Bacaan Firman Tuhan: Lukas 23: 44 - 48
Setelah Yesus ditangkap sampai Dia mati di kayu salib, tidak lagi banyak kata-kata pengajaran yang diucapkanNya, namun ketika kita menghayati bagaimana dan apa yang terjadi menjelang kematianNya, ada banyak pengajaran dan pesan yang disampaikan oleh Yesus yang tidak perlu untuk diucapkanNya. Sudah banyak pengajaran yang telah disampaikanNya, sekarang saatnya Dia memperlihatkan semua yang diajarkanNya itu melalui perbuatan. Maka saat ini kita hendak menghayati pengorbanan Yesus di kayu salib seperti yang diungkapkan oleh Yohanes “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia”. (Yohanes 1:29).
Menurut
kesaksian Injil Lukas, saat Yesus akan mati, ada kejadian-kejadian yang ajaib
yang terjadi sebelum pada saat dan sesudah kematianNya. Kejadian ajaib ini
memberikan kita banyak pengertian untuk semakin menghayati iman kita kepada
Tuhan Yesus.
1. KEGELAPAN – Matahari tidak bersinar
Pukul
12 siang setelah Yesus di kayu salib, matahari yang tidak bersinar sehingga
kegelapan meliputi seluruh daerah. Tentunya ini bukanlah gejala alam yang biasa
atau seperti yang kita ketahui saat ini seperti gerhana matahari, yang jika
ditelusuri lebih dalam kegelapan yang terjadi saat itu bukanlah gerhana
matahari. Namun ini adalah suatu keajaiban yang diperlihatkan Allah kepada
dunia ini bahwa dunia telah kembali kepada
keadaannya yang semula, yaitu gelap gulita yang menutupi samudera raya
(Kejadian 1:2). Yesus yang adalah terang sejati, terang bagi dunia ini akan
mati dan ini diperlihatkan melalui matahari yang tidak bersinar menjelang
kematian Yesus. Seperti yang pernah dikatakan oleh Tuhan Yesus “Hanya sedikit waktu lagi terang ada
diantara kamu. Selama terang itu ada padamu, percayalah kepadanya, supaya
kegelapan jangan menguasai kamu” (Yohanes 12: 35).
Akan
tetapi, kita juga mengingat perkataan Yesus “Sesungguhnya jikalau biji gandum
tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia
mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yohanes 12:24). Bahwa terang sejati
itu memang akan mati, tetapi melalui kematianNya itu, terang sejati itu telah
ada dan akan tinggal dalam dunia ini dan bangkit menjadi terang yang sejati
untuk menuntun setiap orang kepada kebenaran. Melalui kematian dan kebangkitan
Yesus, dimulailah kembali kehidupan yang baru, hidup baru, sehingga kita
menjadi ciptaan yang baru di dalam Yesus Kristus.
Sehingga keajaiban yang Tuhan perlihatkan melalui kegelapan yang terjadi saat Yesus akan mati mengingatkan kita, bahwa Yesus yang mati di kayu salib adalah terang bagi kehidupan kita, betapa gelapnya hidup kita tanpa Yesus. Kehidupan ini ada hanya karena terang yang dijadikan oleh Tuhan, tanpa terang dari Tuhan tidak akan ada kehidupan. Dan terang yang sejati, sumber dari segala terang adalah Yesus yang akan menerangi hidup kita, terang yang akan menyertai kita kepada kehidupan yang baik yang telah Tuhan sediakan bagi kita. Betapa gelap dan suramnya kehidupan kita ini tanpa Yesus ada dalam hidup kita. hanya karena Yesuslah kita mempunyai harapan, semangat, kekuatan menjalani hidup ini, Dia selalu ada untuk kita, yang menyinari jalan yang akan kita jalani.
2. TABIR BAIT SUCI TERBELAH DUA
Tabir
bait suci sebagai penutup ruang maha kudus yang menjadi tempat kehadiran Allah.
Tidak seorang pun boleh masuk kedalamnya selain imam besar, itu pun hanya boleh
satu kali dalam setahun (Ibrani 10). Tabir pemisah itu menjelaskan tentang
adanya jarak yang memisahkan manusia berdosa dengan Tuhan yang kudus. Seperti
yang dikatakan di Yesaya 59:2 “tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan
Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri
terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”. Segera
setelah kematian Tuhan Yesus, tabir yang ada di bait suci itu terbelah yang
hendak menjelaskan bahwa jalan masuk ke tempat mahakudus kini sudah terbuka.
Melalui
kematian Tuhan Yesus menunjukkan bahwa Tuhan Yesus telah memenangkan kita dari
dosa yang memisahkan kita manusia dari Tuhan yang Maha Kudus. Dengan mengambil
beban dosa dan menanggung hukumannya, Yesus telah menyingkirkan pemisah antara
Allah dan manusia.
Dosa
tidak lagi menjadi penghalang antara manusia dengan Tuhan, sebab karena kasih
Allah yang besar telah menyerahkan anakNya yang tunggal menjadi korban
pendamaian Allah dan manusia, didalam nama Tuhan Yesus setiap orang dapat
berjumpa dan berkomunikasi dengan Allah yang kudus tanpa perantaraan orang
kudus atau pun melalui tempat kudus. Sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus di
1 Korintus 3:16 “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh
Allah diam di dalam kamu?” Perjumpaan, persekutuan dan komunikasi kita dengan
Allah tidak melalui perantaraan lagi, tetapi justru tubuh kita telah menjadi
bait Allah yang kudus sebab RohNya yang kudus telah dicurahkan kepada kita.
Allah
telah membuka DiriNya, menunjukkan jalan kudusNya supaya kita datang
menghampiri kekudusanNya. Inilah kasih Tuhan yang besar kepada kita, supaya
kita mensyukurinya dengan tidak mensia-siakan jalan yang telah Tuhan berikan
kepada kita. Dalam diri kita ada Allah yang penuh kasih yang mau mendengarkan
doa kita setiap saat, yang mau menuntun kita dalam setiap langkah hidup kita.
3. KESAKSIAN – Kepala pasukan dan orang
banyak
Kepala
pasukan itu dengan jelas mengetahui bagaimana proses penderitaan sampai dengan
kematian Tuhan Yesus. Dari semua apa yang mereka lakukan untuk mengeksekusi
Yesus, sikap dan ucapan Tuhan Yesus di kayu salib, dan juga kejadian-kejadian
alam yang mengikuti setelah kematian Tuhan Yesus, pada akhirnya kepala pasukan
itu mengungkapkan perasaannya tentang Tuhan Yesus dan berkata "Sungguh,
orang ini adalah orang benar!". Kepala pasukan tentu mengetahui
orang-orang seperti apa yang memang pantas mendapatkan hukuman mati di kayu
salib. Ungkapan kepala pasukan itu hendak menjelaskan bahwa dari semua proses
yang sudah terjadi hingga Yesus mati, bahwa Yesus memang adalah orang benar
yang tidak selayaknya mendapatkan hukuman mati di kayu salib.
Dia
sendiri yang mengepalai proses pengeksekusian Tuhan Yesus saja akhirnya dapat
mengakui bahwa Yesus adalah orang benar yang mati tersalib, apalagi kita saat
ini yang telah mengimani Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat yang telah belajar
banyak untuk memahami dan mengenal Yesus, sesungguhnya iman kita semakin
bertumbuh bahwa Yesus telah mati di kayu salib bukan karena dosa dan
kejahatanNya tetapi adalah karena dosa dan kejahatan kita, Yesus telah menjadi
korban dosa dan kejahatan kita.
Tidak
hanya kepala pasukan itu, tetapi juga juga seluruh orang banyak yang
menyaksikan penyaliban Tuhan Yesus merasakan duka atas kematian Yesus. Mereka
memukul-mukul diri seakan menyesalkan apa yang telah terjadi. Mungkin dari
mereka ada yang telah meneriakkan untuk menyalibkan Yesus, memaki dan
menertawakan Tuhan Yesus. Namun semua yang mereka lakukan itu dibalas Tuhan
Yesus dengan perkataan "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu
apa yang mereka perbuat. ".
Terkadang
kita bisa seperti kepala pasukan itu atau seperti orang banyak itu, kita
menertawakan, menghina Yesus yang sudah tersalib untuk keselamatan kita melalui
dosa-dosa yang kita perbuat. Yesus yang sudah mati untuk keselamatan kita,
namun kita menghina Yesus dengan dosa dan kejahatan kita. Maka saat kita
mengingat kembali pengorbanan Tuhan Yesus yang telah mati di kayu salib,
seharusnya kita menyesal dan memukul-mukul diri kita atas dosa yang telah kita
perbuat.
Jika mereka yang tidak mengenal siapa Yesus dapat menyesal, apalagi kita yang telah mengetahui apa sesungguhnya yang telah Tuhan Yesus lakukan dengan mati di kayu salib, kita dituntun agar kita semakin menghidupi pengorbanan Yesus dengan sungguh-sunguh mau hidup dalam pertobatan. Kita hendak menyadari betapa besar kasih Tuhan bagi kita, Tuhan tidak ingin dosa membuat kita menderita, sehingga Dia mengorbankan diriNya mati di kayu salib menjadi korban upah dosa kita. Kitalah yang selayaknya mati karena dosa, tetapi kita bersyukur kepada Tuhan yang memberi kita keselamatan dari maut. Maka apakah yang bisa kita perbuat sebagai ungkapan syukur kita atas pengorbanan Yesus di kayu salib? Tuhan telah menganugerahkan kepada kita hidup baru, hidup yang tidak lagi dikuasai oleh dosa, maka jangan lagi kita kembali dikuasai oleh dosa, tetapi tetaplah kita terus menerus hidup dalam pimpinan Tuhan untuk hidup dalam kekudusan.
**
Saat
kematian Yesus, Dia berseru "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan
nyawa-Ku." Hal ini menjelaskan bahwa Yesus telah melakukan Misi yang
dikerjakan dari BapaNya menjadi korban pengampunan dosa manusia. Yesus telah
menjadi korban pendamaian Allah dan manusia, maut yang menjadi upah dosa telah
ditanggung oleh Yesus dalam kematianNya. Sekarang AnakNya menyerukan kepada
BapaNya untuk menyempurnakan rencanaNya, dengan menyerahkan nyawaNya kembali
kepada BapaNya. Yaitu ke tangan Bapa yang menciptakan kehidupan dan alam
semesta, tangan yang berkuasa atas kehidupan ini. Kemudian kata “Kuserahkan
nyawaKu” bahwa Yesus menyerahkan kembali nyawaNya kepada Bapa yang telah mengutusNya
setelah tubuhNya mati. Tetapi makna kata “menyerahkan” disini adalah menyimpan,
menitipkan atau mendepositokan, bahwa Yesus menyerahkan nyawaNya kepada yang
dapat dipercaya, yaitu pencipta kehidupan. Sehingga dari sini kita akan
mengerti ucapan Yesus yang mengatakan bahwa Ia akan dibunuh dan akan dibangkitkan
pada hari yang ketiga, bahwa tubuh Yesus adalah benar-benar mati, namun
nyawaNya diserahkan atau dititipkan kepada Bapa yang berkuasa atas kehidupan
agar BapaNya menyempurnakan keselamatan yang telah dirancangkanNya dengan
membangkitkan Yesus pada hari yang ketiga.
Sehingga
kita hendak menghayati kematian Tuhan Yesus di kayu salib adalah tanda dan
bukti kasih Allah kepada kita. upah dosa kita telah turut dibawa dalam kematian
Yesus di kayu salib. Yesus yang tersalib bukan karena dosaNya tetapi untuk
menanggung dosa kita. Maka sekarang, sama seperti Yesus yang menyerahkan
nyawaNya kepada BapaNya, demikianlah juga dengan kita, setelah dosa kita telah dibawa
Yesus dalam kematianNya, maka kita juga menyerahkan nyawa kita kepada Tuhan, sebab
seruan Yesus di kayu salib ini adalah walaupun diucapkan pada saat kematian
Yesus, namun ini adalah seruan kehidupan, seruan iman yang hidup untuk kita imani,
supaya kita menyerahkan hidup kita ke tangan Tuhan. Kita mempercayakan dan
menyerahkan hidup kita kepada sumber kehidupan, sehingga kita memperoleh
kehidupan yang sejati.
Tuhan
yang menciptakan kita dan yang memberi kehidupan kepada kita, Tuhan Yesus telah
membuka jalan kepada kita supaya kita tidak menjadi anak yang hilang, tetapi supaya
kita datang kepada Bapa yang mengasihi kita. Jangan kita menjauh dari Tuhan,
tetapi datanglah kepadaNya, sampai Dia mengorbankan AnakNya yang tunggal hanya
supaya kita dapat merasakan dan menikmati segala kebaikan Bapa yang menciptakan
kita.
No comments :
Post a Comment