Tuhan Yesus dalam khotbahNya di
bukit bersabda “Orang tidak menyalakan
pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian
sehingga menerangi semua orang di
dalam rumah itu” (Mat. 5:15) dengan maksud agar terang umat percaya itu bercahaya
di depan semua orang. Dapat kita artikan ucapan Yesus ini mengarahkan kepada “posisi” dimana pelita itu akan
ditempatkan.
Jika pelita itu dibawah gantang pastinya tidak akan menyalurkan
fungsi dari pelita itu sendiri, namun haruslah diletakkan di atas kaki dian
supaya pelita itu memainkan peran dan fungsinya sebagai penerang. (bnd. "Menjadi Garam dan Terang").
Demikian jugalah pesan yang
disampaikan dalam surat Efesus ini kepada jemaat yaitu agar “Hidup sebagai
anak-anak terang”, sebab melalui iman kepada Kristus kita adalah terang (“Kamu adalah terang”) di dunia ini yang
memancarkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran.
Kebaikan (agathosune)
Kebaikan menuntut kita untuk ber-empati kepada orang lain, yaitu
kebaikan yang penuh kasih, kemurahan dan kepedulian yang ‘tak berubah. Kebaikan
adalah suatu sikap dan tindakan yang keluar dari kejujuran hati. Tidak ada
kebaikan yang jauh lebih besar dari kabar baik yang telah diperbuat Allah
melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Kebaikan menggambarkan janji
keselamatan Allah bagi umatNya. Kita tidak dapat membayar dengan apapun
kebaikan Allah dalam hidup kita selain kita berusaha untuk serupa dengan
Kristus untuk berbuat kebaikan. Ada beberapa contoh tokoh dalam Alkitab yang
dapat kita renungkan mengenai kebaikan, contohnya adalah kebaikan Daud terhadap
Saul ataupun kebaikan Yusuf kepada saudara-saudaranya.
Jika kita memiliki iman kepada
Kristus, maka biarlah anugerah Allah bekerja dalam diri kita. Kita mengakui
kuasa dan kedaulatan Allah ditengah-tengah kehidupan kita, maka kebaikan pun akan
mengalir tanpa memperhitungkan kesalahan dan kekurangan yang diperbuat orang
lain terhadap kita.
Keadilan (dikaiosune)
Dikatakan adil bukanlah yang adil
menurut pikiran ataupun adil menurut dunia ini, tetapi keadilan yang dimaksud
adalah sikap dan tindakan yang bersumber
dari kebenaran Firman Allah. Untuk memahami keadilan yang dimaksud dapat
kita pahami seperti perkataan Tuhan Yesus “MakananKu
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”
(Yoh. 4: 34). Sehingga yang adil itu adalah melakukan apa yang dituntut oleh
Allah. Maka kita menjalani kehidupan ini berdasarkan petunjuk Allah, sebab yang
kita perbuat dan lakukan itu adalah menjadi pelayanan untuk Tuhan.
Kebenaran (aletheia)
Dapat diartikan dengan “non-concealment”
yaitu menunjukkan, memperlihatkan, menyatakan, mengungkapkan apa adanya dengan
jujur tanpa ada yang disembunyikan. Pada prinsipnya, kita tidak akan dapat
melakukan kebenaran tanpa bertitik tolak pada kebenaran sejati yaitu Kristus
(Yoh. 14: 6). Kebenaran menuntut kejujuran iman bahwa kita hanya menjalani
kehidupan melalui jalan kebenaran yang diperlihatkan oleh Kristus, “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh
persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan
kebenaran” (1 Yoh. 1: 6 dst.). hidup dalam kebenaran adalah hidup yang
percaya 100 persen kepada Kristus bukan setengah ataupun seperempat.
Kita adalah anak-anak terang,
maka sikap, tindakan, perbuatan, pikiran dan semua segi-segi kehidupan kita berfokus kepada Kristus. Sebab Dia-lah
Terang sejati. Menjadi anak-anak terang adalah memiliki kasih, tunduk dibawah
tuntunan Tuhan dan yakin percaya bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan
kebenaran dan hidup.
Itulah prinsip hidup Kristen yang
harus “diperlihatkan” sehingga dunia dapat melihat Kristus di dalam hidup kita.
Maka jangan “asal hidup”, “asal percaya”,
menjadi anak-anak terang tidak asal-asalan dalam berbicara, berfikir, bertindak,
berbuat tetapi “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Itulah sebabnya di
ayat selanjutnya (ay. 15 – 21) diingatkan pada kita “Perhatikanlah dengan seksama
bagaimana kamu hidup” bahwa kita dituntut untuk berusaha mengerti
kehendak Tuhan disetiap tindakan yang akan kita lakukan.
‘Ku ingin menyerahkan seluruh hidupku,
Sekalipun ‘tak layak, kepada Tuhanku.
Kubunuh keinginan dan hasrat hatiku,
Supaya hanya Tuhan mengisi
hidupku
Kidung
Jemaat No. 441
Tuhan Yesus dalam khotbahNya di
bukit bersabda “Orang tidak menyalakan
pelita lalu meletakkannya di bawah
gantang, melainkan di atas kaki dian
sehingga menerangi semua orang di
dalam rumah itu” (Mat. 5:15) dengan maksud agar terang umat percaya itu bercahaya
di depan semua orang. Dapat kita artikan ucapan Yesus ini mengarahkan kepada “posisi” dimana pelita itu akan
ditempatkan.
Jika pelita itu dibawah gantang pastinya tidak akan menyalurkan
fungsi dari pelita itu sendiri, namun haruslah diletakkan di atas kaki dian
supaya pelita itu memainkan peran dan fungsinya sebagai penerang. (bnd. "Menjadi Garam dan Terang").
Demikian jugalah pesan yang
disampaikan dalam surat Efesus ini kepada jemaat yaitu agar “Hidup sebagai
anak-anak terang”, sebab melalui iman kepada Kristus kita adalah terang (“Kamu adalah terang”) di dunia ini yang
memancarkan Kebaikan, Keadilan dan Kebenaran.
Kebaikan (agathosune)
Kebaikan menuntut kita untuk ber-empati kepada orang lain, yaitu
kebaikan yang penuh kasih, kemurahan dan kepedulian yang ‘tak berubah. Kebaikan
adalah suatu sikap dan tindakan yang keluar dari kejujuran hati. Tidak ada
kebaikan yang jauh lebih besar dari kabar baik yang telah diperbuat Allah
melalui pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Kebaikan menggambarkan janji
keselamatan Allah bagi umatNya. Kita tidak dapat membayar dengan apapun
kebaikan Allah dalam hidup kita selain kita berusaha untuk serupa dengan
Kristus untuk berbuat kebaikan. Ada beberapa contoh tokoh dalam Alkitab yang
dapat kita renungkan mengenai kebaikan, contohnya adalah kebaikan Daud terhadap
Saul ataupun kebaikan Yusuf kepada saudara-saudaranya.
Jika kita memiliki iman kepada
Kristus, maka biarlah anugerah Allah bekerja dalam diri kita. Kita mengakui
kuasa dan kedaulatan Allah ditengah-tengah kehidupan kita, maka kebaikan pun akan
mengalir tanpa memperhitungkan kesalahan dan kekurangan yang diperbuat orang
lain terhadap kita.
Keadilan (dikaiosune)
Dikatakan adil bukanlah yang adil
menurut pikiran ataupun adil menurut dunia ini, tetapi keadilan yang dimaksud
adalah sikap dan tindakan yang bersumber
dari kebenaran Firman Allah. Untuk memahami keadilan yang dimaksud dapat
kita pahami seperti perkataan Tuhan Yesus “MakananKu
ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya”
(Yoh. 4: 34). Sehingga yang adil itu adalah melakukan apa yang dituntut oleh
Allah. Maka kita menjalani kehidupan ini berdasarkan petunjuk Allah, sebab yang
kita perbuat dan lakukan itu adalah menjadi pelayanan untuk Tuhan.
Kebenaran (aletheia)
Dapat diartikan dengan “non-concealment”
yaitu menunjukkan, memperlihatkan, menyatakan, mengungkapkan apa adanya dengan
jujur tanpa ada yang disembunyikan. Pada prinsipnya, kita tidak akan dapat
melakukan kebenaran tanpa bertitik tolak pada kebenaran sejati yaitu Kristus
(Yoh. 14: 6). Kebenaran menuntut kejujuran iman bahwa kita hanya menjalani
kehidupan melalui jalan kebenaran yang diperlihatkan oleh Kristus, “Jika kita katakan, bahwa kita beroleh
persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan
kebenaran” (1 Yoh. 1: 6 dst.). hidup dalam kebenaran adalah hidup yang
percaya 100 persen kepada Kristus bukan setengah ataupun seperempat.
Kita adalah anak-anak terang,
maka sikap, tindakan, perbuatan, pikiran dan semua segi-segi kehidupan kita berfokus kepada Kristus. Sebab Dia-lah
Terang sejati. Menjadi anak-anak terang adalah memiliki kasih, tunduk dibawah
tuntunan Tuhan dan yakin percaya bahwa Kristus adalah satu-satunya jalan
kebenaran dan hidup.
Itulah prinsip hidup Kristen yang
harus “diperlihatkan” sehingga dunia dapat melihat Kristus di dalam hidup kita.
Maka jangan “asal hidup”, “asal percaya”,
menjadi anak-anak terang tidak asal-asalan dalam berbicara, berfikir, bertindak,
berbuat tetapi “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”. Itulah sebabnya di
ayat selanjutnya (ay. 15 – 21) diingatkan pada kita “Perhatikanlah dengan seksama
bagaimana kamu hidup” bahwa kita dituntut untuk berusaha mengerti
kehendak Tuhan disetiap tindakan yang akan kita lakukan.
‘Ku ingin menyerahkan seluruh hidupku,
Sekalipun ‘tak layak, kepada Tuhanku.
Kubunuh keinginan dan hasrat hatiku,
Supaya hanya Tuhan mengisi
hidupku
Kidung
Jemaat No. 441
No comments :
Post a Comment