Khotbah dan Renungan Kristen

Kumpulan Bahan dan Khotbah Kristen terbaru, Kumpulan renungan kristen, Ilustrasi Khotbah, Ayat Emas Alkitab, Kumpulan Gambar Tuhan Yesus Kristus

Thursday, March 27, 2014

Jangan Asal Percaya, Jadilah Anak-anak Terang (Efesus 5: 8-14)


Tuhan Yesus dalam khotbahNya di bukit bersabda “Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Mat. 5:15) dengan maksud agar terang umat percaya itu bercahaya di depan semua orang. Dapat kita artikan ucapan Yesus ini mengarahkan kepada “posisi” dimana pelita itu akan ditempatkan.
Jika pelita itu dibawah gantang pastinya tidak akan menyalurkan fungsi dari pelita itu sendiri, namun haruslah diletakkan di atas kaki dian supaya pelita itu memainkan peran dan fungsinya sebagai penerang. (bnd. "Menjadi Garam dan Terang").

Demikian jugalah pesan yang disampaikan dalam surat Efesus ini kepada jemaat yaitu agar “Hidup sebagai anak-anak terang”, sebab melalui iman kepada Kristus kita adalah terang (“Kamu adalah terang”) di dunia ini yang memancarkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran. 

Kebaikan (agathosune)
Kebaikan menuntut kita untuk ber-empati kepada orang lain, yaitu kebaikan yang penuh kasih, kemurahan dan kepedulian yang ‘tak berubah. Kebaikan adalah suatu sikap dan tindakan yang keluar dari kejujuran hati. Tidak ada kebaikan yang jauh lebih besar dari kabar baik yang telah diperbuat Allah melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Kebaikan menggambarkan janji keselamatan Allah bagi umatNya. Kita tidak dapat membayar dengan apapun kebaikan Allah dalam hidup kita selain kita berusaha untuk serupa dengan Kristus untuk berbuat kebaikan. Ada beberapa contoh tokoh dalam Alkitab yang dapat kita renungkan mengenai kebaikan, contohnya adalah kebaikan Daud terhadap Saul ataupun kebaikan Yusuf kepada saudara-saudaranya.

Jika kita memiliki iman kepada Kristus, maka biarlah anugerah Allah bekerja dalam diri kita. Kita mengakui kuasa dan kedaulatan Allah ditengah-tengah kehidupan kita, maka kebaikan pun akan mengalir tanpa memperhitungkan kesalahan dan kekurangan yang diperbuat orang lain terhadap kita. 

Keadilan (dikaiosune)
Dikatakan adil bukanlah yang adil menurut pikiran ataupun adil menurut dunia ini, tetapi keadilan yang dimaksud adalah sikap dan tindakan yang bersumber dari kebenaran Firman Allah. Untuk memahami keadilan yang dimaksud dapat kita pahami seperti perkataan Tuhan Yesus “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yoh. 4: 34). Sehingga yang adil itu adalah melakukan apa yang dituntut oleh Allah. Maka kita menjalani kehidupan ini berdasarkan petunjuk Allah, sebab yang kita perbuat dan lakukan itu adalah menjadi pelayanan untuk Tuhan.

Kebenaran (aletheia)
Dapat diartikan dengan “non-concealment” yaitu menunjukkan, memperlihatkan, menyatakan, mengungkapkan apa adanya dengan jujur tanpa ada yang disembunyikan. Pada prinsipnya, kita tidak akan dapat melakukan kebenaran tanpa bertitik tolak pada kebenaran sejati yaitu Kristus (Yoh. 14: 6). Kebenaran menuntut kejujuran iman bahwa kita hanya menjalani kehidupan melalui jalan kebenaran yang diperlihatkan oleh Kristus, “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran” (1 Yoh. 1: 6 dst.). hidup dalam kebenaran adalah hidup yang percaya 100 persen kepada Kristus bukan setengah ataupun seperempat.

Kita adalah anak-anak terang, maka sikap, tindakan, perbuatan, pikiran dan semua segi-segi kehidupan kita berfokus kepada Kristus. Sebab Dia-lah Terang sejati. Menjadi anak-anak terang adalah memiliki kasih, tunduk dibawah tuntunan Tuhan dan yakin percaya bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup.

Itulah prinsip hidup Kristen yang harus “diperlihatkan” sehingga dunia dapat melihat Kristus di dalam hidup kita. Maka jangan “asal hidup”, “asal percaya”, menjadi anak-anak terang tidak asal-asalan dalam berbicara, berfikir, bertindak, berbuat tetapi “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Itulah sebabnya di ayat selanjutnya (ay. 15 – 21) diingatkan pada kita “Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup” bahwa kita dituntut untuk berusaha mengerti kehendak Tuhan disetiap tindakan yang akan kita lakukan.



                                 ‘Ku ingin menyerahkan seluruh hidupku,

                                  Sekalipun ‘tak layak, kepada Tuhanku.
                                  Kubunuh keinginan dan hasrat hatiku,
                                  Supaya hanya Tuhan mengisi hidupku
                                                      Kidung Jemaat No. 441
 

Tuhan Yesus dalam khotbahNya di bukit bersabda “Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Mat. 5:15) dengan maksud agar terang umat percaya itu bercahaya di depan semua orang. Dapat kita artikan ucapan Yesus ini mengarahkan kepada “posisi” dimana pelita itu akan ditempatkan.
Jika pelita itu dibawah gantang pastinya tidak akan menyalurkan fungsi dari pelita itu sendiri, namun haruslah diletakkan di atas kaki dian supaya pelita itu memainkan peran dan fungsinya sebagai penerang. (bnd. "Menjadi Garam dan Terang").

Demikian jugalah pesan yang disampaikan dalam surat Efesus ini kepada jemaat yaitu agar “Hidup sebagai anak-anak terang”, sebab melalui iman kepada Kristus kita adalah terang (“Kamu adalah terang”) di dunia ini yang memancarkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran. 

Kebaikan (agathosune)
Kebaikan menuntut kita untuk ber-empati kepada orang lain, yaitu kebaikan yang penuh kasih, kemurahan dan kepedulian yang ‘tak berubah. Kebaikan adalah suatu sikap dan tindakan yang keluar dari kejujuran hati. Tidak ada kebaikan yang jauh lebih besar dari kabar baik yang telah diperbuat Allah melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Kebaikan menggambarkan janji keselamatan Allah bagi umatNya. Kita tidak dapat membayar dengan apapun kebaikan Allah dalam hidup kita selain kita berusaha untuk serupa dengan Kristus untuk berbuat kebaikan. Ada beberapa contoh tokoh dalam Alkitab yang dapat kita renungkan mengenai kebaikan, contohnya adalah kebaikan Daud terhadap Saul ataupun kebaikan Yusuf kepada saudara-saudaranya.

Jika kita memiliki iman kepada Kristus, maka biarlah anugerah Allah bekerja dalam diri kita. Kita mengakui kuasa dan kedaulatan Allah ditengah-tengah kehidupan kita, maka kebaikan pun akan mengalir tanpa memperhitungkan kesalahan dan kekurangan yang diperbuat orang lain terhadap kita. 

Keadilan (dikaiosune)
Dikatakan adil bukanlah yang adil menurut pikiran ataupun adil menurut dunia ini, tetapi keadilan yang dimaksud adalah sikap dan tindakan yang bersumber dari kebenaran Firman Allah. Untuk memahami keadilan yang dimaksud dapat kita pahami seperti perkataan Tuhan Yesus “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yoh. 4: 34). Sehingga yang adil itu adalah melakukan apa yang dituntut oleh Allah. Maka kita menjalani kehidupan ini berdasarkan petunjuk Allah, sebab yang kita perbuat dan lakukan itu adalah menjadi pelayanan untuk Tuhan.

Kebenaran (aletheia)
Dapat diartikan dengan “non-concealment” yaitu menunjukkan, memperlihatkan, menyatakan, mengungkapkan apa adanya dengan jujur tanpa ada yang disembunyikan. Pada prinsipnya, kita tidak akan dapat melakukan kebenaran tanpa bertitik tolak pada kebenaran sejati yaitu Kristus (Yoh. 14: 6). Kebenaran menuntut kejujuran iman bahwa kita hanya menjalani kehidupan melalui jalan kebenaran yang diperlihatkan oleh Kristus, “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran” (1 Yoh. 1: 6 dst.). hidup dalam kebenaran adalah hidup yang percaya 100 persen kepada Kristus bukan setengah ataupun seperempat.

Kita adalah anak-anak terang, maka sikap, tindakan, perbuatan, pikiran dan semua segi-segi kehidupan kita berfokus kepada Kristus. Sebab Dia-lah Terang sejati. Menjadi anak-anak terang adalah memiliki kasih, tunduk dibawah tuntunan Tuhan dan yakin percaya bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup.

Itulah prinsip hidup Kristen yang harus “diperlihatkan” sehingga dunia dapat melihat Kristus di dalam hidup kita. Maka jangan “asal hidup”, “asal percaya”, menjadi anak-anak terang tidak asal-asalan dalam berbicara, berfikir, bertindak, berbuat tetapi “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Itulah sebabnya di ayat selanjutnya (ay. 15 – 21) diingatkan pada kita “Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup” bahwa kita dituntut untuk berusaha mengerti kehendak Tuhan disetiap tindakan yang akan kita lakukan.



                                 ‘Ku ingin menyerahkan seluruh hidupku,

                                  Sekalipun ‘tak layak, kepada Tuhanku.
                                  Kubunuh keinginan dan hasrat hatiku,
                                  Supaya hanya Tuhan mengisi hidupku
                                                      Kidung Jemaat No. 441
 

No comments :

About Metro

Powered by Blogger.

Popular Posts

Followers

Blog Archive

Popular Posts

Jangan Asal Percaya, Jadilah Anak-anak Terang (Efesus 5: 8-14)


Tuhan Yesus dalam khotbahNya di bukit bersabda “Orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu” (Mat. 5:15) dengan maksud agar terang umat percaya itu bercahaya di depan semua orang. Dapat kita artikan ucapan Yesus ini mengarahkan kepada “posisi” dimana pelita itu akan ditempatkan.
Jika pelita itu dibawah gantang pastinya tidak akan menyalurkan fungsi dari pelita itu sendiri, namun haruslah diletakkan di atas kaki dian supaya pelita itu memainkan peran dan fungsinya sebagai penerang. (bnd. "Menjadi Garam dan Terang").

Demikian jugalah pesan yang disampaikan dalam surat Efesus ini kepada jemaat yaitu agar “Hidup sebagai anak-anak terang”, sebab melalui iman kepada Kristus kita adalah terang (“Kamu adalah terang”) di dunia ini yang memancarkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran. 

Kebaikan (agathosune)
Kebaikan menuntut kita untuk ber-empati kepada orang lain, yaitu kebaikan yang penuh kasih, kemurahan dan kepedulian yang ‘tak berubah. Kebaikan adalah suatu sikap dan tindakan yang keluar dari kejujuran hati. Tidak ada kebaikan yang jauh lebih besar dari kabar baik yang telah diperbuat Allah melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Kebaikan menggambarkan janji keselamatan Allah bagi umatNya. Kita tidak dapat membayar dengan apapun kebaikan Allah dalam hidup kita selain kita berusaha untuk serupa dengan Kristus untuk berbuat kebaikan. Ada beberapa contoh tokoh dalam Alkitab yang dapat kita renungkan mengenai kebaikan, contohnya adalah kebaikan Daud terhadap Saul ataupun kebaikan Yusuf kepada saudara-saudaranya.

Jika kita memiliki iman kepada Kristus, maka biarlah anugerah Allah bekerja dalam diri kita. Kita mengakui kuasa dan kedaulatan Allah ditengah-tengah kehidupan kita, maka kebaikan pun akan mengalir tanpa memperhitungkan kesalahan dan kekurangan yang diperbuat orang lain terhadap kita. 

Keadilan (dikaiosune)
Dikatakan adil bukanlah yang adil menurut pikiran ataupun adil menurut dunia ini, tetapi keadilan yang dimaksud adalah sikap dan tindakan yang bersumber dari kebenaran Firman Allah. Untuk memahami keadilan yang dimaksud dapat kita pahami seperti perkataan Tuhan Yesus “MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya” (Yoh. 4: 34). Sehingga yang adil itu adalah melakukan apa yang dituntut oleh Allah. Maka kita menjalani kehidupan ini berdasarkan petunjuk Allah, sebab yang kita perbuat dan lakukan itu adalah menjadi pelayanan untuk Tuhan.

Kebenaran (aletheia)
Dapat diartikan dengan “non-concealment” yaitu menunjukkan, memperlihatkan, menyatakan, mengungkapkan apa adanya dengan jujur tanpa ada yang disembunyikan. Pada prinsipnya, kita tidak akan dapat melakukan kebenaran tanpa bertitik tolak pada kebenaran sejati yaitu Kristus (Yoh. 14: 6). Kebenaran menuntut kejujuran iman bahwa kita hanya menjalani kehidupan melalui jalan kebenaran yang diperlihatkan oleh Kristus, “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran” (1 Yoh. 1: 6 dst.). hidup dalam kebenaran adalah hidup yang percaya 100 persen kepada Kristus bukan setengah ataupun seperempat.

Kita adalah anak-anak terang, maka sikap, tindakan, perbuatan, pikiran dan semua segi-segi kehidupan kita berfokus kepada Kristus. Sebab Dia-lah Terang sejati. Menjadi anak-anak terang adalah memiliki kasih, tunduk dibawah tuntunan Tuhan dan yakin percaya bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup.

Itulah prinsip hidup Kristen yang harus “diperlihatkan” sehingga dunia dapat melihat Kristus di dalam hidup kita. Maka jangan “asal hidup”, “asal percaya”, menjadi anak-anak terang tidak asal-asalan dalam berbicara, berfikir, bertindak, berbuat tetapi “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Itulah sebabnya di ayat selanjutnya (ay. 15 – 21) diingatkan pada kita “Perhatikanlah dengan seksama bagaimana kamu hidup” bahwa kita dituntut untuk berusaha mengerti kehendak Tuhan disetiap tindakan yang akan kita lakukan.



                                 ‘Ku ingin menyerahkan seluruh hidupku,

                                  Sekalipun ‘tak layak, kepada Tuhanku.
                                  Kubunuh keinginan dan hasrat hatiku,
                                  Supaya hanya Tuhan mengisi hidupku
                                                      Kidung Jemaat No. 441
 

Artikel Terkait

Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Khotbah Minggu / Mengikut Yesus dengan judul Jangan Asal Percaya, Jadilah Anak-anak Terang (Efesus 5: 8-14) . Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://sukacitamu.blogspot.com/2014/03/efesus-5-8-14-jangan-asal-percaya.html . Terima kasih!
Ditulis oleh: Porisman Lubis -

Belum ada komentar untuk " Jangan Asal Percaya, Jadilah Anak-anak Terang (Efesus 5: 8-14) "