Renungan: Yeremia 20: 7-13
Kisah yang menarik dari pemanggilan
Yeremia bahwa ia telah dippanggil Tuhan menjadi seorang nabi sebelum
ia dibetuk dalam rahim ibunya (Yer. 1:5). Tuhan memang benar-benar
sudah mempersiapkan Yeremia menjadi seorang Nabi. Namun demikian
bukan berarti Yeremia hidup tanpa tantangan dan kendala yang
dihadapinya sebagai seorang nabi. Hal ini kita dapat melihat dari nas
renungan kita ini, yang mana seakan-akan Yeremia hendak menggugat
Allah mengapa dia harus dipanggil menjadi seorang nabi karena
kesusahan dan tekanan yang dialaminya. Sampai dia menyatakan mengapa
dia tidak dibunuh saja ketika masih dalam kandungan dan menyesalkan
dia terlahir dari kandungan ibunya (ay. 17-18).
Yeremia telah memberikan dirinya
menjadi Nabi, dan memberitakan Firman Tuhan, namun dia menjadi
tertawaan, olok-olokan, dipandang rendah dan diintai-intai untuk
menjatuhkan dirinya. Inilah keluh kesah Yeremia yang disampaikan
kepada Tuhan. Yeremia merasakan hidup dalam sesuatu yang sulit:
ketika ia mau meninggalkan pelayanannya hatinya menolak dan menderita
tetapi ketika setia melayani, maka ia harus terus berhadapan dengan
tekanan dan penderitaan dalam hidupnya.
Walaupun sepertinya Yeremia
memperlihatkan keluhannya, namun terdapat kekuatan dalam kelemahannya
itu yang membuatnya tetap setia dalam pelayanannya (bandingkan Matius 10:24-39):
Tuhan yang memanggil bukan manusia
Ini adalah kesaksian Yeremia yang 'tak
dapat dibantah olehnya, sehingga kita dia meyakini bahwa panggilannya
sebagai seorang nabi adalah dari Allah maka kepercayaannya teguh
bahwa “Tuhan menyertainya seperti pahlawan yang gagah”. Di dalam
kelemahan dan kesusahannya dalam pelayanan, dia tetap di topang dan
dijagai oleh kuasa kebesaran Tuhan yang tetap memberikan kekuatan
padanya.
Penderitaan yang dialaminya tidak
sebanding dengan hukuman Allah
Seberat apapun kesusahannya dalam
pelayanannya, namun Tuhan adalah adil yang akan memberikan
penghukuman bagi mereka yang menolak Firman Tuhan. Yeremia percaya
bahwa Allah melihat isi hati manusia. Tuhan yang akan membalaskan segala
perbuatan orang-orang yang menolak Firman Tuhan dan utusanNya.
Untuk melakukan firman Tuhan bukanlah
perkara yang mudah bila kita masih terikat akan keinginan daging,
namun firman Tuhan pun pasti mampu kita lakukan ketika kita mau untuk
menyerahkan diri kepada Tuhan.
Sebagai orang yang percaya kepada
Kristus, kita dipanggil untuk menyatakan firman
Tuhan dalam kehidupan kita. Apakah kita merasakan dilema antara
mengikuti keinginan daging dan melakukan firman Tuhan? Hal-hal
seperti ini bisa dapat dimaklumi, namun yang terpenting adalah hasil
akhirnya, apakah mengikuti Firman Tuhan atau mengikuti keinginan
daging? Tetapi kita belajar dari Nabi Yeremia bahwa ia tetap memilih
panggilan Tuhan untuk menyatakan Firman Allah dalam kehidupannya.
Ada banyak orang
kristen yang pada akhirnya memilih untuk mengikuti keinginan
dagingnya, tidak mau ambil susah yang penting senang tanpa kendala
dan menghiraukan Firman Tuhan. Mulai dari mencari jabatan, korupsi,
pekerjaan yang melawan hukum sampai pada masalah-masalah sikap dan
tindakan. Paling sering juga yang terjadi adalah masalah sikap dan
tindakan terhadap orang lain, mungkin karena sakit hati dia lebih
mengikuti keinginan dagingnya untuk membenci dan memusuhi, padahal
Tuhan memanggil kita untuk mengasihi sesama kita walaupun kita harus
dibenci.
Sehingga
kita harus terus merenungkan ucapan Tuhan Yesus “Setiap
orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya
di depan Bapa-Ku yang di Sorga. Tetapi barangsiapa yang menyangkal
Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku
yang di Sorga” (Mat.
10:32-33). Pengakuan itu bukan hanya kata-kata, namun pengakuan itu
lebih dititikan pada pengakuan akan Firman Tuhan dalam sikap dan
tindakan. Tuhan-lah yag menjadi kekuatan kita dalam melakukan dan
menyatakan FirmanNya dalam hidup kita. Amin