Roma 8:8-11 Hidup Dalam Roh Tuhan
Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh,
jika memang Roh Allah diam di dalam kamu. Tetapi jika orang tidak memiliki Roh
Kristus, ia bukan milik Kristus.
Nas ini hendak menghantar
kita untuk mengingatkan dan mendalami kembali akan maksud dari “hidup”. Sebab jika kita mendalami nas
ini, maka akan jauh bedanya hidup yang diartikan oleh dunia ini dengan hidup
yang dimaksud oleh Tuhan.
Jika dunia ini mengatakan
seseorang yang hidup itu: masih ada fisik, masih bisa bergerak, bekerja,
bernafas, berfikir. Namun dihadapan Tuhan seseorang dikatakan hidup tidak hanya
sebatas pengertian itu. Lebih dari situ pengertian seseorang dikatakan hidup. Sebab ada satu unsur yang terpenting yang
harus dimiliki setiap orang barulah dia dikatakan hidup dalam arti yang
sesungguhnya, yaitu dalam dirinya ada Roh Tuhan.
Itulah sebabnya dikatakan
di ayat 6 “Keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan
damai sejahtera”. Maka inilah yang menjadi keunikan kita, yang
membedakan kita dengan orang yang tidak percaya kepada Yesus Kristus, bahwa
dalam diri kita ada Roh Tuhan yang dicurahkan untuk kehidupan kita. Dari kehidupan
daging tidak ada ubahnya kita dengan mereka, sama-sama bernafas, bekerja dan
berusaha, namun dihadapan Tuhan yang terbilang orang yang hidup adalah yang
dalam dirinya Roh Tuhan berdiam dan bekerja.
Itulah sebabnya jika kita
menyimak Yehezkiel 37: 1-14 digambarkan orang Israel itu seperti “tulang-tulang kering”, walaupun mereka
hidup secara daging, namun sesungguhnya mereka adalah mati seperti
tulang-tulang kering. Sebab mereka hidup sesuai dengan keinginannya, hidup yang
tidak ada ubahnya dengan orang yang tidak percaya kepada Tuhan. Hanya keinginan
dagingnya saja yang terus dipelihara.
Sehingga tidak heran jika
banyak orang saat ini mempertanyakan tentang “apa arti kehidupan”. Mereka mendapatkan apa yang diinginkan,
tetapi di ujungnya mereka mempertanyakan “apa
arti dari semuanya ini?” yang didapatkan adalah kekosongan dan kesia-siaan.
Itulah sebabnya hikmat
Salomo dalam kitab Pengkhotbah sudah mengingatkan kita “Hidup dibawah matahari adalah
kesia-siaan” seperti menjaring angin. Salomo memiliki semuanya dalam
kehidupannya, kekuasaan, harta melimpah, kesenangan duniawi, ratusan istri. Namun
dia mengatakan “semuanya sia-sia”. Karena bukan itu yang membuat manusia
menikmati hidupnya, tetapi hikmat Salomo mengatakan “Takutlah akan Tuhan”. Hanya
itu yang dapat membuat kita menjalani hidup yang sesungguhnya, yang benar-benar
menikmati hidup yang diberikan oleh Tuhan.
Tuhan Yesus mengatakan “Aku
datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan”
(Yohanes 10: 10b). Kehadiran Yesus dalam diri manusia adalah untuk hidup
berkelimpahan. Bukan karena dunia ini manusia menikmati hidupnya, tetapi karena
Tuhan ada dalam hidupnya.
Maka firman Tuhan bagi
kita saat ini hendak menggugah kita menjawab pertanyaan ini: “Apakah kita benar-benar hidup?” entah
kita sebagai orang Kristen tidak ada ubahnya dengan mereka yang tidak percaya
kepada Tuhan Yesus, atau bahkan mungkin kita seperti gambaran dalam kitab
Yehezkiel hidup seperti “tulang-tulang kering?”
Adalah bijak jika kita mau
untuk melihat perjalanan kehidupan yang kita telah lalui. Kemana sebenarnya
kita membawa diri kita, keluarga kita, anak-anak kita. Ataukah tanpa kita
sadari bahwa kita sedang membawa diri, anak dan keluarga kita ke jurang yang
dalam.
Maka perlulah untuk kita
menjawabnya dalam diri kita, apakah Tuhan sudah menjadi guru, mentor,
pembimbing dalam hidup kita. Apakah diri kita menjadi guru, “hidup semau gue”, apakah dunia ini “apa
yang dilakukan orang itu yang kita lakukan”; apakah Tuhan? Yang mau menguji segala
sesuatu yang berkenan kepada Tuhan.
Walaupun hikmat Salomo
mengatakan “hidup di bawah matahari adalah kesia-siaan” bukan artinya kita
tidak lagi perlu mengejar harapan, cita-cita dan karir kita. Namun justru
sebaliknya mari kita mengejar apapun selama kita diberikan Tuhan kesempatan,
tetapi kejarlah semuanya dibawah bimbingan dan tuntunan Tuhan. Supaya apapun
yang kita perbuat dan lakukan semuanya berguru pada Roh Tuhan.
Tuhan
menempatkan Rohnya dalam diri setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus
adalah supaya kita “memiliki hidup dan damai sejahtera”. Yang
Tuhan inginkan adalah apa yang terbaik dalam hidup kita. Bagaimana kita supaya
menikmati hidup yang diberikan oleh Tuhan, kita bersukacita, kita memiliki
damai sejahtera menjalani hari-hari hidup kita.
Seperti membaca sebuah
buku, jika kita serius memperdalam ilmu sebuah buku. Namun ketika buku itu
hilang dan lenyap, ilmu dari buku itu tidak akan pernah lenyap karena sudah ada
dalam otak kita. Demikian juga hidup ini, apapun yang kita dapatkan dan raih
dalam hidup ini pada akhirnya semuanya akan lenyap, tetapi hidup kita tidak
akan lenyap bersama dengan dunia ini karena
kita telah memiliki hidup yang sesungguhnya.
Maka
orang Kristen itu dikatakan hidup, bukan karena dagingnya yang bergerak, tetapi
karena dagingnya yang digerakkan oleh Roh Tuhan. Keinginan
daging adalah maut, jangan terkecoh dengan nikmatnya dunia karena keinginan daging hanya akan membawa
kesusahan, tetapi keinginan Roh akan membawa kita pada kehidupan dan damai
sejahtera.
No comments :
Post a Comment