Bacaan Firman Tuhan: 2 Korintus 4: 5-12
Sebagaimana kita ketahui Paulus dalam memberitakan Injil menghadapi begitu banyak tantangan dan rintangan. Dia di penjara, didera, disesah, dilempari batu, dalam perjalanannya terancam maut, penyamun, bekerja berat, sering tidak tidur, kelaparan, kehausan, kedinginan (2 Kor. 11:23-29). Ditambah lagi rasul-rasul palsu yang mencoba mempengaruhi jemaat Korintus untuk meragukan kerasulan Paulus. Tetapi apakah ini semua membuat Paulus menyerah untuk memberitakan Injil? Paulus katakan: “kami tidak tawar hati” (ay.2).
Paulus tidak menjadi
menyerah seberat apapun tantangan dan pergumulan yang dihadapinya, karena
motivasinya untuk memberitakan Injil sangat jelas, yaitu bahwa dia adalah hamba
Kristus yang mau untuk taat menjalankan panggilan yang telah diterimanya dari
Tuhan Yesus. Injil yang diberitakannya adalah terang cahaya Kristus sebagai
Tuhan (ay.5-6). Seandainya dia memberitakan Injil untuk kepentingan dan
keuntungan diri sendiri, tidak akan mungkin dia mau untuk melanjutkan pekabaran
Injil dengan tantangan dan pergumulan yang seberat itu. Justru Paulus menikmati
pekerjaan pemberitaan Injil yang penuh tantangan itu untuk meresapi penderitaan
dan kematian Tuhan Yesus dalam tubuhnya (ay. 11-12).
Paulus
menjelaskan dalam nas ini, bahwa dirinya seperti “bejana tanah liat” yang
artinya rapuh, mudah untuk pecah, yang kelihatannya tidak berharga karena
terbuat dari tanah. Ini menggambarkan keterbatasannya sebagai manusia untuk
dapat bertahan dalam berbagai tantangan dan pergumulan yang dihadapinya. Tetapi
bejana tanah liat itu menjadi tetap bertahan dan berharga karena di dalamnya
tersimpan harta yang sangat berharga. Harta yang berharga itu adalah Injil yang
dipercayakan Tuhan baginya. Bagi Paulus, ini adalah suatu anugerah ketika Tuhan
mempercayakan Injilnya diberitakan melalui dirinya yang memiliki banyak
keterbatasan dan kelemahan. Inilah yang menjadi rahasia kemampuannya untuk
memberitakan Injil, bukan karena kekuatannya, tetapi kekuatan yang berasal dari
Allah-lah yang memampukannya tetap dapat bertahan, di dalam kelemahan Pauluslah
kuasa Allah menjadi sempurna. Dikatakan di ayat 8-9: kami ditindas, namun tidak terjepit; kami
habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan
sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa.
Dari nas ini
kita bisa belajar untuk membawa sengat pelayanan Paulus ini dalam kehidupan
kita. bahwa kita juga sama seperti yang Paulus katakan, bahwa kita seperti “bejana
tanah liat” yang rapuh yang memiliki banyak keterbatasan, sementara kita sering
terjepit dan habis akal menghadapi persoalan dan pergumulan dalam hidup ini.
Apakah kita
akan menyerah dengan pergumulan dan masalah yang sedang kita hadapi? Dari
Paulus kita belajar untuk tidak pernah berputus asa dan tawar hati ketika kita
menghadapi kesulitan dalam hidup, yang walaupun kelihatannya pergumulan yang
berat itu tidak sanggup untuk kita pikul, jika kita menyadari bahwa ada Allah
yang tinggal dalam diri kita. Ada kuasa Allah yang berlimpah-limpah yang akan
selalu memberi kekuatan kepada kita menghadapi apapun persoalan dalam hidup
ini. Tuhan tidak menjanjikan hidup tanpa masalah, tetapi Dia menjanjikan
pertolonganNya dalam setiap masalah yang kita hadapi. Jangan kita hanya mengandalkan
kekuatan dan pikiran kita yang terbatas ini, Tuhan mengetahui dan menyelidiki
kemampuan kita menghadapi setiap pergumulan (Mazmur 139), dan Tuhan akan
bekerja memberi kekuatan yang melimpah kepada kita.
Seperti Paulus, Dia yang tetap selalu setia menjadi seorang hamba yang melayani Tuhan apapun pergumulan yang sedang dihadapinya. demikianlah kita juga menjadi hamba yang setia untuk melayani Tuhan dalam setiap kehidupan kita masing-masing. Seperti Paulus yang dipercayakan untuk memberitakan Injil dan memelihara jemaat yang dipercayakan kepadanya, demikian halnya dengan kita, kita memiliki panggilan hidup masing-masing yang dipercayakan kepada kita. Tuhan percayakan kita keluarga, pasangan hidup, anak, pekerjaan, pelayanan. Tentu kita mempunyai pergumulan masing-masing dalam menjalani panggilan hidup kita. Maka bagaimana kita untuk tidak putus asa dan tawar hati menghadapi setiap tantangan yang kita hadapi, kita mau memperjuangkan apa yang dipercakan Tuhan kepada kita hingga garis akhir. Sebagaimana dikatakan di Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”. Inilah yang menjadi memotivasi kita menjalani kehidupan kita.
No comments :
Post a Comment