Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 5: 1-11
Kita
dapat pelajari bagaimana kehidupan jemaat mula-mula sebagaimana kesaksian yang
tertulis dalam kitab Kisah Para Rasul, khususnya di Kisah 4: 32-37 bahwa jemaat
hidup dengan penuh kasih saling membangun sebagai tubuh Kristus. Mereka hidup
tanpa berkekurangan sebab segala kepunyaan yang ada pada mereka menjadi milik
bersama. Mereka menjual segala kepunyaannya untuk di bawa dan meletakkannya di
depan kaki rasul-rasul.
Diantara
jemaat mula-mula itu adalah Ananias dan Safira, pasangan suami istri yang juga
menjual sebidang tanah untuk di bawa kehadapan rasul-rasul. Namun ternyata
hasil penjualan tanah itu tidak diberikan semua kehadapan rasul-rasul, namun
menahannya sebahagian.
Rasul
Petrus mengetahui kejahatan hati Ananias dan juga Safira, bahwa mereka tidak
jujur, apa yang mereka lakukan itu adalah mendustai Roh Kudus, bukan manusia
yang mereka dustai tetapi mereka mendustai Allah. Rasul Petrus menjelaskan
bahwa pemberian segala kepunyaan menjadi milik bersama itu bukanlah suatu
tuntutan keharusan, bukan pula tekanan kepada jemaat, namun Tuhan menyukai orang yang memberi dengan sukacita (2 Kor. 9:7),
melakukan perbuatan baik, jangan seolah-olah dengan paksa, melainkan
dengan sukarela (Flm. 1:14).
Rasul Petrus menegaskan bahwa lebih baik mereka tidak menjual
tanahnya sama sekali daripada menjual untuk menahan sebagian uang hasil
penjualannya. Lebih baik tidak usah memberi jika pemberian itu bukan dari
ketulusan bahkan hanya sekedar untuk mendapatkan pujian. Rasul Petrus menyampaikan
bahwa tanah itu selama belum diseraahkan kepada rasul adalah kuasa mereka, mau
diserahkan apa tidak bergantung pada mereka, namun jika memang benar-benar mau
memberikannya, maka selayaknya mereka memberikannya dengan sepenuh hati, apa yang
mereka jual dan berapa hasil penjualannya sepenuhnya mereka persembahkan dengan
ketulusan.
Ketika kita memberikan hati kita kepada Allah, kita tidak boleh
memberikannya sebagian, jika kita mengasihi Allah maka kasihilah dengan segenap
hati, akal dan budimu. Sehingga akibat dari dosa mereka yang mendustai Roh
Kudus, Ananias dan Safira seketika itu juga meninggal di depan kaki rasul
Petrus.
Apa
yang terjadi pada Ananias dan Safira ini mengingatkan kita dengan apa yang
dikatakan oleh Tuhan Yesus “Kamu tidak dapat mengabdi kepada
Allah dan kepada Mamon."
Jika kita memang benar-benar mau memberikan hidup kita pada panggilan Tuhan
Yesus maka kita harus sepenuhnya memberikan diri kepada Tuhan, bukan setengah
hati.
Orang yang setengah hati mengikut Yesus maka bisa seperti Ananias
dan Safira ini, yang diperbuatnya hanyalah kemunafikan dan menyalahgunakan nama
Tuhan untuk mendapat pujian bagi diri sendiri.
Kita mau di ajar, bahwa Tuhan tidak dapat didustai, apa yang kita
lakukan secara tersembunyi di hadapan manusia semuanya terlihat jelas di mata
Tuhan. Kita bisa saja mengelabui atau menutup-nutupi apa yang ada dalam hati
kita di hadapan sesama kita manusia, namun tidak ada yang tersembunyi di
hadapan Tuhan, bahkan Tuhan sendiri yang jauh lebih mengetahui siapa kita
dibandingkan kita sendiri.
Kesungguhan iman dan kasih kita kepada Tuhan haruslah dengan
kesungguhan mempersembahkan hidup kita menjadi persembahan yang kudus di
hadapan Tuhan. Iman kita dengan sendirinya akan teruji kemurniannya dalam
menghadapi setiap situasi dalam kehidupan ini, dalam hubungan kita dengan
sesama, dalam keluarga, dalam kehidupan berjemaat, dalam pekerjaan dan juga
hidup bermasyarakat. Tuhan melihat apa yang kita perbuat, apa yang ada dalam
hati kita.