Khotbah dan Renungan Kristen

Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus

Wednesday, August 24, 2016

Amsal 25: 6-7 | Kita adalah sama dibawah Kemuliaan Tuhan



Bacaan Firman Tuhan: Amsal 25: 6-7
Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih baik orang berkata kepadamu: "Naiklah ke mari," dari pada engkau direndahkan di hadapan orang mulia. Apa matamu lihat,
Penilaian orang lain tentang diri kita tidak akan selalu sama dengan seperti kita menilai diri sendiri, bisa lebih positif dan bisa juga lebih negative. Bisa saja kita merasa sudah baik atau pantas mendapatkan mengakuan, namun bagi orang lain belum tentu. Demikian pula sebaliknya kita merasa tidak baik dan tidak pantas mendapatkan pengakuan namun bagi orang lain kita sudah baik dan pantas. Maka adalah bijak jika kita ditinggikan tanpa berharap daripada kita berharap dan bahkan kita meninggikan diri sendiri jika pada akhirnya ada yang merendahkan kita.

Seperti itulah kita dapat memahami nas buat kita saat ini yang mengatakan “Jangan berlagak di hadapan raja”. Kata “Berlagak” disini perlu untuk kita dalami, bagaimana kita tidak berbuat dan bertindak tidak lebih dari apa adanya diri kita, sikap yang menonjolkan diri yang pada dasarnya diri kita ataupun penilaian orang lain tentang kita bukan seperti apa yang kita tonjolkan. Misalnya, berlagak pintar, berlagak kaya, berlagak baik.

Dalam ayat 3 tegas dikatakan “Hati raja-raja tidak terduga”, artinya bahwa setiap orang yang ada di hadapan raja tidak lepas dari penilaian dan pengenalan raja. Maka tidak ada gunanya berlagak dihadapan raja. Karena akan jauh lebih terhormat jika raja yang justru menghargai kehadiran kita daripada kita yang menonjolkan diri.

Apa yang terjadi dalam nas ini tidak jauh dari apa yang juga pernah diajarkan Tuhan Yesus (Lukas 14:10-17) melalui perumpamaanNya mengatakan: Jika seseorang mengundang ke suatu pesta pernikahan janganlah duduk di tempat terhormat, karena apabila ada undangan lain yang lebih terhormat dari kita, maka kita akan malu karena akan diarahkan duduk ke tempat yang paling rendah. Tetapi pergilah duduk di tempat paling rendah, mgkin tuan rumah akan datang dan berkata “Sahabat, silahkan duduk di depan”. Melalui perumpamaan itu yang mau diajarkan Tuhan Yesus adalah “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.

Namun demikian, kita dapat memahami nas ini tidak hanya dari segi etika, yaitu:
1.      Meniru Tuhan Yesus
Kita mempercayai tidak ada yang lebih mulia, kudus, berkuasa dan lebih tinggi dari Tuhan. Sebab Ia adalh Raja diatas segala raja. Tetapi walaupun demikian, Ia mau uuk merendahkan diriNya, dianiaya dan di hina untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Namun walaupun Tuhan Yesus harus menerima itu semua, kuasa dan kemuliaanNya tidak lantas hilang justru Dia semakin ditinggikan dan dimuliakan. Itulah sebabnya dikatakan di Filipi 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”.

Maka kita meniru bagaimana Tuhan Yesus memperlihatkan kerendahan hati, supaya segala rencanaNya nyata. Demikian halnya dengan kita, bukan kemuliaan dunia yang hendak kita kejar dan cari, tetapi bagaimana kita berbuat dan bertindak menjadi kemuliaan Tuhan.

2.     Pengenalan diri
Jika kita memahami nas ini mulai dari ayat 1, maka ada hal yang mau ditegaskan pada kita, yakni mengenal siapa diri kita. Jika dia adalah seorang raja, maka tentunya dia akan menjalankan pemerintahannya dengan baik dan benar. Bahwa walaupun dia raja, itu adalah tugas panggilan yang berasal dari Tuhan. Demikian halnya dengan rakyat, maka selaku rakyat yang ada dibawah pemerintahan raja, kita juga mengenal tanggungjawab sebagai rakyat dan juga menghormati raja dan juga memahami bahwa kita tidaklah lebih tinggi ataupun lebih hebat dari yang lainnya. 

Artinya baik raja maupun rakyat tetap menyadari bahwa Allah ada diatas mereka, yang jauh lebih mulia. Sehingga jika kita menyadari, sesungguhnya apapun yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita di dunia ini bukanlah untuk menyombongkan diri merasa lebih dari orang lain, sebab kita sama dihadapan Allah.

3.     Kehormatan dan Kemuliaan yang sesungguhnya hanya dari Tuhan
Dalam dunia ini bisa saja manusia itu ada yang mengejar-ngejar kehormatan dan kemuliaan, merasa diri lebih dari orang lain. Tetapi kita harus menyadari bahwa kita sama dihadapan Allah sebagai mahluk ciptaanNya. 

Dalam pengadilanNya kelak, disitulah kita akan melihat pemisahan yang nyata dan yang kekal, siapa pada akhirnya bersama dengan kemuliaan Tuhan dan siapa yang harus menerima kehinaan melalui hukuman Tuhan yang kekal.

No comments :

About Metro

Powered by Blogger.

Popular Posts

Followers

Blog Archive

Popular Posts

Amsal 25: 6-7 | Kita adalah sama dibawah Kemuliaan Tuhan



Bacaan Firman Tuhan: Amsal 25: 6-7
Jangan berlagak di hadapan raja, atau berdiri di tempat para pembesar. Karena lebih baik orang berkata kepadamu: "Naiklah ke mari," dari pada engkau direndahkan di hadapan orang mulia. Apa matamu lihat,
Penilaian orang lain tentang diri kita tidak akan selalu sama dengan seperti kita menilai diri sendiri, bisa lebih positif dan bisa juga lebih negative. Bisa saja kita merasa sudah baik atau pantas mendapatkan mengakuan, namun bagi orang lain belum tentu. Demikian pula sebaliknya kita merasa tidak baik dan tidak pantas mendapatkan pengakuan namun bagi orang lain kita sudah baik dan pantas. Maka adalah bijak jika kita ditinggikan tanpa berharap daripada kita berharap dan bahkan kita meninggikan diri sendiri jika pada akhirnya ada yang merendahkan kita.

Seperti itulah kita dapat memahami nas buat kita saat ini yang mengatakan “Jangan berlagak di hadapan raja”. Kata “Berlagak” disini perlu untuk kita dalami, bagaimana kita tidak berbuat dan bertindak tidak lebih dari apa adanya diri kita, sikap yang menonjolkan diri yang pada dasarnya diri kita ataupun penilaian orang lain tentang kita bukan seperti apa yang kita tonjolkan. Misalnya, berlagak pintar, berlagak kaya, berlagak baik.

Dalam ayat 3 tegas dikatakan “Hati raja-raja tidak terduga”, artinya bahwa setiap orang yang ada di hadapan raja tidak lepas dari penilaian dan pengenalan raja. Maka tidak ada gunanya berlagak dihadapan raja. Karena akan jauh lebih terhormat jika raja yang justru menghargai kehadiran kita daripada kita yang menonjolkan diri.

Apa yang terjadi dalam nas ini tidak jauh dari apa yang juga pernah diajarkan Tuhan Yesus (Lukas 14:10-17) melalui perumpamaanNya mengatakan: Jika seseorang mengundang ke suatu pesta pernikahan janganlah duduk di tempat terhormat, karena apabila ada undangan lain yang lebih terhormat dari kita, maka kita akan malu karena akan diarahkan duduk ke tempat yang paling rendah. Tetapi pergilah duduk di tempat paling rendah, mgkin tuan rumah akan datang dan berkata “Sahabat, silahkan duduk di depan”. Melalui perumpamaan itu yang mau diajarkan Tuhan Yesus adalah “Barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”.

Namun demikian, kita dapat memahami nas ini tidak hanya dari segi etika, yaitu:
1.      Meniru Tuhan Yesus
Kita mempercayai tidak ada yang lebih mulia, kudus, berkuasa dan lebih tinggi dari Tuhan. Sebab Ia adalh Raja diatas segala raja. Tetapi walaupun demikian, Ia mau uuk merendahkan diriNya, dianiaya dan di hina untuk menyelamatkan manusia dari kuasa dosa. Namun walaupun Tuhan Yesus harus menerima itu semua, kuasa dan kemuliaanNya tidak lantas hilang justru Dia semakin ditinggikan dan dimuliakan. Itulah sebabnya dikatakan di Filipi 2:5 “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus”.

Maka kita meniru bagaimana Tuhan Yesus memperlihatkan kerendahan hati, supaya segala rencanaNya nyata. Demikian halnya dengan kita, bukan kemuliaan dunia yang hendak kita kejar dan cari, tetapi bagaimana kita berbuat dan bertindak menjadi kemuliaan Tuhan.

2.     Pengenalan diri
Jika kita memahami nas ini mulai dari ayat 1, maka ada hal yang mau ditegaskan pada kita, yakni mengenal siapa diri kita. Jika dia adalah seorang raja, maka tentunya dia akan menjalankan pemerintahannya dengan baik dan benar. Bahwa walaupun dia raja, itu adalah tugas panggilan yang berasal dari Tuhan. Demikian halnya dengan rakyat, maka selaku rakyat yang ada dibawah pemerintahan raja, kita juga mengenal tanggungjawab sebagai rakyat dan juga menghormati raja dan juga memahami bahwa kita tidaklah lebih tinggi ataupun lebih hebat dari yang lainnya. 

Artinya baik raja maupun rakyat tetap menyadari bahwa Allah ada diatas mereka, yang jauh lebih mulia. Sehingga jika kita menyadari, sesungguhnya apapun yang menjadi tugas dan tanggungjawab kita di dunia ini bukanlah untuk menyombongkan diri merasa lebih dari orang lain, sebab kita sama dihadapan Allah.

3.     Kehormatan dan Kemuliaan yang sesungguhnya hanya dari Tuhan
Dalam dunia ini bisa saja manusia itu ada yang mengejar-ngejar kehormatan dan kemuliaan, merasa diri lebih dari orang lain. Tetapi kita harus menyadari bahwa kita sama dihadapan Allah sebagai mahluk ciptaanNya. 

Dalam pengadilanNya kelak, disitulah kita akan melihat pemisahan yang nyata dan yang kekal, siapa pada akhirnya bersama dengan kemuliaan Tuhan dan siapa yang harus menerima kehinaan melalui hukuman Tuhan yang kekal.

Artikel Terkait

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Epistel / Perumpamaan Tuhan Yesus dengan judul Amsal 25: 6-7 | Kita adalah sama dibawah Kemuliaan Tuhan . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sukacitamu.blogspot.com/2016/08/amsal-25-6-7-kita-adalah-sama-dibawah.html . Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown -

Belum ada komentar untuk " Amsal 25: 6-7 | Kita adalah sama dibawah Kemuliaan Tuhan "