Bacaan
Firman Tuhan: Amsal 25: 6-7
Jangan
berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih
baik orang berkata kepadamu: "Naiklah ke mari," dari pada engkau
direndahkan di hadapan orang mulia. Apa matamu lihat,
Penilaian orang lain tentang
diri kita tidak akan selalu sama dengan seperti kita menilai diri sendiri, bisa
lebih positif dan bisa juga lebih negative. Bisa saja kita merasa sudah baik
atau pantas mendapatkan mengakuan, namun bagi orang lain belum tentu. Demikian
pula sebaliknya kita merasa tidak baik dan tidak pantas mendapatkan pengakuan
namun bagi orang lain kita sudah baik dan pantas. Maka adalah bijak jika kita
ditinggikan tanpa berharap daripada kita berharap dan bahkan kita meninggikan
diri sendiri jika pada akhirnya ada yang merendahkan kita.
Seperti itulah kita dapat
memahami nas buat kita saat ini yang mengatakan “Jangan berlagak di hadapan
raja”. Kata “Berlagak” disini perlu untuk kita dalami, bagaimana kita tidak
berbuat dan bertindak tidak lebih dari apa adanya diri kita, sikap yang
menonjolkan diri yang pada dasarnya diri kita ataupun penilaian orang lain
tentang kita bukan seperti apa yang kita tonjolkan. Misalnya, berlagak pintar,
berlagak kaya, berlagak baik.
Dalam ayat 3 tegas dikatakan “Hati raja-raja tidak terduga”, artinya
bahwa setiap orang yang ada di hadapan raja tidak lepas dari penilaian dan
pengenalan raja. Maka tidak ada gunanya berlagak dihadapan raja. Karena akan
jauh lebih terhormat jika raja yang justru menghargai kehadiran kita daripada
kita yang menonjolkan diri.
Apa yang terjadi dalam nas ini
tidak jauh dari apa yang juga pernah diajarkan Tuhan Yesus (Lukas 14:10-17)
melalui perumpamaanNya mengatakan: Jika seseorang mengundang ke suatu pesta
pernikahan janganlah duduk di tempat terhormat, karena apabila ada undangan
lain yang lebih terhormat dari kita, maka kita akan malu karena akan diarahkan
duduk ke tempat yang paling rendah. Tetapi pergilah duduk di tempat paling
rendah, mgkin tuan rumah akan datang dan berkata “Sahabat, silahkan duduk di
depan”. Melalui perumpamaan itu yang mau diajarkan Tuhan Yesus adalah “Barangsiapa
meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan
ditinggikan”.
Namun demikian, kita dapat
memahami nas ini tidak hanya dari segi etika, yaitu:
1.
Meniru
Tuhan Yesus
Kita mempercayai tidak ada yang lebih mulia,
kudus, berkuasa dan lebih tinggi dari Tuhan. Sebab Ia adalh Raja diatas segala
raja. Tetapi walaupun demikian, Ia mau uuk merendahkan diriNya, dianiaya dan di
hina untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Namun walaupun Tuhan Yesus
harus menerima itu semua, kuasa dan kemuliaanNya tidak lantas hilang justru Dia
semakin ditinggikan dan dimuliakan. Itulah sebabnya dikatakan di Filipi 2:5 “Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus”.
Maka kita meniru bagaimana Tuhan Yesus
memperlihatkan kerendahan hati, supaya segala rencanaNya nyata. Demikian halnya
dengan kita, bukan kemuliaan dunia yang hendak kita kejar dan cari, tetapi
bagaimana kita berbuat dan bertindak menjadi kemuliaan Tuhan.
2.
Pengenalan
diri
Jika kita memahami nas ini mulai dari ayat 1,
maka ada hal yang mau ditegaskan pada kita, yakni mengenal siapa diri kita. Jika
dia adalah seorang raja, maka tentunya dia akan menjalankan pemerintahannya
dengan baik dan benar. Bahwa walaupun dia raja, itu adalah tugas panggilan yang
berasal dari Tuhan. Demikian halnya dengan rakyat, maka selaku rakyat yang ada
dibawah pemerintahan raja, kita juga mengenal tanggungjawab sebagai rakyat dan
juga menghormati raja dan juga memahami bahwa kita tidaklah lebih tinggi
ataupun lebih hebat dari yang lainnya.
Artinya baik raja maupun rakyat tetap menyadari
bahwa Allah ada diatas mereka, yang jauh lebih mulia. Sehingga jika kita
menyadari, sesungguhnya apapun yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita di
dunia ini bukanlah untuk menyombongkan diri merasa lebih dari orang lain, sebab
kita sama dihadapan Allah.
3.
Kehormatan
dan Kemuliaan yang sesungguhnya hanya dari Tuhan
Dalam dunia ini bisa saja manusia itu ada yang
mengejar-ngejar kehormatan dan kemuliaan, merasa diri lebih dari orang lain. Tetapi
kita harus menyadari bahwa kita sama dihadapan Allah sebagai mahluk ciptaanNya.
Dalam pengadilanNya kelak, disitulah kita akan melihat
pemisahan yang nyata dan yang kekal, siapa pada akhirnya bersama dengan
kemuliaan Tuhan dan siapa yang harus menerima kehinaan melalui hukuman Tuhan
yang kekal.
No comments :
Post a Comment