Bacaan
Firman Tuhan: 1 Samuel 16: 1-13
Kata Samuel kepada Isai:
"Suruhlah memanggil dia, sebab kita tidak akan duduk makan, sebelum ia
datang ke mari." Kemudian disuruhnyalah menjemput dia. Ia kemerah-merahan,
matanya indah dan parasnya elok. Lalu TUHAN berfirman: "Bangkitlah,
urapilah dia, sebab inilah dia." Samuel mengambil tabung tanduk yang
berisi minyak itu dan mengurapi Daud di tengah-tengah saudara-saudaranya. Sejak
hari itu dan seterusnya berkuasalah Roh TUHAN atas Daud.
Multi talenta, bakat,
kemampuan – inilah yang kita temui pada diri Daud. Seorang pemberani, bijak,
pandai bermain musik, pencipta puisi dan lagu, dan pemimpin yang berkharisma. Namun
Tuhan memilih Daud untuk diurapi menjadi raja bukan hanya karena
bakat-bakatnya, tetapi adalah karena hikmatnya. Seperti yang dikatakan oleh
Tuhan kepada Samuel untuk menggantikan Saul: “Manusia melihat apa yang di
depan mata, tetapi Tuhan melihat hati”.
Tuhan melayakkan Daud
untuk di urapi menjadi raja menggantikan Saul bukanlah karena segudang
kemampuan dan bakat yang dimilikinya, tetapi karena kepercayaannya kepada
Tuhan. Daud dalam kehidupannya ketika masih gembala untuk kawanan domba telah
memperlihatkan bagaimana imannya kepada Tuhan, bahwa dia selalu menjadikan
Tuhan sebagai pusat kehidupannya. Hal ini dapat terlihat dari mazmur-mazmur
Daud:
-
Mazmur 23: Dia mempercayakan penuh
kehidupannya kepada Tuhan “Sang Gembala” hidupnya.
-
Mazmur 22: Kesetiaannya kepada Tuhan. Dia mengatakan
bahwa sekalipun Tuhan meninggalkannya, dia tidak akan pernah meninggalkan
Tuhan.
-
Mazmur 20: Kekuatannya adalah mengandalkan
nama Tuhan. Dalam menghadapi tantangan apapun, walau dia memiliki kemampuan dan
bakat namun tetap menghadapinya hanya mengandalkan nama Tuhan. Seperti dia
mengalahkan Goliat.
Maka mari kita untuk mengasah kemampuan,
menggali potensi dalam diri kita, pelajari segala ilmu yang ada. Tetapi, siapa
yang mengajar kita? Siapa yang menjadi guru kita? Yaitu Tuhan. Dia-lah yang
akan menjadi Guru besar kita, Maha Guru yang akan membentuk kita.
Ketika kita menyadari
bahwa Tuhan yang mengajar, melatih, membimbing kita, maka kita tidak akan
pernah jatuh seperti Saul yang menyombongkan diri atas kemampuannya.
Maka jika ditanya, apakah
Tuhan memilih Daud menjadi raja karena bakatnya? Jawabannya adalah “ia”, tetapi bakat yang dibentuk dan di
ajar oleh Tuhan. Bakat yang terbentuk oleh hikmatnya, imannya kepada Tuhan.
Maka biarkan Tuhan yang
membentuk kita. Situasi dan kondisi yang ada di sekitar kita dan sedang kita
alami akan dipakai Tuhan membentuk kita menjadi apa. Seperti Daud sebagai
seorang gembala domba, Tuhan mempersiapkan karakter, bakat dan kemampuannya
dalam situasinya sebagai gembala.
Maka jangan pernah
remehkan segala tantangan hidup yang kita hadapi, jangan menjadi berkecil hati,
takut maupun bersungut-sungut. Dalam dunia pendidikan sering dikatakan “Experience is the best teacher” bahwa
pengalaman adalah guru terbaik.
Dalam setiap situasi dan kondisi
yang kita hadapi, Tuhan Yesus akan membentuk karakter kita, Dia mengajar kita,
mempersiapkan kita untuk pekerjaan besar, misi besar dari Tuhan. Kita akan
ditempah di setiap keadaan untuk dapat mengerjakan misi Tuhan yang jauh lebih
besar.
Hal ini dapat kita lihat
dalam diri Daud. Dalam kesehariannya sebagai gembala domba, dia ditempah untuk
dapat menjalankan misi yang lebih besar menjadi gembala bagi umat Israel. Dalam
mengisi kesendiriannya menjaga kawanan dombanya, dia bermain musik, dan Tuhan
menempah dia menjadi pemusik dan mengubah lagu dan syair untuk pujian bagi nama
Tuhan. Keterampilannya dalam menjaga kawanan domba dari binatang buas, Tuhan
tempah dia menjadi seorang yang perkasa dan tangkas memimpin Israel. Sehingga jika
kita merenungkan apa yang dialami oleh Daud ini, kita dapat berkata bahwa apapun
yang sedang kita kerjakan dan apapun yang sedang kita hadapi, bahwa Tuhan
sedang menempah dan mempersiapkan kita.
Demikian halnya kondisi
jemaat Efesus (Efesus 5: 8-14) bahwa jemaat diperhadapkan pada kondisi
masyarakat yang marak dengan percabulan, keserakahan dan penyembahan pada
dewa-dewa. Paulus mengingatkan jemaat, bahwa situasi yang seperti itu
sesungguhnya harus mereka manfaatkan, untuk menunjukkan bahwa orang Kristen itu
berbeda “kamu adalah anak-anak terang”. Bahwa kita tidak sama dengan
mereka.
Kita adalah anak-anak
terang, kita adalah anak-anak yang telah diurapi Tuhan. Sehingga kita seorang Kristen
berbeda, tidak asal hidup, tidak asal bicara, tidak asal bekerja, tetapi “ujilah
apa yang berkenan kepada Tuhan”. Bahwa segala sesuatu yang kita hadapi
dan lakukan harus berpusat kepada Tuhan seperti yang dilakukan oleh Daud.
Sehingga
jangan salahkan situasi dan kondisi untuk mengatakan tidak dapat berbuat
apa-apa, tetapi kita harus manfaatkan situasi dan kondisi yang ada untuk
berbuat sesuatu. Allah memiliki caraNya sendiri untuk
menempah dan membentuk kita. Tuhan tetap bekerja di balik layar mempersiapkan
kita.
Menghadapi kehidupan ini,
tidak cukup hanya mengandalkan kekuatan, pikiran dan kemampuan. Namun biarlah
Tuhan yang memimpin kehidupan kita, biarkan kuasa Tuhan bekerja dalam diri
kita. Tampilah dalam hidup ini bukan sebagai orang bermodalkan kekuatan dan
kemampuan, tetapi tampil sebagai orang yang diurapi Tuhan.
No comments :
Post a Comment