Nas khotbah ini merupakan kelanjutan
dari pengutusan ke-dua belas murid Tuhan Yesus yang berlanjut dengan
nasehat dan pesan-pesan pengutusanNya (Mat. 10). Untuk memahami
ucapan-ucapan Tuhan Yesus memang kita harus berhati-hati memahaminya,
karena jika tidak kita akan jatuh pada pemahaman yang salah akan
maksud Tuhan Yesus.
Secara umum kita dapat memperhatikan
setiap ucapan Tuhan Yesus adalah suatu pengutusan untuk
memberitatakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat (Mat. 10: 7). Dalam
pengutusan itu, Tuhan Yesus mengingatkan agar mereka waspada sebab
dalam pengutusan itu ada banyak tantangan dari dunia ini. Namun
demikian, seberat apapun tantangan yang boleh mereka terima untuk
memberitakan Injil kerajaan sorga, Tuhan memberika mereka jaminan
keselamatan dan kekuatan dari Tuhan. Satu yang pasti bahwa pengutusan
ini bukanlah dari manusia, tetapi pengutusan ini adalah dari Bapa
yang disorga, sehingga mereka akan dimampukan dalam memberitakan
berita keselamatan dari Allah.
Dalam nas khotbah kita ini, ada
beberapa jaminan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus supaya mereka
berani dan semangat dalam pengutusan yang mereka terima, yaitu:
1. Penderitaan yang mungkin akan
mereka alami tidak akan melebihi dari apa yang telah diterima
Tuhan Yesus di dunia ini.
Dalam ay. 24-25 Tuhan Yesus telah
menggambarkan: “Seorang murid tidak lebih dari gurunya”, “Seorang
hamba dari pada tuannya” ataupun “Tuan rumah dan seisi rumah”
sebagai hubungan DiriNya dengan murid-muridNya. Kalaupun mereka harus
menerima penolakan dan penganiayaan tidak akan melebihi dari apa yang
telah diterima Tuhan Yesus.
2. Jaminan kehidupan
Mengenai keselamatan Tuhan Yesus
pastikan bahwa keselamatan hidup mereka akan dijamin Allah. Sebab
yang memanggil dan yang mengutus mereka adalah Allah. Apapun yang ada
di dunia ini semuanya adalah sepengatahuan Allah, sampai “rambut
dikepala” Tuhan mengetahuinya. Tuhan memastikan pemeliharaan
kehidupan murid-muridNya dari Allah.
3. Penderitaan yang mungkin akan
mereka terima tidak akan dapat dibandingkan dengan hukuman bagi
mereka yang menolak kesaksian mereka.
Tuhan mengingatkan kembali untuk jangan
takut kepada yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa
membunuh jiwa (ay.28), sebab hanya Allah sajalah yang berkuasa
membunuh jiwa dan tubuh. Oleh sebab itu, kalaupun mereka akan
menerima suatu penganiayaan, mereka harus menyadari bahwa itu tidak
akan sebanding dengan yang akan mereka dapatkan yaitu hukuman dari
Allah yang akan membunuh baik tubuh maupun jiwa mereka.
Panggilan ini bukan hanya kepada ke-dea
belas murid Yesus, tetapi kepada kita juga orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus. Tuhan memanggil kita untuk memberitakan kabar sukacita
dari Tuhan sebagai mana kita adalah tubuh Kristus. Dalam kehidupan
kita sebagai orang kristen tidak jarang kita akan menghadapi
tantangan mulai dari hal-hal diskriminasi sampai kepada perlakuan
kasar dari orang-orang yang tidak menginginkan keberadaan kita. Namun
demikian ada hal yang harus kita ingat bahwa Tuhan Yesus tidak pernah
mengajarkan untuk membenci mereka, namun kita juga jangan jadi takut,
sehingga kita tidak terjerumus dalam sikap fanatik yang picik dengan
mengabaikan amanat agung Tuhan Yesus yaitu kasih dan pengampunan.
Melalui nas ini, Tuhan menggugah
komitmen kita sebagai pengikutNya, bagaimana kasih kita kepada Allah?
Apakah kasih kita kepadaNya sudah seutuhnya? Apakah kita telah
menempatkan Tuhan diatas dari segalanya? Sebab bagaimana kita mampu
untuk memberitakan Injil Kristus dalam kehidupan kita jika belum
mampu menguasai diri sendiri atas godaan-godaan kehidupan ini. Sebab
itu, sebelum kita menghadapi tantangan dari luar kita harus mampu
memenangkan tantangan dari diri sendiri untuk mengalahkan keinginan
daging. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan: “Barangsiapa tidak
memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (ay.
38). Sehingga “pedang” yang dibawa oleh Kristus harus jelas dalam
hidup kita untuk mampu memisahkan diri kita akan keinginan daging.
Sehingga komitmen kita mengikut Yesus
itu harus jelas! Apakah kita berani mengakui Yesus di depan manusia?
Mengaku tidak hanya kata, tetapi lebih dari itu adalah mengakui
Yesus dalam perbuatan dan tindakan kita. Bagaimana kita berani
menyatakan kebenaran ditengah-tengah hidup yang tidak benar;
bagaimana menyatakan kasih ditengah-tengah kebencian; bagaimana kita
berani menyatakan teguran dalam situasi yang salah; bagaimana kita
menyatakan belas kasih di tengah-tengah hidup yang membutuhkan uluran
tangan kita; bagaimana kita mampu untuk memaafkan orang yang
menyakiti kita; bagaimana kita mampu menyatakan iman kita ketika kita
digoda untuk menyangkal iman. Disinilah Injil Kristus kita
beritakan.
Dalam surat Efesus, Paulus menasehatkan
jemaat untuk memakai perlengkapan senjata Allah (Efesus 6:10-18)
untuk tetap mengenakan kekuatan kuasa Allah menghadapi kehidupan ini,
supaya dengan segenp hati mau melakukan segala kehendak Tuhan. Maka
marilah menjadikan kehidupan kita adalah berita Injil Kristus yang
nyata yang dapat dilihat semua orang.
Nas khotbah ini merupakan kelanjutan
dari pengutusan ke-dua belas murid Tuhan Yesus yang berlanjut dengan
nasehat dan pesan-pesan pengutusanNya (Mat. 10). Untuk memahami
ucapan-ucapan Tuhan Yesus memang kita harus berhati-hati memahaminya,
karena jika tidak kita akan jatuh pada pemahaman yang salah akan
maksud Tuhan Yesus.
Secara umum kita dapat memperhatikan
setiap ucapan Tuhan Yesus adalah suatu pengutusan untuk
memberitatakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat (Mat. 10: 7). Dalam
pengutusan itu, Tuhan Yesus mengingatkan agar mereka waspada sebab
dalam pengutusan itu ada banyak tantangan dari dunia ini. Namun
demikian, seberat apapun tantangan yang boleh mereka terima untuk
memberitakan Injil kerajaan sorga, Tuhan memberika mereka jaminan
keselamatan dan kekuatan dari Tuhan. Satu yang pasti bahwa pengutusan
ini bukanlah dari manusia, tetapi pengutusan ini adalah dari Bapa
yang disorga, sehingga mereka akan dimampukan dalam memberitakan
berita keselamatan dari Allah.
Dalam nas khotbah kita ini, ada
beberapa jaminan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus supaya mereka
berani dan semangat dalam pengutusan yang mereka terima, yaitu:
1. Penderitaan yang mungkin akan
mereka alami tidak akan melebihi dari apa yang telah diterima
Tuhan Yesus di dunia ini.
Dalam ay. 24-25 Tuhan Yesus telah
menggambarkan: “Seorang murid tidak lebih dari gurunya”, “Seorang
hamba dari pada tuannya” ataupun “Tuan rumah dan seisi rumah”
sebagai hubungan DiriNya dengan murid-muridNya. Kalaupun mereka harus
menerima penolakan dan penganiayaan tidak akan melebihi dari apa yang
telah diterima Tuhan Yesus.
2. Jaminan kehidupan
Mengenai keselamatan Tuhan Yesus
pastikan bahwa keselamatan hidup mereka akan dijamin Allah. Sebab
yang memanggil dan yang mengutus mereka adalah Allah. Apapun yang ada
di dunia ini semuanya adalah sepengatahuan Allah, sampai “rambut
dikepala” Tuhan mengetahuinya. Tuhan memastikan pemeliharaan
kehidupan murid-muridNya dari Allah.
3. Penderitaan yang mungkin akan
mereka terima tidak akan dapat dibandingkan dengan hukuman bagi
mereka yang menolak kesaksian mereka.
Tuhan mengingatkan kembali untuk jangan
takut kepada yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa
membunuh jiwa (ay.28), sebab hanya Allah sajalah yang berkuasa
membunuh jiwa dan tubuh. Oleh sebab itu, kalaupun mereka akan
menerima suatu penganiayaan, mereka harus menyadari bahwa itu tidak
akan sebanding dengan yang akan mereka dapatkan yaitu hukuman dari
Allah yang akan membunuh baik tubuh maupun jiwa mereka.
Panggilan ini bukan hanya kepada ke-dea
belas murid Yesus, tetapi kepada kita juga orang yang percaya kepada
Tuhan Yesus. Tuhan memanggil kita untuk memberitakan kabar sukacita
dari Tuhan sebagai mana kita adalah tubuh Kristus. Dalam kehidupan
kita sebagai orang kristen tidak jarang kita akan menghadapi
tantangan mulai dari hal-hal diskriminasi sampai kepada perlakuan
kasar dari orang-orang yang tidak menginginkan keberadaan kita. Namun
demikian ada hal yang harus kita ingat bahwa Tuhan Yesus tidak pernah
mengajarkan untuk membenci mereka, namun kita juga jangan jadi takut,
sehingga kita tidak terjerumus dalam sikap fanatik yang picik dengan
mengabaikan amanat agung Tuhan Yesus yaitu kasih dan pengampunan.
Melalui nas ini, Tuhan menggugah
komitmen kita sebagai pengikutNya, bagaimana kasih kita kepada Allah?
Apakah kasih kita kepadaNya sudah seutuhnya? Apakah kita telah
menempatkan Tuhan diatas dari segalanya? Sebab bagaimana kita mampu
untuk memberitakan Injil Kristus dalam kehidupan kita jika belum
mampu menguasai diri sendiri atas godaan-godaan kehidupan ini. Sebab
itu, sebelum kita menghadapi tantangan dari luar kita harus mampu
memenangkan tantangan dari diri sendiri untuk mengalahkan keinginan
daging. Itulah sebabnya Tuhan Yesus menyatakan: “Barangsiapa tidak
memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku” (ay.
38). Sehingga “pedang” yang dibawa oleh Kristus harus jelas dalam
hidup kita untuk mampu memisahkan diri kita akan keinginan daging.
Sehingga komitmen kita mengikut Yesus
itu harus jelas! Apakah kita berani mengakui Yesus di depan manusia?
Mengaku tidak hanya kata, tetapi lebih dari itu adalah mengakui
Yesus dalam perbuatan dan tindakan kita. Bagaimana kita berani
menyatakan kebenaran ditengah-tengah hidup yang tidak benar;
bagaimana menyatakan kasih ditengah-tengah kebencian; bagaimana kita
berani menyatakan teguran dalam situasi yang salah; bagaimana kita
menyatakan belas kasih di tengah-tengah hidup yang membutuhkan uluran
tangan kita; bagaimana kita mampu untuk memaafkan orang yang
menyakiti kita; bagaimana kita mampu menyatakan iman kita ketika kita
digoda untuk menyangkal iman. Disinilah Injil Kristus kita
beritakan.
Dalam surat Efesus, Paulus menasehatkan
jemaat untuk memakai perlengkapan senjata Allah (Efesus 6:10-18)
untuk tetap mengenakan kekuatan kuasa Allah menghadapi kehidupan ini,
supaya dengan segenp hati mau melakukan segala kehendak Tuhan. Maka
marilah menjadikan kehidupan kita adalah berita Injil Kristus yang
nyata yang dapat dilihat semua orang.
No comments :
Post a Comment