Bacaan Firman Tuhan: 1 Samuel 8: 4-11
Sejak bangsa Israel memasuki tanah Kanaan dibawah kepemimpinan Yosua, kedua belas suku Israel mendapatkan bagian tanah masing-masing dan suku Lewi yang melayani sebagai imam diantara mereka. Suku-suku Israel hidup dalam kesatuan yang diikat oleh kekerabatan, sejarah, bahasa dan agama, tetapi mereka tidak terikat oleh kesatuan politik sebagai sebuah bangsa yang dipimpin oleh raja seperti bangsa-bangsa lain. Selama orang Israel menetap di Tanah Kanaan, mereka terus menerus menghadapi perlawanan dari bangsa-bangsa yang ada di Kanaan. Dalam menghadapi perlawanan dari bangsa-bangsa lain, diangkatlah hakim-hakim yang menjadi pemimpin tiap suku Israel untuk menjaga keamanan setiap suku-suku Israel.
Samuel menjadi hakim yang terakhir,
tetapi Samuel berbeda dengan hakim-hakim yang lain, sebab dia bukan pemimpin
peperangan, tetapi hakim dalam arti yang sesungguhnya, yakni mengadili perkara.
Samuel adalah abdi Allah yang sangat dihormati, karena segala yang dikatakannya
pasti terjadi (1 Samuel 9:6). Ketika Samuel sudah tua, Samuel mengangkat
anak-anaknya (Yoel dan Abia) menjadi hakim atas orang Israel, tetapi mereka
tidak seperti ayahnya, mereka mengejar laba, menerima suap dan memutarbalikkan
keadilan.
Perilaku dan sikap anak-anak Samuel
ini dipakai oleh orang Israel menjadi alasan untuk meminta seorang raja
disamping Samuel yang sudah tua. Para tua-tua dari suku-suku Israel memaksa
Samuel untuk memilih seorang raja untuk menyatukan kekuatan dari seluruh
suku-suku Israel dalam satu pemerintahan seorang raja seperti bangsa-bangsa
lain. Permintaan ini membuat Samuel kesal dan berdoa kepada Tuhan mengenai
perkara ini.
Tuhan menjawab permintaan mereka ini
dengan mengatakan “Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja
atas mereka” (ayat 7). Sebab selama ini Allah sendiri yang menjadi Raja atas
mereka dan yang memimpin perjalanan mereka keluar dari tanah Mesir dan sampai
menduduki tanah Kanaan, seperti yang dikatakan oleh Gideon “Aku tidak akan
memerintah kamu dan juga anakku tidak akan memerintah kamu tetapi TUHAN yang
memerintah kamu” (Hakim 8:23). Tetapi walaupun demikian, Tuhan mendengarkan
permintaan mereka tetapi dengan memperingatkan mereka apa yang akan terjadi
jika mereka di pimpin oleh seorang raja “Inilah yang menjadi hak raja yang akan
memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya
pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya”
(ayat 11).
Dari nas ini sebenarnya kita mau
fokus kepada Samuel yang merasakan kekesalan karena merasa ditolak oleh orang
Israel. Samuel yang sudah tua dan anak-anaknya tidak mengikuti jejak ayahnya
yang setia kepada Tuhan. Orang Israel memakai keadaan Samuel ini menjadi sebuah
alasan untuk menutupi penolakan mereka kepada Tuhan dengan meminta seorang
raja. Tentu ini membuat Samuel merasa kesal dan sedih karena merasa
kehadirannya ditengah-tengah orang Israel sudah tidak dihargai lagi.
Dari apa yang dialami oleh Samuel ini, kita dapat belajar
beberapa hal:
1.
Samuel menyampaikan segala perkara yang
dihadapinya kepada Tuhan, dan Tuhan hadir dalam kegelisahan Samuel dengan
memberi penguatan kepadanya dan apa yang harus dilakukannya. Tuhan berkata
kepada Samuel, bahwa bukan dia yang ditolak, tetapi Tuhanlah yang ditolak oleh
orang Israel. Hal ini sudah terjadi sejak mereka keluar dari Mesir mereka telah
meninggalkan Tuhan dan beribadah kepada Allah lain. Hal ini dapat kita lihat di
kitab Hakim-hakim, bagaimana orang Israel yang menjadi penyembah berhala
mengikuti kebiasaan orang Kanaan.
2. Seperti
yang dialami oleh Samuel ini, kita juga dalam hidup kita mungkin pernah
ditolak, direndahkan, disepelekan oleh orang lain. Apalagi kita direndahkan
karena melakukan apa yang benar menurut kehendak Tuhan. maka, janganlah kita
menjadi kesal dan tawar hati. Justru kita harus bersukacita dapat
mempertahankan apa yang benar sekalipun kita mendapatkan perlakukan atau
tanggapan yang tidak baik dari orang lain. Tetapi walaupun Samuel disakiti
hatinya oleh orang Israel, dia tidak menjadi bersungut-sungut justru dia tetap
membantu orang Israel untuk menemukan solusi yang terbaik atas permintaan
mereka.
3. Tuhan
tidak membiarkan hambaNya yang setia bergumul sendiri. Dari nas ini kita diperlihatkan
bagaimana Tuhan memberi penguatan kepada Samuel untuk tetap teguh menerima
kenyataan, bahwa yang sebenarnya terjadi adalah orang Israel-lah yang menolak
Tuhan. Sehingga Samuel tidak perlu untuk berkecil hati atas sikap orang Israel
ini. Samuel hanyalah hamba Tuhan yang mengerjakan apa yang Tuhan perintahkan
untuk dilakukannya. Tuhan selalu hadir didalam Roh Kudus untuk selalu menghibur
dan menolong kita dalam setiap persoalan yang kita hadapi.
No comments :
Post a Comment