Bacaan
Firman Tuhan: 1 Petrus 2: 4-10
Tetapi kamulah bangsa yang terpilih,
imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya
kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil
kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib: kamu, yang dahulu
bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu
tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.
Apakah anda sebagai
seorang Kristen yang pernah mendapatkan perlakuan diskriminatif? Atau Anda
pernah mendapatkan ejekan dan makian karena anda seorang Kristen?. Firman Tuhan
saat ini ingin menguatkan kita, dikatakan “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat
yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri”.
Sama seperti Yesus Kristus
yang di tolak dan di buang, tetapi justru Dia-lah yang dipilih di hadirat
Allah. Yesus adalah batu yang hidup, yaitu Batu yang telah dibuang oleh
tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru untuk mendirikan kerajaan
Allah di dunia ini.
Di atas batu yang hidup
itu kita di susun mendirikan kerajaan Allah yaitu pembangunan suatu rumah
rohani (ay.5). Bahwa kita adalah umat Allah yang telah dipanggil dari kegelapan
menuju terang Tuhan yang ajaib.
Sebagaimana kita ketahui,
bahwa dalam Perjanjian Lama kita telah membaca bagaimana Israel di sebut
sebagai umat Allah, yang dipilih diantara bangsa-bangsa. Israel yang dipilih
menjadi terang bagi bangsa-bangsa dan melalui Israel Allah akan memberkati
bangsa-bangsa lain. Justru mereka menolak untuk taat kepada firman Allah bahwa
janji keselamatan itu telah di genapi di dalam Yesus Kristus. Sehingga Dia
seperti batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan, namun justru menjadi
batu yang hidup dimana Tuhan berkarya dalam dunia ini. Sehingga jelaslah kita
memahami tentang diri kita sebagaimana dikatakan dalam ayat 10 “kamu,
yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang
dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.”
Betapa berharganya kita
ditempatkan menjadi batu yang di susun di atas dasar yang teguh untuk
mendirikan rumah rohani, dimana Allah menjadi arsitek Agung. Kita semua yang
percaya adalah batu yang di susun oleh Tuhan sesuai dengan rencanaNya.
Maka untuk hidup di dalam
rencana Tuhan, kita perlu untuk menyangkal diri. Memberikan kepercayaan penuh
kepada Dia sebagai arsitek Agung yang akan menata kita sesuai dengan maksud dan
rencanaNya. Hal ini dapat kita bandingkan sebagaimana Tuhan menggambarkan diriNya
seperti tukang periuk yang akan membentuk tanah liat susuai dengan rencanaNya
(Yeremia 18: 1-6).
Maka, berilah dirimu
dijamah sentuhan tangan Tuhan yang kreatif, penuh kuasa untuk menyatakan
rencanaNya yang mulia. Kita adalah “batu pilihan Tuhan”, menjadi umat yang
kudus yang akan dipakai Tuhan menyatakan rencanaNya.
Sebagai bangunan rohani,
kita disadarkan akan peran besar kita sebagai umat pilihan Tuhan. Sekalipun kita
ditolak, dihina dan dibenci namun kita harus mengingat, bahwa dalam rencana
besar Tuhan mereka membutuhkan kita.
Sehingga saatnya kita
keluar dari “zona nyaman” untuk keluar dari iman yang pasif. Saatnya kita
keluar dari sikap hanya berharap bahwa Tuhan akan senantiasa berbuat sesuatu
untuk kita. walaupun sebenarnya Tuhan memang berbuat demikian, namun kita
seharusnya memiliki respon dan tanggungjawab sebagai seorang yang mempercayai
kebesaran Tuhan dalam kehidupan kita.
Sebagaimana Daud dalam
Mazmur 22 yang mengungkapkan responnya yang aktif atas perbuatan Allah yang
luar biasa dalam hidupnya. Perbuatan Tuhan yang sungguh hebat itu harus
diketahui oleh semua orang dan dan akan terus diceritakan kepada genarasi yang
akan datang.
Walaupun kita berada pada
himpitan kesusahan dan pergumulan bukan artinya kita hanya pasif menanti dengan
berdiam diri. Biarpun kondisi yang kita hadapi sedang tidak kondusif, namun
respon kita pada Tuhan yang kita imani tetap harus terlihat. Doa dan nyanyian
itu tidak hanya di bibir tetapi harus juga dalam perbuatan. Kita memberikan
diri kita untuk dipergunakan menjadi batu hidup, yang memberikan hidup kita ini
menjadi persembahan rohani di hadapan Tuhan.
Bagaimana saya sebagai “batu
yang hidup” yang akan dipakai oleh Tuhan dalam rencana indahNya. Tanggugjawabku
sebagai seorang yang telah diselamatkan oleh Tuhan akan ku jalankan, pergumulan
dan peneritaan yang sedang ku hadapi, ku percaya bahwa Tuhan akan mengaturnya
untuk kebaikanku.
Jangan
berdiam diri hanya melihat-lihat apa yang akan diperbuat oleh Tuhan dalam
hidupmu, tetapi lihatlah ke depan apa yang dapat engkau perbuat sebagai respon
imanmu kepada Tuhan. – jangan tanyakan apa yang akan Tuhan perbuat untukmu,
tetapi tanyakanlah apa respon imanmu kepada Tuhan.
No comments :
Post a Comment