Bacaan Firman
Tuhan: Roma 12: 1-3
Karena
itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang
berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi
serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga
kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan
kepada Allah dan yang sempurna. Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan
kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu
memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi
hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut
ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.
Dalam
ibadah umat Israel, para imam membawa kurban persembahan umat kepada Allah. Kurban
persembahan itu adalah binatang yang tidak bercacat yang akan disembelih. Hal ini
akan terus dilakukan untuk kurban pengampunan dosa umat dan juga imam yang
membawanya kepada Tuhan.
Namun,
Yesus Kristus telah menjadi Imam Besar yang saleh, tanpa noda dan dosa dan Dia
sendirilah korban persembahan yang tidak bercacat itu, dan hal ini dilakukan
satu kali untuk selama-lamanya (Ibrani 7: 26-27).
Melalui
pengorbanan Kristus untuk pengampunan dosa kita, maka kita dapat datang
kehadapan Tuhan dengan penuh ucapan syukur atas pengampunan dosa kita bukan
lagi membawa korban persembahan yang mati, tetapi persembahan yang hidup oleh
karena kemurahan Allah (ay. 1), dan inilah ibadah yang sejati itu, yaitu
membawa persembahan yang hidup sebagai ucapan syukur.
Persembahan
yang hidup itu adalah diri kita sendiri, yaitu diri kita yang telah mati bagi
dosa dan telah memperoleh hidup baru (Roma 6: 4, 11). Tuhan menghendaki agar
hidup kita ini menjadi alat kebenaran (Roma 6: 13) dan juga menjadi bait Allah
yang kudus (1 Kor. 6: 19-21).
Dari
pengertian diatas, dapatlah kita mengarah pada praktek atau wujud nyata dari
syukur kita kepada Tuhan, yaitu tidak serupa dengan dunia ini, tetapi berubah
oleh pembaharuan budi (ay. 2). Hidup orang yang telah ditebus oleh Kristus
tentu tidak lagi sama dengan orang yang tidak percaya. Dari dalam diri orang
percaya itu akan memancarkan mana kehendak Allah dan mana yang berkenan kepada
Allah. Sebagamana juga dituliskan di Galatia 2: 20 “Namun aku hidup, tetapi bukan
lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku. Dan
hidupku yang kuhidupi sekarang di dalam daging, adalah hidup oleh iman dalam
Anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya untuk aku.”
Ketika
kita telah mengenal siapa diri kita di hadapan Tuhan dan juga di dunia ini,
tentu akan ada namanya penguasaan diri sebagaimana dikatakan di ayat 3 “Menguasai
diri menurut ukuran iman”. Oleh karena Iman kita kepada Tuhan Yesus
Kristus, kita tidak lagi asal hidup, bekerja, berkata-kata dan berbuat. Kita akan
menguasai diri sesuai dengan kehendak Tuhan.
Sebagai
wujud syukur kita kepada Tuhan yang memberikan kita hidup yang baru, tentu kita
akan memberikan yang terbaik kepada Tuhan. Apakah yang terbaik dapat kita beri
kepada Tuhan? Kita tidak dapat membayar lunas dengan apapun atas apa yang
diperbuat Allah dalam hidup kita, tetap kita adalah orang-orang yang berhutang
di hadapan Allah. Namun kita diajar firman Tuhan untuk selalu hidup dengan
penuh syukur, apapun yang kita perbuat adalah wujud syukur kita pada Tuhan.
Kita
mempersembahkan hidup kepada kehendak Tuhan bukan untuk keinginan duniawi. Wujud
syukur kita kepada Tuhan bukan doa, nyanyian yang formalitas, tetapi doa dan
nyanyian yang nyata dalam perbuatan dan sikap hidup kita, itulah ibadah yang
sejati. Sebagaimana Paulus menuliskan di 1 Korintus 14: 15 “Jadi, apakah yang harus kubuat?
Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan
akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku
akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”
No comments :
Post a Comment