Doa
Memampukan Kita Melakukan Kehendak Allah
Saya akan memulai pembahasan ayat 9-12 ini
dari ayat 1-2 pada pasal 12 kitab Roma ini. Pada permulaan pasal 12 ini jelas
telah ditegaskan “Mempersembahkan tubuh
sebagai persembahan yang hidup yang kudus dan berkenen kepada Allah”;
“janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu”. Perlu digaris bawahi ‘mempersembahkan tubuh’ dan ‘janganlah
kamu serupa’, hidup di dalam Kristus adalah mempersembahkan hidup untuk
Tuhan sehingga kita juga harus siap untuk “berbeda” dengan dunia ini, sebab
Tuhan telah memberikan ciri khas yang khusus bagi kita sebagai pengikut
Kristus.
Mampukah kita melakukan kasih (Agape dan filostorgai) kepada semua orang? Ada orang yang banyak mengatakan
bahwa saya belum sanggup untuk mengasihi orang yang menyakiti saya atau yang
membenci saya. Maka jawaban untuk orang yang mengatakan seperti itu adalah
karena hidupnya belum sepenuhnya dipersembahkan kepada Allah. Nats bacaan kita
saat ini menegaskan
“biarlah rohmu menyala-nyala”, dan kasih-lah yang membuat
roh kita tetap dapat menyala-nyala. Ketika saya merenungankan nats bacaan kita
saat ini, saya teringat akan kisah Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya,
bahwa semua nasehat yang ada dalam tulisan Paulus nyata ada dalam hidup Yusuf,
hidup dalam kasih; menjauhi yang jahat; semangat dalam bekerja; bersukacita;
bersabar dalam kesusahan. Yang dapat kita lihat dari kisah Yusuf adalah rencana
Allah bekerja dalam kehidupan Yusuf.
Sesuai dengan topik minggu kita yaitu Rogate
(berdoa), bahwa dengan berdoa kita menyatakan bahwa kita mempercayai kuasa
Allah sehingga kita melakukan komunikasi denganNya melalui doa. Maka kuasa doa
itu juga memang harus mengalir dalam setiap laku dan perbuatan kita. Mari kita
nyatakan bahwa doa itu benar-benar hidup dan hadir dalam diri kita, sehingga
doa bukan sekedar kata-kata indah, tetapi doa adalah tanda ketaatan kita pada
rencana Tuhan dan kehendakNya. Rasul Paulus mengatakan di 1 Korintus 14:15 "...Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku...".
Kita perlu
merenungkan kembali, ketika kita berdoa kepada Tuhan memohon dan meminta “ini”
dan “itu” dan segala sesuatunya yang kita harapkan, sementara yang Tuhan ingin
rencanakan dalam hidup kita tidak pernah kita wujudkan. Kita dapat bayangkan
bagaimana seseorang setelah panjang lebar dengan kata-kata puitis berdoa, dan
setelah kata “amin” dan dia melihat orang yang pernah menyakitinya langsung
timbul rasa benci dan begis dalam hatinya, pertanyaannya adalah apakah doa yang
dia sampaikan itu mempunyai kuasa dalam hidupnya? Namun sesungguhnya doa akan
semakin memampukan kita melakukan kehendak Allah dalam hidup kita “....tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39).
Doa
Memampukan Kita Melakukan Kehendak Allah
Saya akan memulai pembahasan ayat 9-12 ini
dari ayat 1-2 pada pasal 12 kitab Roma ini. Pada permulaan pasal 12 ini jelas
telah ditegaskan “Mempersembahkan tubuh
sebagai persembahan yang hidup yang kudus dan berkenen kepada Allah”;
“janganlah kamu serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan
budimu”. Perlu digaris bawahi ‘mempersembahkan tubuh’ dan ‘janganlah
kamu serupa’, hidup di dalam Kristus adalah mempersembahkan hidup untuk
Tuhan sehingga kita juga harus siap untuk “berbeda” dengan dunia ini, sebab
Tuhan telah memberikan ciri khas yang khusus bagi kita sebagai pengikut
Kristus.
Mampukah kita melakukan kasih (Agape dan filostorgai) kepada semua orang? Ada orang yang banyak mengatakan
bahwa saya belum sanggup untuk mengasihi orang yang menyakiti saya atau yang
membenci saya. Maka jawaban untuk orang yang mengatakan seperti itu adalah
karena hidupnya belum sepenuhnya dipersembahkan kepada Allah. Nats bacaan kita
saat ini menegaskan
“biarlah rohmu menyala-nyala”, dan kasih-lah yang membuat
roh kita tetap dapat menyala-nyala. Ketika saya merenungankan nats bacaan kita
saat ini, saya teringat akan kisah Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya,
bahwa semua nasehat yang ada dalam tulisan Paulus nyata ada dalam hidup Yusuf,
hidup dalam kasih; menjauhi yang jahat; semangat dalam bekerja; bersukacita;
bersabar dalam kesusahan. Yang dapat kita lihat dari kisah Yusuf adalah rencana
Allah bekerja dalam kehidupan Yusuf.
Sesuai dengan topik minggu kita yaitu Rogate
(berdoa), bahwa dengan berdoa kita menyatakan bahwa kita mempercayai kuasa
Allah sehingga kita melakukan komunikasi denganNya melalui doa. Maka kuasa doa
itu juga memang harus mengalir dalam setiap laku dan perbuatan kita. Mari kita
nyatakan bahwa doa itu benar-benar hidup dan hadir dalam diri kita, sehingga
doa bukan sekedar kata-kata indah, tetapi doa adalah tanda ketaatan kita pada
rencana Tuhan dan kehendakNya. Rasul Paulus mengatakan di 1 Korintus 14:15 "...Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku...".
Kita perlu
merenungkan kembali, ketika kita berdoa kepada Tuhan memohon dan meminta “ini”
dan “itu” dan segala sesuatunya yang kita harapkan, sementara yang Tuhan ingin
rencanakan dalam hidup kita tidak pernah kita wujudkan. Kita dapat bayangkan
bagaimana seseorang setelah panjang lebar dengan kata-kata puitis berdoa, dan
setelah kata “amin” dan dia melihat orang yang pernah menyakitinya langsung
timbul rasa benci dan begis dalam hatinya, pertanyaannya adalah apakah doa yang
dia sampaikan itu mempunyai kuasa dalam hidupnya? Namun sesungguhnya doa akan
semakin memampukan kita melakukan kehendak Allah dalam hidup kita “....tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki,
melainkan seperti yang Engkau kehendaki” (Matius 26:39).
No comments :
Post a Comment