Bacaan
Firman Tuhan: 1 Yohanes 3: 18-24
sebab
jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta
mengetahui segala sesuatu
Kasih Allah bukanlah kasih yang
kosong, kasih tanpa bukti, kasih tanpa perbuatan. Tetapi kasih yang dinyatakan
oleh Allah telah dinyatakan dalam dunia ini. Kebenaran dari kasih Tuhan adala
Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Maka jelaslah diajarkan dan diperlihatkan pada
kita kasih dan mengasihi itu bukan dengan perkataan atau dengan lidah tetapi
dengan perbuatan (ay. 18) sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh Tuhan
Yesus.
Secara manusiawi kita memiliki
penilaian tentang diri kita sendiri dan juga tentang orang lain. Contonya penilaian
kita bahwa sudah selayaknya orang lain untuk menghormati kita, namun belum
tentu demikian penilaian orang lain tentang kita, begitu juga sebaliknya. Tetapi
bagaimanapun penilaian yag muncul dari dalam diri kita, ada kebenaran tentang
penilaian yang ‘tak terbantahkan yaitu dari Allah, yaitu penilaian tertinggi
yang tidak mungkin salah.
Dari situlah kita berpijak
dalam berbuat dan bertindak, bukan berdasarkan penialaian yang muncul dari diri
kita. Itulah sebabnya dikatakan di ayat 20 “Allah adalah lebih besar daripada
hati kita”.
Kebenaran yang hendak
disampaikan bagi kita melalui nas ini adalah keberadaan Allah dalam diri kita. Apakah
Allah menjadi sentral atau pusat yang mengatur kehidupan kita, atau Allah itu
hanya sebagai “pemain cadangan” hanya perlu saat diperlukan.
“ia diam di dalam Allah, dan
Allah di dalam dia” ini adalah orang yang menuruti segala perintah Tuhan. Yang berlaku
bukan apa yang kita nilai benar, apa yang kita nilai salah, apa yang aku
kehendaki, tetapi apa yang dikehendaki oleh Tuhan, apa yang Tuhan katakan baik
dan benar dan juga mana yang salah itulah yang harus kita perhatikan dan laksanakan.
Ada banyak ungkapan-ungkapan
yang sering kita dengar ataupun mungkin kita ucapkan seperti: “Lain di bibir lain di hati”; “Jangan ada dusta di antara kita”; “Dunia ini panggung sandiwara”, dan
sebagainya. Dalam arti setiap manusia memiliki keterbatasan dalam memahami apa
isi hati setiap orang. Manusia dapat mengukur dalamnya laut tingginya
bintang-bintang di langit, tetapi manusia tidak dapat mengukur dalam dan
tingginya isi hati manusia.
Maka aka nada celah bagi
seseorang untuk bersandiwara ataupun memperlihatkan sesuatu yang belum tentu
itu berasal dari ketulusan hatinya. Manusia dapat berlagak, tidak jujur tentang
dirinya kepada orang lain. Tetapi sedalam-dalamnya isi hati manusia, Tuhan
mengetahuinya. Tidak akan mungkin kita mengelak dari pengetahuan Tuhan.
Tuhan tahu apa niat, sikap, rencana,
harapan, keinginan yang terdapat dalam hati kita. Maka ketika apa yang ada
dalam hati tidak sama dengan kenyataan hidup kita Tuhan benar-benar mengetahuinya.
Disinilah kita di ajar Firman Tuhan saat ini sebagaimana dikatakan di ayat 19 “Menenangkan
hati kita di hadapan Tuhan”. Artinya kita memberikan hati kita
diarahkan, diajar dan dituntun Tuhan melakukan apa yang berkenan kepadaNya.
Bagi anak-anak Allah tidak ada
lagi yang namanya kepalsuan, hidup yang hanya berlagak baik, kudus, perhatian
tetapi tidak dari niatnya yang tulus. Tetapi baiklah kita hidup apa adanya
sebagai orang Kristen yang berbuat dan bersikap yang tulus yang keluar dari hati
yang telah diajar dan dibimbing oleh Tuhan.
Bacaan
Firman Tuhan: 1 Yohanes 3: 18-24
sebab
jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta
mengetahui segala sesuatu
Kasih Allah bukanlah kasih yang
kosong, kasih tanpa bukti, kasih tanpa perbuatan. Tetapi kasih yang dinyatakan
oleh Allah telah dinyatakan dalam dunia ini. Kebenaran dari kasih Tuhan adala
Yesus Kristus (Yohanes 3:16). Maka jelaslah diajarkan dan diperlihatkan pada
kita kasih dan mengasihi itu bukan dengan perkataan atau dengan lidah tetapi
dengan perbuatan (ay. 18) sebagaimana yang telah diperlihatkan oleh Tuhan
Yesus.
Secara manusiawi kita memiliki
penilaian tentang diri kita sendiri dan juga tentang orang lain. Contonya penilaian
kita bahwa sudah selayaknya orang lain untuk menghormati kita, namun belum
tentu demikian penilaian orang lain tentang kita, begitu juga sebaliknya. Tetapi
bagaimanapun penilaian yag muncul dari dalam diri kita, ada kebenaran tentang
penilaian yang ‘tak terbantahkan yaitu dari Allah, yaitu penilaian tertinggi
yang tidak mungkin salah.
Dari situlah kita berpijak
dalam berbuat dan bertindak, bukan berdasarkan penialaian yang muncul dari diri
kita. Itulah sebabnya dikatakan di ayat 20 “Allah adalah lebih besar daripada
hati kita”.
Kebenaran yang hendak
disampaikan bagi kita melalui nas ini adalah keberadaan Allah dalam diri kita. Apakah
Allah menjadi sentral atau pusat yang mengatur kehidupan kita, atau Allah itu
hanya sebagai “pemain cadangan” hanya perlu saat diperlukan.
“ia diam di dalam Allah, dan
Allah di dalam dia” ini adalah orang yang menuruti segala perintah Tuhan. Yang berlaku
bukan apa yang kita nilai benar, apa yang kita nilai salah, apa yang aku
kehendaki, tetapi apa yang dikehendaki oleh Tuhan, apa yang Tuhan katakan baik
dan benar dan juga mana yang salah itulah yang harus kita perhatikan dan laksanakan.
Ada banyak ungkapan-ungkapan
yang sering kita dengar ataupun mungkin kita ucapkan seperti: “Lain di bibir lain di hati”; “Jangan ada dusta di antara kita”; “Dunia ini panggung sandiwara”, dan
sebagainya. Dalam arti setiap manusia memiliki keterbatasan dalam memahami apa
isi hati setiap orang. Manusia dapat mengukur dalamnya laut tingginya
bintang-bintang di langit, tetapi manusia tidak dapat mengukur dalam dan
tingginya isi hati manusia.
Maka aka nada celah bagi
seseorang untuk bersandiwara ataupun memperlihatkan sesuatu yang belum tentu
itu berasal dari ketulusan hatinya. Manusia dapat berlagak, tidak jujur tentang
dirinya kepada orang lain. Tetapi sedalam-dalamnya isi hati manusia, Tuhan
mengetahuinya. Tidak akan mungkin kita mengelak dari pengetahuan Tuhan.
Tuhan tahu apa niat, sikap, rencana,
harapan, keinginan yang terdapat dalam hati kita. Maka ketika apa yang ada
dalam hati tidak sama dengan kenyataan hidup kita Tuhan benar-benar mengetahuinya.
Disinilah kita di ajar Firman Tuhan saat ini sebagaimana dikatakan di ayat 19 “Menenangkan
hati kita di hadapan Tuhan”. Artinya kita memberikan hati kita
diarahkan, diajar dan dituntun Tuhan melakukan apa yang berkenan kepadaNya.
Bagi anak-anak Allah tidak ada
lagi yang namanya kepalsuan, hidup yang hanya berlagak baik, kudus, perhatian
tetapi tidak dari niatnya yang tulus. Tetapi baiklah kita hidup apa adanya
sebagai orang Kristen yang berbuat dan bersikap yang tulus yang keluar dari hati
yang telah diajar dan dibimbing oleh Tuhan.
No comments :
Post a Comment