Bacaan Firman
Tuhan: Rut 2: 8-16
Boas
menjawab: "Telah dikabarkan orang kepadaku dengan lengkap segala sesuatu
yang engkau lakukan kepada mertuamu sesudah suamimu mati, dan bagaimana engkau
meninggalkan ibu bapamu dan tanah kelahiranmu serta pergi kepada suatu bangsa
yang dahulu tidak engkau kenal. TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan
kepadamu kiranya dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang
di bawah sayap-Nya engkau datang berlindung." Kemudian berkatalah Rut:
"Memang aku mendapat belas kasihan dari padamu, ya tuanku, sebab tuan
telah menghiburkan aku dan telah menenangkan hati hambamu ini, walaupun aku
tidak sama seperti salah seorang hamba-hambamu perempuan." Ketika sudah
waktu makan, berkatalah Boas kepadanya: "Datanglah ke mari, makanlah roti
ini dan celupkanlah suapmu ke dalam cuka ini." Lalu duduklah ia di sisi
penyabit-penyabit itu, dan Boas mengunjukkan bertih gandum kepadanya; makanlah
Rut sampai kenyang, bahkan ada sisanya.
Bulir-bulir
Jelai yang tercecer di ladang adalah hak dari orang miskin, janda dan pendatang
(Ulangan 24: 19-21; Imamat 19: 9-10). Hal ini dilakukan oleh Rut setelah
meminta ijin dari Naomi untuk memungut bulir-bulir jelai di ladang milik orang
yang sedang panen. Dituliskan dalam nas ini “kebetulan” Rut mengutip
bulir-bulir jelai ditanah Boas (ay. 3) yang merupakan kerabat dekat Naomi dari
pihak suaminya.
Pertemuan
Rut dan Boas ini menjadi titik balik dari kisah sebelumnya yang diwarnai dengan
kesedihan karena penderitaan yang berat dan berangsur-angsur mulai naik menuju
pada kebahagiaan. Dalam nas ini kita melihat perjumpaan Rut yang setia mengikut
mertuanya Naomi (janda yang rela mengikut mertuanya kembali ke Yehuda – 1: 16)
dengan Boas yang bermurah hati.
Pengakuan
iman dan dan kesetiaan Rut sungguh nyata dari perbuatannya yang berinisiatif
melakukan sesuatu untuk kelangsungan hidupnya dan juga mertuanya. Diladang, Rut
memperlihatkan kegigihannya memungut bulir-bulir jelai (2:7). Hal ini menarik
perhatian Boas untuk mencari tahu tentang Rut, kemurahan hati Boas semakin
besar, setelah mengetahui bahwa Rut adalah perempuan yang bersama Naomi pulang
dari Moab (2:6).
Dari
kisah ini, kita dapat melihat bahwa seberat apapun penderitaan yang kita
hadapi, kasih setia Tuhan akan senantiasa memelihara hidup orang yang beriman. Dibalik
kisah perjumpaan Rut dan Boas, Tuhan tetap bekerja menuntun hidup orang
beriman.
Seberat
apapun penderitaan yang kita hadapi, bukan artinya kita tidak dapat berbuat
baik. Demikian dengan Rut, yang tetap dapat melakukan yang terbaik bagi
mertuanya. Hal ini tentu semakin membuka hati Boas untuk menyatakan kemurahan hatinya.
Kemurahatian
Boas kepada Rut diperlihatkannya bukanlah sebagai perbuatan yang harus dipuji,
sebab Boas merasa yakin bahwa Tuhan yang menuntun hidup Rut. Di ayat 12
dikatakan “TUHAN kiranya membalas perbuatanmu itu, dan kepadamu kiranya
dikaruniakan upahmu sepenuhnya oleh TUHAN, Allah Israel, yang di bawah sayap-Nya
engkau datang berlindung.”
Hati
Boas yang terbuka untuk bermurah hati semata-mata hanyalah karena memahami kasih
setia Tuhan kepada Rut. Boas melihat jauh kedepan bahwa kebaikannya kepada Rut tidak hanya karena keuletan dan juga karena
kerabat dekat, tetapi yang jauh lebih besar bahwa Tuhan memakai dirinya menjadi
saluran kasih setia Tuhan. Hal ini mengingatkan kita dengan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36)
dan juga nasehat Paulus di Filipi 2: 5 “Hendaklah
kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga
dalam Kristus Yesus”. Menghidupi kasih kepada sesama tidak memandang
siapa yang mau dikasihi, tetapi kita mau memiliki pikiran dan perasaan yang
terdapat pada Yesus, yaitu kasihNya kepada semua ciptaanNya.
Hal
seperti ini terkadang membuat banyak orang untuk membatasi diri untuk membantu
sesamanya. Terkadang kebaikan yang kita tunjukkan hanyalah karena balas budi
dan juga karena dia adalah keluarga dekat. Namun ketika ada orang yang bukan
dekat dengan kita, bahkan mungkin pernah menyakiti kita, apakah ada pada kita
kasih untuk member pertolongan?
Solidaritas
kita kepada sesama bukan melihat siapa yang hendak kita tolong, namun yang
harus yakini bahwa Tuhan ingin memakai kita sebagai saluran kasih setia Tuhan
kepada manusia. Kita teringat akan apa yang diajarkan oleh Tuhan Yesus di
Matius 25: 35+40 “Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu
memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika
Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku;
ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” ; “Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari
saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”
No comments :
Post a Comment