Bacaan Firman Tuhan: Ulangan 16: 13-17
Hari raya Pondok Daun haruslah kaurayakan tujuh hari lamanya, apabila engkau selesai mengumpulkan hasil tempat pengirikanmu dan tempat pemerasanmu. Haruslah engkau bersukaria pada hari rayamu itu, engkau ini dan anakmu laki-laki serta anakmu perempuan, hambamu laki-laki dan hambamu perempuan, dan orang Lewi, orang asing, anak yatim dan janda yang di dalam tempatmu. Tujuh hari lamanya harus engkau mengadakan perayaan bagi TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilih TUHAN; sebab TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala hasil tanahmu dan dalam segala usahamu, sehingga engkau dapat bersukaria dengan sungguh-sungguh. Tiga kali setahun setiap orang laki-laki di antaramu harus menghadap hadirat TUHAN, Allahmu, ke tempat yang akan dipilih-Nya, yakni pada hari raya Roti Tidak Beragi, pada hari raya Tujuh Minggu dan pada hari raya Pondok Daun. Janganlah ia menghadap hadirat TUHAN dengan tangan hampa, tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu."
Setelah
umat israel menuai dan sudah selesai mengumpulkan hasil panen, maka di
rayakanlah hari raya Pondok Daun bahwa umat Israel akan tinggal di pondok-pondok
daun. Hari raya Pondok Daun ini mengingatkan mereka dan juga keturunannya bahwa
Tuhan yang menuntun mereka keluar dari tanah Mesir (Imamat 23: 43) dan juga
mengingat perjalanan mereka di padang gurun menuju tanah Kanaan bahwa mereka
tidak tinggal di rumah tetapi tinggal di kemah atau pondok sebagai pengembara
dan Tuhan yang senantiasa melindungi dan yang menyediakan kebutuhan hidup
mereka selama pengembaraan di padang gurun.
Bagi
kita umat Tuhan di masa kini, hari raya Pondok Daun ini memberikan kita pesan:
1. Kita adalah “Pendatang dan Perantau”
di dunia ini
Pondok
Daun akan mengingatkan kita bahwa dunia ini bukanlah tempat kita yang abadi,
namun seiring berjalannya waktu pondok daun itu secara berlahan akan mengering
dan hancur. Dan dalam hidup di dunia ini juga kita seperti umat Israel yang
mengembara di padang gurun menuju Kanaan. Bahwa dunia ini adalah seperti padang
gurun yang harus kita lalui dan tinggalkan menuju Kanaan yang abadi.
Padang
Gurun bukanlah tempat yang nyaman untuk di tinggali, menjalani padang gurun
tentu adalah perjalanan yang sangat melelahkan. Walaupun tidak nyaman dan
melelahkan umat Tuhan tetap dapat menjalaninya penuh dengan sukacita, sebab
Tuhan ada bersama dengan mereka, menyediakan kebutuhan mereka, memberikan
mereka tiang awan dan tiang api supaya mereka tetap nyaman melalui padang gurun.
Dan satu hal lagi bahwa seperti apapun sulitnya dan lelahnya perjalanan di
padang gurun itu tidak akan ada apanya di bandingkan dengan pengaharapan mereka
akan janji Tuhan menuju tanah yang dijanjikan oleh Tuhan.
Perjananan
di padang gurun ini menjadi refleksi juga bagi kita dalam menjalani hari-hari
hidup kita di dunia ini. Kita harus sadari bahwa kita hidup adalah seperti
pendatang dan perantau sebagaimana yang tuliskan di 1 Petrus 2:11, bahwa pada
saatnya kita akan meninggalkan dunia ini. Dan perjalanan kita di dunia ini
tentu bukanlah hal yang mudah, sama seperti sulitnya hidup di padang gurung,
kita juga menghadapi berbagai tantangan dan kesusahan yang harus kita hadapi,
namun kita diingatkan firman Tuhan di Roma 8:18 “Sebab aku yakin, bahwa
penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang
akan dinyatakan kepada kita.”
Perjalanan
kita di padang gurun dunia ini sekalipun penuh dengan tantangan dan rintangan
yang dapat menyulitkan hidup kita namun bukan alasan bagi kita tidak memiliki
sukacita, justru sebaliknya kita dapat bersukacita di tengah pergumulan, sebab
kita memiliki pengharapan yang tidak mengecewakan (Roma 5:5).
Kita
melewati padang gurun dunia ini ada bersama dengan Tuhan Yesus yang selalu
menyertai kita menuju jalan kebenaran dan hidup. Dia memanggil kita kita supaya
mengikutiNya dalam dunia ini, kita sedang di tuntunNya menuju rumah sorgawi
yang kekal.
Tuhan Yesus berjanji pada kita bahwa Dia akan senantiasa menyertai kita sampai kepada akhir jaman. PenyertaanNya itulah kekuatan dan sukacita kita dalam hidup ini, sekalipun kita menjalani hari-hari kehidupan kita penuh dengan tantangan, masalah dan berbagai pergumulan, tetapi Tuhan selalu ada beserta kita, memberikan hikmat dan pertolonganNya sehingga kita dapat melalui padang gurun dunia ini. Walaupun dunia ini seperti padang gurun yang tandus, namun berkat penyertaan Tuhan akan membuat padang gurun yang tandus itu menjadi dataran yang teduh dan sejuk untuk dilalui. Dan kita juga diingatkan bahwa apapun yang dapat kita terima, kita rasakan, kita nikmati dalam dunia ini pada akhirnya akan kita tinggalkan. Sebab bersama Tuhan Yesus kita dituntunNya supaya sampai kepada Kanaan yang abadi yaitu ke Rumah Bapa yang kekal.
2. Mensyukuri segala berkat dan kebaikan
Tuhan
Umat Tuhan patut bersyukur atas segala kebaikan Tuhan, apa yang mereka tuai dan dikumpulkan menjadi bekal hidup mereka semuanya itu adalah berkat Tuhan yang harus disyukuri. Setiap orang mendapat berkat dari Tuhan dalam kehidupannya, dan umat Tuhan patut untuk mengakuinya dengan membawa persembahan kepada Tuhan.
Dikatakan
dalam nas ini, bahwa pengakuan kita akan berkat Tuhan itu adalah hari sukacita,
sungguh-sungguh bersukaria, maka pemberian persembahan kepada Tuhan adalah
dengan sukacita karena Tuhan telah memberkati segala hasil usaha mereka.
Maka
persembahan itu harus timbul dari hati yang penuh syukur dan penuh sukacita
bukan dengan keterpaksaan dan sungut-sungut. Umat yang mengakui berkat Tuhan
akan bersukacita dalam memberi persembahan bukan bersungut-sungut. Persembahan yang
diperintahkan adalah sesuai dengan kesanggupan atau sekedar persembahan sesuai
dengan berkat Tuhan yang diterima.
Seperti
yang kita dapat pelajari dari persembahan janda yang miskin, walaupun dia hanya
memberi dua peser namun itu jauh lebih banyak dari apa yang diberikan semua
orang, sebab persembahan itu bukan tentang jumlah tetapi kesungguhan memberikan
yang terbaik bagi Tuhan.
Memberi sebenarnya bukanlah yang sulit, apalagi jika memiliki sesuatu untuk diberikan. Namun kita hendak di ingatkan bahwa motivasi kita dalam memberi persembahan haruslah benar. Umat Tuhan selayaknya memberikan persembahan bukan supaya diberkati, namun jelas ditekankan kepada kita bahwa kita memberikan persembahan adalah karena kita sudah diberkati oleh Tuhan, dikatakan di Ulangan 16:17 “tetapi masing-masing dengan sekedar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu." Intinya orang memberi persembahan dengan sukacita adalah umat yang mengakui dan yang tidak lupa akan segala kebaikan Tuhan.
Tuhan
memberkati kita dalam kehidupan ini adalah supaya kita tetap bersama dengan
Tuhan yang telah memanggil kita sebagai umatNya, bukan sebaliknya melupakan
Tuhan dan lebih mengasihi apa yang ada dalam dunia ini, karena pada akhirnya
apapun yang ada di dunia ini akan kita tinggalkan dan akan kembali kepada Tuhan
pencipta, seperti padang gurun yang pada akhirnya akan berlalu dan sampai
kepada tanah Kanaan yang abadi.
Lihat Khotbah ini di Channel YouTube Sukacitamu id
No comments :
Post a Comment