Bacaan Firman Tuhan: 1 Tesalonika 2:1-8; Mazmur 1:1-6
Paulus yang telah mengalami
kasih Allah yang besar menggerakkannya untuk pergi memberitakan keselamatan
dari Tuhan bagi dunia (Kis.9:15) . Sehingga Paulus menyatakan “celakalah
aku, jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Kor. 9:16).
Paulus menekankan
bahwa pelayanannya bukan berdasarkan tipu daya manusia maupun untuk mencari
pujian dari manusia, namun karena Tuhan mempercayakan dan menolong Paulus
memberitakan Injil. Maka keberhasilan pekabaran Injil semata-mata adalah karena
pertolongan Tuhan dan juga semangat kasih Allah yang tertanam dalam dirinya,
sehingga segala bentuk rintangan dan tantangan yang dihadapinya dalam pekabaran
Injil dapat dilalui.
Dasar pekabaran Injil yang
boleh diterangkan oleh Paulus ini adalah supaya pelayanan yang telah tertanam
pada jemaat Tesalonika tidak rusak akibat tuduhan-tuduhan orang Yahudi yang
iri tentang dirinya yang menyatakan
ajarannya adalah suatu tipu daya, kebohongan dan juga memberikan ajaran dengan
maksud lain.
Maka Paulus mengungkapkan
sikapnya, yaitu motivasi dalam dirinya untuk memberitakan Injil seperti perbuatan
“seorang
ibu mengawasi dan merawati anaknya” (ay. 7). Bagaimana seorang ibu yang
mengasihi anaknya akan mencurahkan kasih sayang dengan ketulusan dan kemurnian
yang akan mengarahkan dan mendidik anaknya kejalan yang benar.
Motivasi memberitakan Injil
tidak lahir dari keinginan untuk menyukakan hati manusia, tetapi hanyalah untuk
menyukakan hati Allah. Hal ini terjadi karena panggilan iman kepada Kristus
untuk menjadi saksi keselamatan Tuhan, yakni memberitakan Injil yang lahir dari
kesaksian akan apa yang dilihat dan dialami bersama Tuhan, maka itu jugalah
yang akan diberitakan. Seperti pengutusan Tuhan Yesus “pergilah keseluruh dunia,
beritakanlah Injil kepada segala mahluk” (Mrk. 16:15), maka tugas pemberitaan
Injil menjadi panggilan iman, sebab para muridNya telah menjadi “saksi
dari semuanya itu” (Luk. 24:48).
Pengalaman iman bersama
Tuhan yang akan mendorong kita untuk mampu menjadi pelayan dan jemaat yang
missioner. Jika seseorang tidak dapat menyadari dan mengakui kasih Tuhan dalam
hidupnya, bagaimana mungkin dia mampu menyatakan kasih Tuhan kepada sesamanya?
Maka dalam nas ini, Paulus ingin
menyatakan bahwa kelayakannya memberitakan Injil lahir dari responnya atas
kasih Tuhan yang telah dinyatakan atas hidupnya. Sehingga yang dilakukannya
hanyalah untuk menyukakan hati Allah sebagaimana dia telah menjadi saksi akan
kasih Allah yang besar. Motivasi pelayanan Paulus ini mengingatkan kita akan
panggilan Tuhan bagi umatNya untuk menjadi saksi-saksiNya di dunia. Sebagai
seorang yang telah merasakan kasih Allah yang besar, maka selayaknyalah kita
bersaksi akan kasih yang telah kita terima dari Tuhan.
Paulus memperlihatkan kuasa
kasih Allah telah mengubah pandangan hidupnya, bahwa pemberitaan Injil yang
dilakukannya adalah wujud dari respon kasih Allah yang dicurahkan atas
hidupnya. Maka kesadaran kita akan kasih Allah pastinya akan mengubah cara
pandang hidup hanya untuk kemuliaan Tuhan. Kita akan seperti pohon di tepi
aliran air yang menghasilkan buahnya pada musimnya (Mzm. 1:1-6), bahwa kita
memuliakan Tuhan karena kasih Tuhan itu mengaliri kehidupan kita.
Sebagai pelayan maupun
orang-orang yang percaya kepada Kristus bukan sedang mencari dan berbuat
sesuatu yang akan binasa, tetapi untuk berbuat untuk hal yang kekal. Seperti
yang dikatakan oleh Paulus “Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari
kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia?
Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah
hamba Kristus” (Gal. 1:10). Maka setiap pelayanan, kasih dan keramahan yang
kita lakukan adalah buah keselamatan yang telah dinyatakan Allah atas hidup
kita, dan bukan karena niat yang lahir dari kehendak dan keinginan daging kita.
No comments :
Post a Comment