Bacaan Firman Tuhan: Ibrani 5:5-10
Sebelum dan sesudah nas bacaan kita ini, penulis kitab Ibrani menuliskan dengan panjang lebar tentang imam dan juga tentang Melkisedek untuk menjelaskan bahwa Yesus adalah Imam Besar Agung yang tentunya berbeda dari imam yang lain. Untuk menjelaskan ini maka penulis menjelaskannya melalui pengutusan Melkisedek.
Hanya sedikit referensi yang bisa kita jumpai untuk mendalami tentang kehadiran Melkisedek, (Kejadian 14:17-20, Mazmur 110:4, Ibrani 5, 7) tetapi walaupun demikian dari referensi yang ada ini sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan hubungan Melkisedek dengan Tuhan Yesus.
Melkisedek menjadi misterius karena ia hanya muncul sekejap dan kemudian tidak lagi mengetahui tentangnya. Sosok Melkisedek kita ketahui hanya saat ia menjumpai Abraham yang pada saat itu baru saja menang melawan raja-raja di timur. Dalam kisah itu, Melkisedek datang sebagai raja Salem dan ia juga adalah imam Allah yang Mahatinggi yang menjumpai Abraham dengan membawa roti dan anggur yang kemudian memberkati Abraham.
Dalam
kitab Ibrani 7:3 dijelaskan bahwa Melkisedek “tidak berbapa, tidak
beribu, tidak bersilsilah, harinya tidak berawal dan
hidupnya tidak berkesudahan, dan karena ia dijadikan sama
dengan Anak Allah, ia tetap
menjadi imam sampai selama-lamanya.”
Melkisedek menjadi lambang Kristus yang akan datang, yang akan memberikan berkat ilahi kepada umat Allah. Melkisedek menjadi pendahulu yang melambangkan Kristus menjadi Imam Besar yang Agung. Sehingga Yesus ditetapkan menjadi Imam Besar yang Agung bukan karena Yesus yang memuliakan DiriNya sendiri, namun sudah ditetapkan oleh Allah sebagaimana Melkisedek diutus oleh Tuhan sebagai raja damai sejahtera dan sebagai imam sampai selama-lamanya.
Maka
demikianlah Yesus menjadi raja damai sejahtera dan Imam yang menanggung
kelemahan kita. Yesus menjadi Imam yang berbeda dengan imam lainnya, sebab
sebelum kedatangan Yesus, Tuhan telah mendahului tanda-tanda mengenai keImaman Yesus
melalui Melkisedek, dan ketika Yesus datang ke dunia ini diperlihatkan lagi bagaimana
Yesus menjadi Imam bukan seperti imam yang dipilih diantara manusia yang
mempersembahkan korban dosa bukan saja untuk umat tetapi untuk dirinya sendiri
juga, tetapi Yesus menjadi Imam yang turut merasakan kelemahan kita dan Dia
sendiri yang menjadi Korban yang sempurna untuk pengampunan dosa manusia.
Dalam
hidup pelayanan Tuhan Yesus, Dia memperlihatkan kesungguhanNya menjadi Imam
yang melayani dengan turut merasakan dan menanggung penderitaan manusia dalam
dosa dengan setia hanya untuk keselamatan manusia.
Sehingga Tuhan Yesuslah yang menjadi Imam Agung bagi kita, Dia sebagai satu-satunya Imam pengantara kita kepada Bapa yang di sorga, Dia adalah Imam yang berbuat bagi kita, Dia adalah Imam yang turut merasakan penderitaan kita, Dia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi setiap orang.
Melalui
nas ini kita juga diingatkan bahwa Tuhan hadir beserta kita untuk memberikan
teladan, bahwa Allah menjadi manusia untuk memperlihatkan tiruan yang baik
dalam kehidupan kita, Dia menjadi Imam yang memberikan teladan bagi kita. Kita
belajar bahwa walaupun Yesus adalah Anak Allah, namun Ia mau hidup sebagai
manusia yang tetap setia dalam penderitaanNya, yang walaupun Dia adalah Tuhan,
tetapi kuasa itu tidak dipakai untuk meringankan penderitaanNya. Itu sebabnya
Tuhan Yesus mengatakan “Aku telah memberikan suatu teladan , supaya
kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu” (Yoh.
13:15). Maka jika kita ada tetap bersama-sama dengan Allah dalam segenap
kehidupan kita, maka sikap dan sifat sorgawi akan nyata atas kehidupan kita.
Jika kita mengatakan bahwa kita adalah anak-anak Allah, maka kita akan
menjadikan sikap dan ajaran Tuhan Yesus menjadi teladan atas hidup kita.
Tuhan Yesus memberi kita teladan bagaimana menghadapi penderitaan. Maka kita dapat belajar dari Tuhan Yesus dalam menghadapi penderitaanNya
1. Doa
Dalam menghadapi penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa, bahkan ratap tangis (ay. 7). Yesus sendiri berdoa, apalagi kita ini yang sangat lemah tentunya tidak akan dapat lepas dari doa kepada Tuhan.
Ketika kita ada niat untuk berdoa, hal ini menandakan bahwa pergumulan itu pasti dapat kita hadapi. Ketika kita memanjatkan doa kepada Tuhan, maka itu artinya, kita tidak sendiri menghadapi pergumulan itu, tetapi kita bersama dengan Tuhan.
Doa adalah kekuatan dan peneguhan bagi kita, ketika kita memanjatkan doa, maka bukan lagi ketakutan yang menguasai diri kita, tetapi kita akan dikuasai oleh kekuatan dan keyakinan dari Tuhan. Sehingga doa itu tidak hanya sekedar permohonan, namun ketika kita berdoa saat itu juga Tuhan telah memberikan kepada kita kekuatan dan keyakinan untuk dapat menghadapi penderitaan yang kita hadapi.
2. Taat
dalam penderitaan
Walaupun Tuhan Yesus adalah Anak, namun Dia taat dalam penderitaanNya (ay.8). Sebenarnya Dia adalah Tuhan, apa yang tidak dapat dilakukan dalam penderitaanNya. Namun Dia taat dalam penderitaanNya sampai mati di kayu salib. Hal ini menjadi tiruan yang berharga bagi kita, bagaimana kita dapat meniru ketaatan Tuhan Yesus dalam penderitaanNya.
Seperti apapun pahitnya derita dan pergumulan yang kita hadapi, tetaplah kita jalani dengan tidak gentar. Jangan pernah lari dari masalah dan jangan tinggalkan iman percayamu kepada Tuhan.
3. Menerima
dengan iman segala sesuatu
Dalam penderitaanNya, Tuhan Yesus berdoa agar luput dari maut. Namun apa yang terjadi? Tetap Yesus mati dengan hina di kayu salib. Bisa muncul pertanyaan, “apakah tidak ada kuasa dari doa Tuhan Yesus?”
Jika kita melihat dan memahami perbuatan dan kasih Tuhan, bisa saja iman kita goyah bahkan meninggalkan iman kita. Namun kita harus ingat bahwa kita tidak dapat mengukur dan menilai kebesaran perbuatan Tuhan dengan pikiran dan logika kita.
Selama kita mempercayakan hidup kepada Tuhan dan tetap taat, walaupun yang terjadi tidak seperti yang kita harapkan dan pikirkan terjadi dalam hidup kita, namun yang Tuhan lakukan adalah yang terbaik bagi kita.
Apakah doa Tuhan Yesus tidak dikabulkan untuk luput dari maut? Dari logika manusia tentu jawabnya ‘tidak dikabulkan’, namun dari rencana besar Tuhan apa yang terjadi jauh lebih dari situ, lihatlah apa yang terjadi pada hari ketiga setelah kematianNya, bukan hanya Tuhan yang hidup tetapi juga memberikan kehidupan bagi setiap orang yang percaya. Demikianlah kita memahami walaupun yang terjadi dalam hidup kita tidak seperti yang kita harapkan, namun Tuhan akan berbuat jauh lebih besar, yang terbaik diberikanNya kepada kita.
No comments :
Post a Comment