Mereka tidak berkata dalam
hatinya: Baiklah kita takut akan TUHAN, Allah kita, yang memberi hujan pada
waktunya, hujan pada awal musim maupun hujan pada akhir musim, dan yang
menjamin bagi kita minggu-minggu yang tetap untuk panen. – Yeremia 5: 24
Kita mengetahui cerita
rakyat yang sudah umum kita ketahui, seperti Malin Kundang, Sampuraga dan juga
si Mardan. Kita diingatkan tentang sikap durhaka, melupakan apa yang baik yang
telah kita terima lantas kita melupakan kebaikan orang yang mengasihi kita.
Demikian juga orang Yehuda
yang sudah durhaka kepada Tuhan, mengeraskan hatinya seperti batu kepada Tuhan
dan mengatakan “Dia tidak berbuat apa-apa” (ay.12). Mereka tidak lagi takut
dengan ancaman hukuman yang akan datang kepada mereka karena perbuatan dosa
yang telah merajalela.
Mereka telah melupakan
segala kebaikan Tuhan, yang memelihara hidup mereka hingga sampai menjadi
bangsa yang besar dan mahsyur. Tuhan menjamin kehidupan mereka, memberi hujan
pada musimnya dan panen pada waktunya.
Hal ini mengarahkan
pandangan kita akan kehidupan yang telah kita lalui dan yang sedang kita
jalani. Apakah kita selalu berkata dalam hati kita “Baiklah kita takut akan Tuhan,
Allah kita” sebab Dia yang memelihara kehidupan kita hingga saat ini. Tuhan
mencukupkan segala keperluan hidup kita.
Selayaknya kita menjalani
hari-hari dengan penuh syukur kepada Tuhan. Hidup yang dipenuhi rasa syukur akan
menghantarkan kita kepada banyak berkat Tuhan yang melimpah. Rasa syukur akan
membangkitkan gairah dan semangat kita menghadapi kehidupan ini. Karena rasa
syukur akan menghantarkan kita pada keadaan dimana setiap langkah yang kita
lalui selalu ada Tuhan yang mendahului langkah kita.
Kehidupan yang
sesungguhnya bukan apa yang sudah kita peroleh dalam dunia ini, tetapi kesempurnaan
hidup adalah karena kita selalu bersama dengan Tuhan. Waspadalah akan sikap
durhaka yang melupakan kebaikan Tuhan. Karena itu akan membawa kita pada
kehancuran.
No comments :
Post a Comment