Pengharapan saya dan juga saudara
kepada Kristus juga mungkin akan sama ketika saatnya tiba kita diangkatNya
memasuki tempat kemuliaanNya dan kita juga akan berkata seperti yang dikatakan
oleh Petrus “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”. Dalam iman
pengharapan kita pastilah tinggal dan melihat kemuliaan Tuhan itu menjadi
sesuatu yang akan kita nanti-nantikan.
Namun demikian melalui nas ini kita di
ingatkan bahwa ternyata untuk mencapai kemuliaan itu bukanlah hal yang mudah
karena untuk mencapainya harus ada prinsip, pilihan yang jelas dan tentunya
harus siap menghadapi resiko untuk menggapai sesuatu yang paling berharga yaitu
mahkota kehidupan (Yakobus 1:12).
Peristiwa ini disebut dengan Transfigurasi Kristus yaitu peristiwa penyataan
Kristus sebagai Anak Allah dengan tubuh kemulianNya, yang mana Petrus, Yakobus
dan Yohanes melihat suasana yang begitu luar biasa bahwa Yesus berubah (Yun.= Metamorphoo) bahwa memperlihatkan
kemuliaanNya dengan wajah bersinar seperti matahari dan pakaianNya putih bersinar terang dan
sedang bersama-sama dengan Musa dan Elia. Kita di ingatkan juga bagaimana keadaan
ini menjadi suatu kesaksian yang berharga bagi pekabaran Injil yang dilakukan
oleh Petrus yang menyatakan “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng
isapan jempol manusia.....kami adalah saksi mata kebesaranNya” (2
Petrus 1: 16-19). Dari sini kita dapat melihat bahwa Petrus telah memberikan
kesaksian bahwa Yesus Kristus bukanlah kisah fiktip atau dongeng yang
dikarang-karang oleh gereja, sebab Ia telah menjadi saksi mata kemuliaan
Kristus baik sebelum dan sesudah kematianNya.
Kemuliaan Tuhan Yesus itu diperindah
lagi ketika Ia bersekutu dengan Musa dan Elia yang adalah orang yang diberkati dan
dipakai oleh Allah sebagai penyampai firmanNya semasa hidupnya. Musa dan Elia
adalah tokoh yang sangat istimewa dengan mujizat-mujizat Tuhan yang
diperlihatkan melalui mereka, kesetiaan dan pengorbanan mereka kepada Tuhan dan
akhir kehidupan mereka di dunia yang sangat unik bahwa Musa mati dan dikuburkan
oleh Allah tanpa ada yang tahu dimana kuburan Musa (Keluaran 34) dan Elia diangkat
dengan kereta berapi dan kuda berapi(2 Raja. 2). Dalam Lukas 4: 24-27 Tuhan
Yesus telah memakai Elia sebagai contoh penolakan nabi oleh bangsanya dan Tuhan
Yesus menyebut Musa sebagai nabi yang telah menuliskan tentang diriNya (Yoh. 5:
39,46,47). Dari peristiwa Tranfigurasi Kristus ini memperlihatkan kepada kita
bahwa Yesus itu bukan siapa-siapa selain dari daripada yang telah dibuatkan
oleh para nabi-nabi bahwa Ia harus menderita untuk memasuki kemuliaanNya dan
Tuhan Yesus secara langsung telah menjelaskan tentang Dia yang telah ditulis
tentang Dia dalam kitab Musa dan kitab nabi-nabi (Lukas 24: 26-27).
Jika kemesraan di dunia dapat
berlalu seperti syair lagu yang mengatakan “...kemesraan
ini janganlah cepat berlalu..” tetapi kemesraan dengan Tuhan sesungguhnya
tidak akan pernah berlalu sampai selama-lamanya, yang dapat berlalu hanyalah
penderitaan dalam dunia karena kita akan memasuki kebahagian hidup bersama-sama
dengan Allah dalam kemuliaanNya. Namun untuk merasakan hidup dalam kemuliaan
bersama Tuhan bukanlah semudah permintaan Petrus “Biarlah kudirikan disini
kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”. Sebab semangatnya
selalu saja diikuti akan kelemahannya memahami maksud dan rencana Tuhan seperti
kejadian sebelumnya ketika Petrus menegor Yesus dengan mengatakan “Tuhan,
kiranya Allah menjauhkan hal itu, hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”
(Mat. 16:21-22) yaitu ketika menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia akan
menanggung banyak penderitaan dan akan dibunuh dan akan bangkit pada hari
ketiga.
Dapatlah dikatakan bahwa
kemuliaan Tuhan Yesus itu akan tercapai ketika semua telah tergenapi. Bahwa tidak
ada hadiah tanpa mencapai garis akhir, untuk mencapai hadiah tersebut maka kita
akan terus tetap berjuang sampai garis akhir apapun rintangan dan cobaan harus
mampu dilalui untuk mendapatkan hadiah itu. Kita sebagai pengikut Kristus
memiliki tujuan hidup untuk menggapai garis ahkhir itu sehingga jangan biarkan
jiwa kita terlena akan kenikmatan dunia yang membuat kita tidak berusaha
mencapainya.
Untuk mencapai kesuksesan tidak
ada yang mudah, dalam dunia pendidikan selalu ditekankan “bahwa tidak ada yang
bodoh tetapi yang malas ada”. Selama Tuhan memberikan waktu mari kita mengejar
kebahagiaan yang sesungguhnya, sebab kebahagiaan kita bukan seperti yang
ditawarkan dunia ini, tetapi kebahagiaan yang kekal yang tidak akan pernah
hilang selamanya.
Perminaan Petrus hanya dijawab
dengan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia”.
Bagaimana pun kebahagiaan kita melihat kemuliaan Allah Tuhan hanya menjawab
bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah dan hanya Dia-lah yang patut untuk
didengarkan. Hanya Yesus-lah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup dan tiada
yang lain. Apapun kata dunia biarlah Firman Tuhan yang jadi dalam hidup kita
dan jika walaupun kata hati kita berkata lain ajarlah kata hatimu agar mau
mendengar Perintah Tuhan Yesus. Amin
Pengharapan saya dan juga saudara
kepada Kristus juga mungkin akan sama ketika saatnya tiba kita diangkatNya
memasuki tempat kemuliaanNya dan kita juga akan berkata seperti yang dikatakan
oleh Petrus “Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”. Dalam iman
pengharapan kita pastilah tinggal dan melihat kemuliaan Tuhan itu menjadi
sesuatu yang akan kita nanti-nantikan.
Namun demikian melalui nas ini kita di
ingatkan bahwa ternyata untuk mencapai kemuliaan itu bukanlah hal yang mudah
karena untuk mencapainya harus ada prinsip, pilihan yang jelas dan tentunya
harus siap menghadapi resiko untuk menggapai sesuatu yang paling berharga yaitu
mahkota kehidupan (Yakobus 1:12).
Peristiwa ini disebut dengan Transfigurasi Kristus yaitu peristiwa penyataan
Kristus sebagai Anak Allah dengan tubuh kemulianNya, yang mana Petrus, Yakobus
dan Yohanes melihat suasana yang begitu luar biasa bahwa Yesus berubah (Yun.= Metamorphoo) bahwa memperlihatkan
kemuliaanNya dengan wajah bersinar seperti matahari dan pakaianNya putih bersinar terang dan
sedang bersama-sama dengan Musa dan Elia. Kita di ingatkan juga bagaimana keadaan
ini menjadi suatu kesaksian yang berharga bagi pekabaran Injil yang dilakukan
oleh Petrus yang menyatakan “Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng
isapan jempol manusia.....kami adalah saksi mata kebesaranNya” (2
Petrus 1: 16-19). Dari sini kita dapat melihat bahwa Petrus telah memberikan
kesaksian bahwa Yesus Kristus bukanlah kisah fiktip atau dongeng yang
dikarang-karang oleh gereja, sebab Ia telah menjadi saksi mata kemuliaan
Kristus baik sebelum dan sesudah kematianNya.
Kemuliaan Tuhan Yesus itu diperindah
lagi ketika Ia bersekutu dengan Musa dan Elia yang adalah orang yang diberkati dan
dipakai oleh Allah sebagai penyampai firmanNya semasa hidupnya. Musa dan Elia
adalah tokoh yang sangat istimewa dengan mujizat-mujizat Tuhan yang
diperlihatkan melalui mereka, kesetiaan dan pengorbanan mereka kepada Tuhan dan
akhir kehidupan mereka di dunia yang sangat unik bahwa Musa mati dan dikuburkan
oleh Allah tanpa ada yang tahu dimana kuburan Musa (Keluaran 34) dan Elia diangkat
dengan kereta berapi dan kuda berapi(2 Raja. 2). Dalam Lukas 4: 24-27 Tuhan
Yesus telah memakai Elia sebagai contoh penolakan nabi oleh bangsanya dan Tuhan
Yesus menyebut Musa sebagai nabi yang telah menuliskan tentang diriNya (Yoh. 5:
39,46,47). Dari peristiwa Tranfigurasi Kristus ini memperlihatkan kepada kita
bahwa Yesus itu bukan siapa-siapa selain dari daripada yang telah dibuatkan
oleh para nabi-nabi bahwa Ia harus menderita untuk memasuki kemuliaanNya dan
Tuhan Yesus secara langsung telah menjelaskan tentang Dia yang telah ditulis
tentang Dia dalam kitab Musa dan kitab nabi-nabi (Lukas 24: 26-27).
Jika kemesraan di dunia dapat
berlalu seperti syair lagu yang mengatakan “...kemesraan
ini janganlah cepat berlalu..” tetapi kemesraan dengan Tuhan sesungguhnya
tidak akan pernah berlalu sampai selama-lamanya, yang dapat berlalu hanyalah
penderitaan dalam dunia karena kita akan memasuki kebahagian hidup bersama-sama
dengan Allah dalam kemuliaanNya. Namun untuk merasakan hidup dalam kemuliaan
bersama Tuhan bukanlah semudah permintaan Petrus “Biarlah kudirikan disini
kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia”. Sebab semangatnya
selalu saja diikuti akan kelemahannya memahami maksud dan rencana Tuhan seperti
kejadian sebelumnya ketika Petrus menegor Yesus dengan mengatakan “Tuhan,
kiranya Allah menjauhkan hal itu, hal itu sekali-kali takkan menimpa Engkau”
(Mat. 16:21-22) yaitu ketika menyatakan kepada murid-muridNya bahwa Ia akan
menanggung banyak penderitaan dan akan dibunuh dan akan bangkit pada hari
ketiga.
Dapatlah dikatakan bahwa
kemuliaan Tuhan Yesus itu akan tercapai ketika semua telah tergenapi. Bahwa tidak
ada hadiah tanpa mencapai garis akhir, untuk mencapai hadiah tersebut maka kita
akan terus tetap berjuang sampai garis akhir apapun rintangan dan cobaan harus
mampu dilalui untuk mendapatkan hadiah itu. Kita sebagai pengikut Kristus
memiliki tujuan hidup untuk menggapai garis ahkhir itu sehingga jangan biarkan
jiwa kita terlena akan kenikmatan dunia yang membuat kita tidak berusaha
mencapainya.
Untuk mencapai kesuksesan tidak
ada yang mudah, dalam dunia pendidikan selalu ditekankan “bahwa tidak ada yang
bodoh tetapi yang malas ada”. Selama Tuhan memberikan waktu mari kita mengejar
kebahagiaan yang sesungguhnya, sebab kebahagiaan kita bukan seperti yang
ditawarkan dunia ini, tetapi kebahagiaan yang kekal yang tidak akan pernah
hilang selamanya.
Perminaan Petrus hanya dijawab
dengan “Inilah Anak yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia”.
Bagaimana pun kebahagiaan kita melihat kemuliaan Allah Tuhan hanya menjawab
bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah dan hanya Dia-lah yang patut untuk
didengarkan. Hanya Yesus-lah satu-satunya jalan kebenaran dan hidup dan tiada
yang lain. Apapun kata dunia biarlah Firman Tuhan yang jadi dalam hidup kita
dan jika walaupun kata hati kita berkata lain ajarlah kata hatimu agar mau
mendengar Perintah Tuhan Yesus. Amin
No comments :
Post a Comment