Khotbah dan Renungan Kristen

Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus

Thursday, July 21, 2016

Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23 | Usahakan dan Wariskanlah yang Kekal



Bacaan Firman Tuhan: Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23
“Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.”
“Segala perbuatan yang dilakukan orang adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin” dan selanjutnya Pengkhotbah juga mengatakan “Aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari”. Apakah pengkhotbah ingin supaya kita pesimis menjalani hidup ini? Apakah akan menjadi sia-sia semua perjuangan kita di dunia ini?

Pengkhotbah mengatakan adalah suatu kemalangan yang besar jika kita dengan jerih payah bahkan kita memperjuangkan hidup dengan kesedihan dan bersusah hati, namun pada akhirnya apa yang kita perjuangkan itu akan kita tinggalkan. Yang menikmati hasil jerih payah kita adalah ‘orang lain’, artinya kita yang menabur tetapi orang lain yang akan menuai. Syukur jika yang menuai kerja keras kita adalah orang yang berhikmat, namun bagaimana jika orang bodoh, maka sia-sialah kerja keras kita. Tetapi siapapun yang pada akhirnya menuai, tetap apa yang kita peroleh, baik itu harta, jabatan, kuasa, kehormatan pada saatnya akan kita tinggalkan.

Pengkhotbah disini mengemukakan tentang kesia-siaan dengan suatu bentuk pewarisan. Anak akan mewarisi apa yang diusahakan oleh orangtuanya. Apakah si anak berhikmat atau bodoh menggunakan apa yang diwariskan oleh orangtuanya. Tetapi sekali lagi, penekanan pengkhotbah dalam nas ini apapun yang kita miliki selama kita hidup pada saatnya akan kita tinggalkan. Tiada yang kekal untuk kita miliki.

Apakah pengkhotbah ingin menggiring kita pada sikap yang pesimis? Sekali-kali tidak! Tetapi pengkhotbah ingin menggiring kita memahami dan menyadari realita kehidupan yang tidak akan mungkin terelakkan, yaitu kematian. Sebanyak apapun harta yang kita miliki, sekuat dan sepintar apapun kita dalam berusaha, setinggi apapun jabatan yang kita miliki, tetap pada akhirnya kita kembali menjadi tanah.

Dalam Kitab Kolose 3: 2 dikatakan “Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang di bumi”. Supaya kita mengenakan manusia yang baru, yaitu manusia yang tidak mengandalkan hal-hal duniawi sebagai penopang dan tujuan hidup. Tetapi kita hidup oleh Kristus, untuk Kristus dan supaya kita bersama Kristus selamanya.

Maka dalam menjalani hidup kita memiliki prinsip hidup, bahwa selama kita hidup kita akan berbuat dan bekerja sebaik-baiknya tetapi bukan untuk hidup daging yang akan lenyap ini, tetapi adalah untuk kehidupan yang kekal bersama Tuhan. Kehidupanku dari Tuhan, maka aku hidup karena Tuhan, bagi Tuhan dan selamanya akan bersama dengan Tuhan.

Selaku orangtua, apa yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita? Apakah harta, kehormatan, jabatan? Wariskanlah yang terbaik yang tidak akan mungkin diberikan oleh dunia ini yaitu hikmat dan pengertian tentang Firman Tuhan, sebab hanya itu warisan yang kekal dan yang memberikan kehidupan bagi anak-anak kita. 

Jika kita memberikan harta ataupun hikmat duniawi, maka sebagaimana yang dikatakan oleh Pengkhotbah adalah suatu kesia-siaan belaka. Sia-sialah kita bekerja, berusaha dan berlelah jika ternyata hanya hasil jerih payah itu yang pada akhirnya yang didapatkan oleh anak-anak kita. Sia-sia kita berjerih payah dan sia-sia pulalah dia yang menerima, sebab yang diberi dan yang diterima adalah sesuatu yang fana.
  


No comments :

About Metro

Powered by Blogger.

Popular Posts

Followers

Blog Archive

Popular Posts

Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23 | Usahakan dan Wariskanlah yang Kekal



Bacaan Firman Tuhan: Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23
“Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku.”
“Segala perbuatan yang dilakukan orang adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin” dan selanjutnya Pengkhotbah juga mengatakan “Aku mulai putus asa terhadap segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari”. Apakah pengkhotbah ingin supaya kita pesimis menjalani hidup ini? Apakah akan menjadi sia-sia semua perjuangan kita di dunia ini?

Pengkhotbah mengatakan adalah suatu kemalangan yang besar jika kita dengan jerih payah bahkan kita memperjuangkan hidup dengan kesedihan dan bersusah hati, namun pada akhirnya apa yang kita perjuangkan itu akan kita tinggalkan. Yang menikmati hasil jerih payah kita adalah ‘orang lain’, artinya kita yang menabur tetapi orang lain yang akan menuai. Syukur jika yang menuai kerja keras kita adalah orang yang berhikmat, namun bagaimana jika orang bodoh, maka sia-sialah kerja keras kita. Tetapi siapapun yang pada akhirnya menuai, tetap apa yang kita peroleh, baik itu harta, jabatan, kuasa, kehormatan pada saatnya akan kita tinggalkan.

Pengkhotbah disini mengemukakan tentang kesia-siaan dengan suatu bentuk pewarisan. Anak akan mewarisi apa yang diusahakan oleh orangtuanya. Apakah si anak berhikmat atau bodoh menggunakan apa yang diwariskan oleh orangtuanya. Tetapi sekali lagi, penekanan pengkhotbah dalam nas ini apapun yang kita miliki selama kita hidup pada saatnya akan kita tinggalkan. Tiada yang kekal untuk kita miliki.

Apakah pengkhotbah ingin menggiring kita pada sikap yang pesimis? Sekali-kali tidak! Tetapi pengkhotbah ingin menggiring kita memahami dan menyadari realita kehidupan yang tidak akan mungkin terelakkan, yaitu kematian. Sebanyak apapun harta yang kita miliki, sekuat dan sepintar apapun kita dalam berusaha, setinggi apapun jabatan yang kita miliki, tetap pada akhirnya kita kembali menjadi tanah.

Dalam Kitab Kolose 3: 2 dikatakan “Pikirkanlah perkara yang diatas, bukan yang di bumi”. Supaya kita mengenakan manusia yang baru, yaitu manusia yang tidak mengandalkan hal-hal duniawi sebagai penopang dan tujuan hidup. Tetapi kita hidup oleh Kristus, untuk Kristus dan supaya kita bersama Kristus selamanya.

Maka dalam menjalani hidup kita memiliki prinsip hidup, bahwa selama kita hidup kita akan berbuat dan bekerja sebaik-baiknya tetapi bukan untuk hidup daging yang akan lenyap ini, tetapi adalah untuk kehidupan yang kekal bersama Tuhan. Kehidupanku dari Tuhan, maka aku hidup karena Tuhan, bagi Tuhan dan selamanya akan bersama dengan Tuhan.

Selaku orangtua, apa yang akan kita wariskan kepada anak-anak kita? Apakah harta, kehormatan, jabatan? Wariskanlah yang terbaik yang tidak akan mungkin diberikan oleh dunia ini yaitu hikmat dan pengertian tentang Firman Tuhan, sebab hanya itu warisan yang kekal dan yang memberikan kehidupan bagi anak-anak kita. 

Jika kita memberikan harta ataupun hikmat duniawi, maka sebagaimana yang dikatakan oleh Pengkhotbah adalah suatu kesia-siaan belaka. Sia-sialah kita bekerja, berusaha dan berlelah jika ternyata hanya hasil jerih payah itu yang pada akhirnya yang didapatkan oleh anak-anak kita. Sia-sia kita berjerih payah dan sia-sia pulalah dia yang menerima, sebab yang diberi dan yang diterima adalah sesuatu yang fana.
  


Artikel Terkait

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Epistel / Keselamatan dengan judul Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23 | Usahakan dan Wariskanlah yang Kekal . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sukacitamu.blogspot.com/2016/07/pengkhotbah-1-12-14218-23-usahakan-dan.html . Terima kasih!
Ditulis oleh: Porisman Lubis -

Belum ada komentar untuk " Pengkhotbah 1: 12-14+2:18-23 | Usahakan dan Wariskanlah yang Kekal "