Bacaan
Firman Tuhan: Keluaran 20:1-11
Kesepuluh firman atau sepuluh perintah Allah sangat mendasar dalam kehidupan kekristenan kita, seperti ketika Tuhan memberikan kesepuluh perintah ini kepada umat Israel. Bagi umat Israel pemberian kesepuluh perintah ini membuat mereka berbeda dari bangsa lainnya. Ketika bangsa-bangsa lain hidup dalam rasa ketakutan sebab mereka tidak bisa memperkirakan apa yang akan dilakukan oleh dewa yang mereka sembah, namun tidak seperti itu dengan umat Israel, mereka menjadi bangsa yang lebih maju, sebab melalui kesepuluh perintah itu, maka mereka telah mengetahui apa yang Allah inginkan dari mereka dan melalui ke sepuluh perintah Allah ini maka setiap saat mereka dapat mengetahui dan mengevaluasi diri mereka dihadapan Tuhan, sehingga mereka dimudahkan untuk mengetahui apakah Tuhan berkenan atas kehidupan mereka atau tidak.
Dalam perjanjian Baru kita
dapat melihat bahwa Tuhan Yesus lebih mempertegas lagi kesepuluh perintah Tuhan
sebagai perintah untuk mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia sebagai
hukum yang utama dan yang terutama. Maka dalam nas ini kita akan lebih khusus
mendalami tentang hal mengasihi Allah, “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap
hatimu, dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu” yaitu hukum
yang pertama sampai dengan yang keempat dari kesepuluh perintah itu.
Dalam nas ini kita akan
melihat apa alasan yang menjadi dasar kita mengasihi Allah:
1. Sebagai ucapan syukur.
Umat
Tuhan patut bersyukur sebab Allah memilih dan menjadikan mereka menjadi umat
pilihanNya. Tuhan memperhatikan dan menuntun umatNya sebagaimana yang telah
Tuhan lakukan dengan menuntun mereka keluar dari perbudakan di Mesir. "Akulah TUHAN,
Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari
tempat perbudakan”. Tanpa campur
tangan Tuhan dalam hidup umatNya, mereka bukan siapa-siapa, mereka hanyalah
budak yang menderita. Mereka bukanlah siapa-siapa jika bukan anugerah Tuhan
yang memilih mereka menjadi umat pilihan yang dikuduskanNya.
Dari sini kita belajar bahwa ketulusan kita mengasihi Allah adalah wujud dari ungkapan syukur kita yang oleh anugerahNya telah mengangkat kita menjadi anak-anak yang dikasihiNya. Kita mensyukuri kasih yang telah dicurahkan oleh Tuhan kepada kita melalui pengorbanan AnakNya Tuhan Yesus mati di kayu salib sehingga kita beroleh keselamatan. Yang terbesar dan yang terindah dalam hidup ini telah Tuhan berikan kepada kita, yakni iman kepada Tuhan Yesus. Kasih kita kepada Allah adalah ungkapan syukur kita yang telah menganugerahkan keselamatan bagi kita.
2. Karena Dialah Allah Pencipta
“TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya”. Allah sebagai pencipta memang layak mendapatkan pujian, hormat dan kemuliaan dari yang diciptakannya. Jika kita bukan anak yang durhaka, maka selayaknyalah kita mengasihi Allah yang menciptakan kita. Tuhanlah yang memberi kita kehidupan dan yang memelihara kehidupan kita, dan hidup kita ada ditanganNya. Kesempatan hidup di dunia ini hanya sekali, waktu yang lalu tidak dapat diulang kembali, maka kita tidak akan mensia-siakan kehidupan yang telah Tuhan berikan kepada kita. Agar hidup yang diberikan oleh Tuhan ini bermakna, maka kita harus tetap terhubung dengan Allah pencipta kita yaitu dengan mengasihinya dengan segenap hati, jiwa dan akal budi kita. Tuhan Yesus berkata “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku.” Tuhan Yesus menegaskan agar hidup kita menghasilkan buah, maka kita harus tetap terhubung dengan Tuhan. Di Efesus 2:10 dikatakan “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.” Tuhan menciptakan kita karena Tuhan sudah punya rencana yang besar melalui hidup kita, sehingga mengasihi Allah dalam hidup ini adalah jalan yang akan menghubungkan kita pada rencana-rencana Tuhan yang besar melalui hidup kita.
3.
Karena Tuhan yang berkuasa atas kehidupan ini
Disatu sisi, Dia adalah Allah yang cemburu yang membalaskan kesalahan kita, namun disisi lainnya Dia adalah Allah yang menunjukkan kasih setia bagi yang mengasihiNya. Tuhan mengingatkan kita bahwa Dia berkuasa membalaskan kesalahan kita dan juga berkuasa menunjukkan kasih setiaNya. Kita mengasihi Allah karena kita percaya bahwa Tuhan itu adil dalam hidup ini. Kita mengasihi Allah bukan karena takut mendapat hukuman, tetapi kita percaya akan kasih setia Tuhan yang akan menyertai kehidupan kita.
Sehingga mengasihi
Allah menjadi pondasi utama kehidupan umat Tuhan. Tanpa ada kesungguhan untuk
mengasihi Allah maka tidak akan mungkin kita dapat mentaati hukum Tuhan yang
lainnya. Kita tidak akan dapat mengasihi sesama kita manusia jika kita tidak
mengasihi Allah. Tidak akan mungkin kita menjalankan kehidupan yang seturut
dengan kehendak Tuhan jika kita tidak mengasihi Tuhan yang menetapkan aturan
untuk kita lakukan. Sebagaimana yang Tuhan Yesus katakan bahwa mengasihi Allah
dengan segenap hati, jiwa dan akal budi adalah hukum yang terutama (Matius
22:37-38). Jika Tuhan Yesus katakan yang terutama berarti hendak menekankan
betapa pentingnya mengasihi Allah yang menjadi dasar hubungan Allah dengan
manusia. Tanpa memiliki kasih yang dalam kepada Allah, maka akan sulit bagi
kita menjadi orang yang taat dan setia kepada setiap firman yang diajarkan dan
diperintahkan oleh Tuhan untuk kita lakukan.
Jika saya
tidak mengasihi Allah, maka saya tidak akan dapat mengasihi diri sendiri dan
juga kepada sesama manusia dengan benar. Kasih kita kepada diri sendiri dan
kepada sesama hanya akan terbatas pada naluri kehidupan yang berdosa ini saja.
Namun ketika saya mengasihi Allah, maka saya akan memiliki kasih yang tidak
terbatas seperti besarnya kasih Tuhan.
Maka firman
Tuhan menekankan kepada kita bagaimana hubungan pribadi kita dengan Tuhan? Seperti
yang dikatakan oleh Tuhan Yesus “Tinggallah
di dalam Aku dan Aku di dalam kamu”. Sebab bagaimana kita bisa mentaati
segala perintah Tuhan jika kita tidak sungguh-sungguh mengasihi Allah.
Dalam perintah
Tuhan yang pertama sampai dengan keempat kita akan menemukan pedoman bagi kita
untuk melihat dan mengevaluasi bagaimana kesungguhan kasih kita kepada Allah. Jika
kita mengasihi Allah, maka:
1. Tidak akan ada allah lain
yang kita sembah selain dari Tuhan. Artinya bahwa
kita hanya mempercayakan hidup kepada Tuhan saja. Yang dimaksud dengan “allah
lain” tidak hanya sebatas menduakan Tuhan dengan mempercayai allah yang lain,
namun juga tentang sikap iman kita yang tidak teguh untuk mempercayakan hidup
hanya kepada Tuhan. Jika kita mengasihi Allah, maka kita harus sepenuhnya
percaya hanya kepada firmanNya saja. Tidak ada kebimbangan dan kekawatiran
menyerahkan hidup sepenuhnya hanya kepada Tuhan.
2. Kita tidak membuat patung
bentuk apapun untuk disembah. Dari sini
kita hendak diajarkan bahwa memang tidak ada yang lain yang patut disembah
selain dari Tuhan. Selain dari Tuhan itu hanyalah allah yang palsu, patung,
tiruan, jadi-jadian yang buat-buat. Yang patut kita sembah, takuti dan hormati
hanyalah Tuhan. Jika kita mengasihi Allah, maka yang patut kita sembah dan
takuti hanyalah Tuhan.
3. Kita tidak menyebut nama
Tuhan dengan sembarangan. Nama Tuhan bukan untuk
dipermainkan sebab nama Tuhan adalah kudus. Apakah kita menguduskan nama Tuhan
dalam hidup kita? atau justru kita merendahkan nama Tuhan dengan sikap hidup
kita yang tidak benar, seperti seorang anak yang mempermalukan nama orangtuanya
karena kelakuannya. Jika kita menyebut nama Tuhan dalam doa maka kita juga akan
menghormati Tuhan dalam perbuatan kita.
4. Kita mengingat dan menguduskan hari sabat. Wujud dari kasih kita kepada Tuhan tidak akan lepas dari kerinduan kita bersekutu denganNya. Jika kita mengasihi Allah, kita akan selalu mengingat Tuhan dan selalu merindukan bersekutu dengan Tuhan. Kesibukan dalam dunia ini tidak akan pernah menghalangi kita untuk datang ke hadirat Tuhan yang kudus. Mazmur 84:11 dikatakan “Sebab lebih baik satu hari di pelataran-Mu dari pada seribu hari di tempat lain; lebih baik berdiri di ambang pintu rumah Allahku dari pada diam di kemah-kemah orang fasik.”
No comments :
Post a Comment