Mazmur
66:1-7; Efesus 5:15-21
Memuliakan Tuhan dengan kata dan
perbuatan
Iman
orang percaya dalam Tuhan Yesus Kristus mempunyai keunikan tersendiri, bahwa
hidup didalam Tuhan itu adalah hidup dalam sukacita yang mengajak kita untuk
selalu bersyukur, baik itu dalam suka maupun duka, karena sukacita dari Tuhan
tidak akan pernah hilang. Itulah iman di dalam Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan kepastian kepada kita melalui kebangkitanNya.
Dalam
Mazmur ini kita diajak untuk menyanyikan nyanyian syukur kepada Tuhan bahwa
begitu besar perbuatanNya kepada seluruh bumi. Sehingga kita harus memazmurkan
kemuliaanNya dan memuliakan dengan puji-pujian. Inilah yang ingin dipertegas
pemazmur pada saat ini, bagaimana kita untuk memuliakan dan memuji kebesaran Tuhan dalam hidup kita.
1.
“Katakanlah kepada Allah......” (ay. 3)
Hal pertama yang ingin
dipertegas pemazmur untuk memuliakan dan memuji kebesaran Tuhan adalah dengan “pengakuan” akan perbuatan dan kekuatan
Tuhan. Ada pengakuan dari diri kita yang langsung kita sampaikan kepada Allah. Pada
ayat 3 ini pemazmur ingin menekankan pengakuan yang harus kita sampaikan kepada
Allah.
2.
“Pergilah dan lihatlah.........” (ay. 5)
Bentuk sukacita kita untuk
memuliakan dan memuji kebesaran Tuhan haruslah kita “saksikan” kepada orang lain bahwa perbuatan Tuhan itu memang
benar-benar nyata adanya. Orang lain juga harus bertumbuh iman kepercayaannya
kepada Allah melalui kesaksian kita, agar mereka mengenal dan sadar akan
kekuatan dan perbuatan Tuhan. Sehingga dalam perilaku dan perbuatan kita dapat
menyaksikan pengakuan kita akan perbuatan dan kekuatan Tuhan.
Semakin
kita bersukacita melihat perbuatan Tuhan maka kita pun semakin bersukacita
dalam sukacita itu. Pemazmur mengajak kita untuk merenungkan kehidupan kita
sudahkah kita menjadi orang-orang yang mengenal perbuatan Tuhan? Yang mengenal
perbuatan Tuhan adalah orang-orang yang “memuliakan Tuhan” baik itu dalam
hubungan langsung dengan Allah maupun dalam hubungan dengan sesamanya. Sikap memuliakan
Tuhan adalah tanda dari pengenalan akan kuasa Tuhan, sebab hanya Allah saja
yang mempunyai hak untuk dimuliakan, Daud mengatakan “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala menceritakan
pekerjaan tanganNya” (Mzm. 19:2), dan Rasul Paulus menyatakan “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia dan
oleh Dia dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Roma
11:36) dan kemuliaan Allah telah dinyatakan di dalam Yesus Kristus (Filipi
2:11).
Ketika
kita memuliakan Tuhan, maka pada saat yang bersamaan kita sedang menerima kuasa
Tuhan, kita menyerahkan hidup menjadi kemuliaan Tuhan, maka kita sedang
memperlihatkan Allah sedang berbuat dan bekerja dalam hidup kita. Dalam Amsal
3:6 dikatakan “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”.
Kemuliaan Allah nyata dalam kehidupan ini dari segala sesuatu yang
diciptakanNya terlebih kepada kita manusia, melalui Yesus Kristus kemuliaanNya
semakin nyata. Sehingga tidak ada sanggahan lagi untuk kita mengatakan tidak
mengenal dan melihat kemuliaan Allah. Menjadi pergumulan kita adalah apakah
kita mengakuinya dalam setiap perilaku kita?.
Memuliakan Tuhan tidak cukup hanya kata-kata pujian kepada Tuhan saja, namun harus nyata juga dalam perilaku kita. Dalam Efesus 5:19 dikatakan “berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani...”. Pujian yang menjadi kemuliaan bagi Allah juga harus terlihat dalam hubungan kita dengan sesama.
Memuliakan Tuhan tidak cukup hanya kata-kata pujian kepada Tuhan saja, namun harus nyata juga dalam perilaku kita. Dalam Efesus 5:19 dikatakan “berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani...”. Pujian yang menjadi kemuliaan bagi Allah juga harus terlihat dalam hubungan kita dengan sesama.
Mazmur
66:1-7; Efesus 5:15-21
Memuliakan Tuhan dengan kata dan
perbuatan
Iman
orang percaya dalam Tuhan Yesus Kristus mempunyai keunikan tersendiri, bahwa
hidup didalam Tuhan itu adalah hidup dalam sukacita yang mengajak kita untuk
selalu bersyukur, baik itu dalam suka maupun duka, karena sukacita dari Tuhan
tidak akan pernah hilang. Itulah iman di dalam Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan kepastian kepada kita melalui kebangkitanNya.
Dalam
Mazmur ini kita diajak untuk menyanyikan nyanyian syukur kepada Tuhan bahwa
begitu besar perbuatanNya kepada seluruh bumi. Sehingga kita harus memazmurkan
kemuliaanNya dan memuliakan dengan puji-pujian. Inilah yang ingin dipertegas
pemazmur pada saat ini, bagaimana kita untuk memuliakan dan memuji kebesaran Tuhan dalam hidup kita.
1.
“Katakanlah kepada Allah......” (ay. 3)
Hal pertama yang ingin
dipertegas pemazmur untuk memuliakan dan memuji kebesaran Tuhan adalah dengan “pengakuan” akan perbuatan dan kekuatan
Tuhan. Ada pengakuan dari diri kita yang langsung kita sampaikan kepada Allah. Pada
ayat 3 ini pemazmur ingin menekankan pengakuan yang harus kita sampaikan kepada
Allah.
2.
“Pergilah dan lihatlah.........” (ay. 5)
Bentuk sukacita kita untuk
memuliakan dan memuji kebesaran Tuhan haruslah kita “saksikan” kepada orang lain bahwa perbuatan Tuhan itu memang
benar-benar nyata adanya. Orang lain juga harus bertumbuh iman kepercayaannya
kepada Allah melalui kesaksian kita, agar mereka mengenal dan sadar akan
kekuatan dan perbuatan Tuhan. Sehingga dalam perilaku dan perbuatan kita dapat
menyaksikan pengakuan kita akan perbuatan dan kekuatan Tuhan.
Semakin
kita bersukacita melihat perbuatan Tuhan maka kita pun semakin bersukacita
dalam sukacita itu. Pemazmur mengajak kita untuk merenungkan kehidupan kita
sudahkah kita menjadi orang-orang yang mengenal perbuatan Tuhan? Yang mengenal
perbuatan Tuhan adalah orang-orang yang “memuliakan Tuhan” baik itu dalam
hubungan langsung dengan Allah maupun dalam hubungan dengan sesamanya. Sikap memuliakan
Tuhan adalah tanda dari pengenalan akan kuasa Tuhan, sebab hanya Allah saja
yang mempunyai hak untuk dimuliakan, Daud mengatakan “Langit menceritakan kemuliaan Allah, dan cakrawala menceritakan
pekerjaan tanganNya” (Mzm. 19:2), dan Rasul Paulus menyatakan “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia dan
oleh Dia dan kepada Dia: bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Roma
11:36) dan kemuliaan Allah telah dinyatakan di dalam Yesus Kristus (Filipi
2:11).
Ketika
kita memuliakan Tuhan, maka pada saat yang bersamaan kita sedang menerima kuasa
Tuhan, kita menyerahkan hidup menjadi kemuliaan Tuhan, maka kita sedang
memperlihatkan Allah sedang berbuat dan bekerja dalam hidup kita. Dalam Amsal
3:6 dikatakan “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu”.
Kemuliaan Allah nyata dalam kehidupan ini dari segala sesuatu yang
diciptakanNya terlebih kepada kita manusia, melalui Yesus Kristus kemuliaanNya
semakin nyata. Sehingga tidak ada sanggahan lagi untuk kita mengatakan tidak
mengenal dan melihat kemuliaan Allah. Menjadi pergumulan kita adalah apakah
kita mengakuinya dalam setiap perilaku kita?.
Memuliakan Tuhan tidak cukup hanya kata-kata pujian kepada Tuhan saja, namun harus nyata juga dalam perilaku kita. Dalam Efesus 5:19 dikatakan “berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani...”. Pujian yang menjadi kemuliaan bagi Allah juga harus terlihat dalam hubungan kita dengan sesama.
Memuliakan Tuhan tidak cukup hanya kata-kata pujian kepada Tuhan saja, namun harus nyata juga dalam perilaku kita. Dalam Efesus 5:19 dikatakan “berkata-katalah seorang kepada yang lain dalam mazmur, kidung puji-pujian dan nyanyian rohani...”. Pujian yang menjadi kemuliaan bagi Allah juga harus terlihat dalam hubungan kita dengan sesama.
No comments :
Post a Comment