Bacaan firman
Tuhan: Yosua 24: 14-24
Oleh sebab itu, takutlah akan TUHAN dan
beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan setia. Jauhkanlah allah yang
kepadanya nenek moyangmu telah beribadah di seberang sungai Efrat dan di Mesir,
dan beribadahlah kepada TUHAN. Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk
beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan
beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai
Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan
seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!"
Begitu
besar perbuatan Tuhan bagi umatNya, inilah yang dirasakan oleh Yosua. Sehingga Yosua
tidak ingin umat Israel melupakan segala perbuatan Tuhan. Sebab Tuhan yang
memanggil, membentuk dan sampai kepada tanah yang dijanjikan oleh Tuhan.
Yosua
menyadari usianya yang sudah lanjut, adalah sangat penting mengingatkan kembali
umat Israel segala perbuatan Tuhan dan juga tentang kesetiaan mereka kepada
Tuhan. Maka Yosua melakukan pembaharuan perjanjian di Sikhem. Yang mana Sikhem
adalah tempat pertama kali Tuhan menjanjikan tanah kanaan kepada Abram dan
mendirikan mezbah bagi Tuhan (Kejadian 12: 6-7).
Yosua
ingin menekankan bahwa kemenangan dan keserhasilan yang mereka raih itu adalah
perbuatan Tuhan. Tuhanlah yang telah membimbing umatNya, mulai leluhur mereka
Abraham, Ishak, Yakub, Musa dan sampai saat itu. Jika Tuhan sudah begitu
baiknya pada mereka, dan ternyata mereka meninggalkan Tuhan dan pergi menyembah
ilah lain, tentu Tuhan akan murka.
Maka
pembaharuan perjanjian ini tidak lain adalah mempertegas iman mereka kembali
kepada Tuhan. Yosua berkata kepada seluruh umat Israel “pilihlah pada hari ini kepada
siapa kamu akan beribadah;….Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah
kepada TUHAN!".
Dapat
dikatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yosua ini tidak lain adalah
mengevaluasi iman kepada Tuhan. Maka penting bagi kita untuk terus mengevaluasi
iman kepada Tuhan, bisa karena kesibukan dan rutinitas dan berbagai macam
persoalan yang kita hadapi hingga kita terlena akan dunia sehingga melupakan
hubungan kita dengan Tuhan.
Lihatlah
langkah hidup kita, entah kita sudah menyimpang ke kiri atau ke kanan (Yosua 1:
7). Kita memaksakan berjalan, sementara kaki kita sudah begitu berat untuk
melangkah karena sebenarnya jalan hidup kita itu sudah salah. Semakin kita
jalan, semakin kita tersesat dan semakin berputus harapan. Maka berhentilah
sejenak, perhatikan langkah hidup kita.
Jika
kita hendak meneliti dengan dalam, tentang perjalanan kehidupan kita, maka tidak
ada alasan bagi kita untuk tidak mensyukuri segala perbuatan Tuhan yang besar
bagi hidup kita. Maka adalah layak bagi kita menyembah dan memuliakan Tuhan
dalam hidup kita. Itulah sebabnya Yosua berpesan kepada umat Israel “Oleh
sebab itu, takutlah akan TUHAN dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus
ikhlas dan setia” (ay. 14).
Inilah
ibadah yang dikehendaki oleh Tuhan,
Tulus dan Ikhlas:
Adalah bentuk kesungguhan dari dalam diri kita untuk datang kepada Tuhan. Bukan
karena paksaan atau motif lainnya selain karena keinginan kita untuk bersekutu
dengan Tuhan yang selalu mengasihi kita. Kita datang kepada Tuhan adalah karena
kita mengenal Dia adalah keselamatan kita.
Hal
seperti inilah yang sangat ditentang oleh Tuhan Yesus, ketika ibadah itu
menjadi formalitas dan ajang untuk memuliakan diri dan bukan lagi untuk
memuliakan Tuhan. Kemunafikan sangat berlawanan dengan ketulusan dan keiklasan.
Setia:
Dia adalah Allah yang cemburu, yang tak ingin diduakan. Tuhan itu bukan
penyelamat alternatif, mengimani Tuhan bukan untuk uji coba. Iman kita kepada
Tuhan harus dari totalitas kehidupan kita. Apa yang dikatakan Tuhan itulah yang
kita perbuat, dan apa yang dijanjikan Tuhan hanya itulah yang menjadi harapan
kita.
Tentang
bagaimana kesungguhan kita datang beribadah kepada Tuhan, hal itu akan tampak
dan kelihatan dari sikap hidup kita. Bagaimana ketulusan, keikhlasan dan
kesetiaan kita untuk beribadah pada Tuhan semuanya akan terlihat juga dari
perbuatan hidup kita.
Ini
jugalah yang ditekankan oleh Yosua atas jawaban umat Israel yang berkata bahwa
hanya kepada Tuhan mereka beribadah, Yosua menyampaikan “Kamulah saksi terhadap kamu
sendiri” (ay.22). Bahwa janji yang mereka ucapkan itu dengan sendirinya
akan terbukti dari perbuatan mereka, dan segala konsekuensi atas janji mereka
juga akan nyata dalam diri mereka. Hal ini juga sejalan dengan apa yang Paulus katakan
di Roma 12: 1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan
kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup,
yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”.
1 comment :
trima kasih untuk renungannya Pastor,saya lagi mencari referensi untuk khotbah dengan topik tulus ikhlas.Tuhan Yesus memberkati Pastor, teruslah membuat khotbah-khotbah.
Post a Comment