Bacaan
Firman Tuhan: Kisah Para Rasul 17: 22-31
Supaya mereka mencari Dia dan
mudah-mudahan menjamah dan menemukan Dia, walaupun Ia tidak jauh dari kita
masing-masing. Sebab di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada, seperti
yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab kita ini dari
keturunan Allah juga. Karena kita berasal dari keturunan Allah, kita tidak
boleh berpikir, bahwa keadaan ilahi sama seperti emas atau perak atau batu,
ciptaan kesenian dan keahlian manusia.
Kota Atena bisa dikatakan
kota yang penuh dengan ambisi, gengsi dan penikmat hidup tingkat tinggi. Kita mengenal
Atena sebagai kota yang memunculkan banyak pahlawan, beberapa yang kita kenal
seperti Herkules dan Achilles. Ada juga para filsuf-filsuf dan seniman. Kota Atena
dipenuhi dengan bangunan-bangunan yang megah dan indah dari karya arsitek yang
tinggi. Untuk menikmati hidup yang penuh dengan ambisi dan gengsi itu, Paulus
melihat ada banyak berhala-berhala yang mereka sembah, dan pada mezbah
persembahan mereka ada tertulis “kepada Allah yang tidak di kenal”.
Hal ini semua membuat hati
Paulus sangat sedih (ay.16), maka dia mulai berbicara dengan bertukar pikiran
dengan orang-orang yang dijumpainya di pasar (Agora) setiap hari. Karena Atena
dipenuhi banyak ahli-ahli pikir, sehingga mereka sangat tertarik akan sesuatu
hal-hal yang baru. Maka kehadiran Paulus di Atena dianggap mereka sebagai
pembawa ajaran baru dari dewa yang lain. Maka Paulus di bawa ke Aeropagus untuk
menjelaskan tentang ajaran yang belum mereka ketahui sebelumnya.
Kita saat ini tidak sedang
mau berbicara tentang pekabaran Injil, namun kali ini kita akan memahami lebih
dalam makna yang di ungkapkan oleh Paulus pada sidang di Aeropagus ini dalam konteks
kekristenan kita.
Yang hendak di ungkapkan
Paulus pada mereka bahwa Allah yang tidak dikenal itu adalah Yesus Kristus. Dialah
Tuhan yang menjadikan segala sesuatunya, Allah yang memberikan kehidupan. Kita dekat
kepadaNya bukan dengan dengan mendirikan patung-patung berhala dan meminta
kepadaNya dengan memberikan sesajen.
Sebenarnya Tuhan itu sagat
dekat dengan kita, tidak perlu dengan berhala dan pemberian korban sajian maka
Dia dekat dengan kita, karena sesungguhnya kita hidup dan bergerak dalam Dia.
Hidup kita dari Dia, Kehidupan kita dari Dia dan tempat kita hidup juga dari
Dia dan yang akan menghakimi dunia ini adalah Dia. Namun, ada penghalang yang
memisahkan kita dari Dia yaitu pengenalan. Maka kita harus keluar dari zaman
kebodohan yaitu dengan mengenal hikmat yang benar itu yaitu Yesus Kristus.
Yesus Kristus adalah
kekuatan dan kemuliaan kita, tujuan hakiki hidup kita, dari Dia kita akan
menemukan nikmat hidup yang sebenarnya.
Walaupun saat ini ‘mungkin’
kita tidak lagi hidup dalam zaman penyembahan berhala, kita sudah hidup pada
iman percaya pada Yesus Kristus, namun bisa saja kita seperti orang-orang Atena
ini menyembah Allah yang tidak di kenal. Sebenarnya kita dekat dengan Dia,
tetapi kita jauh.
Terkadang kita menempatkan
Tuhan itu seperti ‘berhala’ dalam kehidupan kita. Bagaimana tidak, terkadang
kita datang untuk berdoa kepada Tuhan hanya ketika kita sedang menghadapi
masa-masa sulit, ataupun kita hanya memanfaatkan Tuhan untuk menggapai ambisi
hidup kita.
Apakah demikian
penyembahan, doa dan kedekatan kita kepadaNya? Ketika kita memahami doa itu pada imbal hasil
doa yang memiliki sebab dan akibat, maka kita sedang menjauhkan diri dari
pengenalan yang benar tentang Tuhan.
Maka saat ini kita mau
diingatkan akan bahaya yang sangat serius. Ibarat kita menapaki jalan yang
kedua sisinya ada dua jurang yang sangat dalam. Kita bisa jatuh diantara dua
jurang yang sangat dalam itu. Seperti yang tertulis dalam Yakobus 4:2-3:
Jurang sebelah kiri, yaitu tidak berdoa. Hidup
yang memisahkan dirinya dari Tuhan yang memberi kehidupan yang berkuasa atas
segala sesuatu. “kamu tidak memperoleh apa-apa karena kamu tidak berdoa”
Jurang sebelah kanan,
yaitu berdoa dengan egois. Yaitu doa yang hanya ingin memuaskan nafsu
kemanusiaannya. “Kamu berdoa, tetapi kamu tidak menerima apa-apa, karena kamu
salah berdoa sebab kamu meminta untuk memuaskan hawa nafsumu”
Kehidupan dalam doa
bukanlah soal meminta dan mendapat tetapi “kehendak Tuhan jadi dalam kehidupan
kita” (Markus 14: 36). Hidup yang berdoa berarti membuka diri terhadap Allah
yang tidak terbatas, yang berserah sepenuhnya pada rancangan Tuhan bukan
rancangan kita.
Pada saat kita berdoa,
maka kita akan menarik Allah masuk dalam kehidupan kita dan Dia akan bekerja
sesuai dengan rancangan terbaikNya. Yakinlah, bahwa Allah akan melakukan hal
yang lebih besar melebihi harapan dari doa-doa kita.
Kita tidak akan pernah
tahu bagaimana cara kerja Tuhan dalam merealisasikan doa kita, bagaimana kapan
dan seperti apa, namun kita akan selalu mengetahui bahwa kita hidup dan
bergerak bersama dengan Tuhan yang berkuasa dalam kehidupan ini. Kita berasal dari
Dia dan hanya bersama Dia kita dapat menemukan tujuan akhir kehidupan ini.
No comments :
Post a Comment