Jika
saat ini di tanyakan pada kita, pernahkah kita seperti bangsa Israel yang
bersungut-sungut ini? Sejatinya, yang permasalahan dalam nas ini bukanlah masalah
sungut-sungut ini, namun yang hendak diperlihatkan pada kita saat ini adalah
tiadanya iman mereka dalam menghadapi kesulitan. dengan jelas mereka mengatakan
“Adakah Tuhan ditengah-tengah kita atau
tidak?”. Inilah yang menunjukkan ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan.
Perjalanan yang mereka lalui adalah sesuai dengan titah Tuhan. Tuhanlah yang
menuntun dan mengarahkan perjalanan mereka, namun mereka tetap harus mengatakan
demkian.
Kita dapat melihat
bagaimana ketidakpercayaan mereka kepada Tuhan melalui apa yang sudah terjadi
sebelumnya atas kehidupan mereka. Sampai dengan nas ini, mereka sudah 4 kali
bersungut-sungut kepada Tuhan, yaitu: ketika mereka dikejar
tentara Mesir, air pahit di Mara, meminta daging dan roti di padang gurun Sin,
dan sampailah pada nas bacaan kita kali ini yang mana mereka bersungut-sungut
karena ketiadaan air. Kejadian ini membuat Musa bertengkar dengan bangsa
Israel.
Jika dalam satu kejadian
mereka bersungut-sungut mungkin hal itu bisa diterima, namun jika hal itu terus
berulang-ulang terjadi hingga empat kali, maka itu bukan lagi suatu kewajaran.
Tidakkah seharusnya mereka dapat belajar dan memahami apa yang telah diperbuat
Allah pada mereka di waktu sebelumnya? Namun justru mereka memperlihatkan
dengan tegas ketidakpercayaan mereka. Maka ada beberapa hal yang dapat kita
pelajari melalui nas ini:
1.
Hidup bersama Tuhan bukan berarti kita
tidak lagi menghadapi pergumulan dan tantangan hidup. Namun kita akan
mengatakan, bersama Tuhan apa yang tidak dapat kita lalui, apa yang tidak dapat
kita hadapi, apa yang tidak dapat kita selesaikan. Sebab Tuhan ada bersama
dengan kita. Demikianlah umat Israel dalam perjalanannya keluar dari Mesir,
mereka berjalan sesuai dengan titah Tuhan, namun tidaklah artinya kesulitan itu
tidak aka nada lagi.
2.
Kita juga diarahkan untuk tidak
bersungut-sungut ketika persoalan hidup itu di depan kita. Jika kita boleh
menoleh ke belakang melihat apa yang sudah terjadi, terlebih ketika kita
menghadapi masalah dan pergumulan hidup. Kita ditanyakan, apakah kita dapat melalui
semuanya itu? Jika kita dapat melalui kesulitan pada masa yang lalu, kenapa
kita tidak bisa menghadapi kesulitan yang akan datang? Kita percaya bahwa Tuhan
bekerja dan mengawal kehidupan orang percaya.
Ingatan yang seperti inilah yang tidak ada
pada umat Israel dalam perjanannya, mereka dengan cepat lupa bagaimana
tantangan dalam perjalanan mereka dapat dilalui berkat pertolongan Tuhan.
3.
Dan yang paling penting untuk kita
pergumulkan melalui nas ini, bahwa ternyata umat Israel lebih mendengarkan
suara perutnya daripada suara Tuhan. Inilah sebabnya mereka terus
berulang-ulang bersungut-sungut. Sampai kapanpun kita akan menjadi umat yang
bersungut-sungut jika dasar iman kita tidak jelas. Apakah iman kita itu berada
di tepi jalan, di bebatuan, di semak berduri atau di tanah yang baik. Tanpa
memahami dan mempercayai keberadaan Tuhan dalam kehidupan kita, tentulah kita
akan tetap menjadi umat yang cengeng yang tahu hanya menuntut.
No comments :
Post a Comment