Bacaan
Firman Tuhan: Pengkhotbah 11: 1-6
Sebagaimana
engkau tidak mengetahui jalan angin dan tulang-tulang dalam rahim seorang
perempuan yang mengandung, demikian juga engkau tidak mengetahui pekerjaan
Allah yang melakukan segala sesuatu. Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan
janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau
tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama
baik.
Pernah saya membaca satu
motivasi yang kalimatnya kurang lebih begini:
“Banyak orang bertanya apa usaha yang paling menguntungkan, jawabannya usaha
yang paling menguntungkan adalah yang diusahakan bukan yang ditanyakan”. Motivasi
ini ingin menekankan bahwa sebenarnya usaha apapun jika ditekuni dengan baik
pasti akan menguntungkan, sebab jika terus bertanya kapan lagi untuk berbuat,
untuk bertanya dan berfikir kita sudah menghabiskan banyak waktu untuk
berusaha.
Maka firman Tuhan juga
kurang lebih hendak mengatakan demikian. Dikatakan di ayat 4 “Siapa
senantiasa memperhatikan angin tidak akan menabur; dan siapa yang senantiasa
melihat awan tidak akan menuai”. Bahwa pengkhotbah ingin menekankan
ketekunan kita melakukan suatu pekerjaan, yang terpenting adalah dikerjakan –
dengan tidak membiarkan tangan diam tidak bekerja. Sebab kita tidak tahu
bagaimana Tuhan bekerja bagi hidup kita, apakah Tuhan mengizinkan semuanya
berhasil atau sebahagian. Namun yang pasti kerjakanlah.
Nas ini merupakan gambaran
tentang iman kita kepada Tuhan. Bagaimana kita untuk tetap mampu mengasihi
Tuhan dan dengan sukacita melakukan kehendak Tuhan walau apapun yang terjadi
dalam hidup kita, sebab semuanya yang terjadi dalam kehidupan ini bergantung
kepada Tuhan.
Tuhan dapat mengizinkan
segala sesuatu terjadi dalam kehidupan kita tetapi tidak lebih dari kekuatan
kita. Jika pun Tuhan mengizinkan segala seuatu terjadi bukan artinya lepas
tangan, walaupun ketika menghadapi pergumulan hidup kita tidak dapat melihat
bagaimana Tuhan berbuat, tetapi inilah iman kita kepada Tuhan: “Bahwa Tuhan bekerja di dalam proses
kehidupan yang sedang kita jalani”. Suka duka akan dipakai Tuhan untuk kebaikan
kita.
Maka marilah kita menjadi “orang beriman yang tidak bergantung pada
cuaca” artinya iman yang berdasarkan situasi. Kalau lagi senang bisa jadi
lupa Tuhan tetapi bisa juga menjadi dekat maupun sebaliknya kalau lagi bergumul
bisa jadi lupa Tuhan tetapi bisa juga menjadi dekat kepada Tuhan. Tetapi marilah kita menjadi seorang yang
beriman yang tetap dekat dengan Tuhan entah sedang susah atau senang. Yang pasti
kita mempergunakan waktu sebaik mungkin untuk melakukan kehendakNya. “Hati
manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi Tuhanlah yang menentukan arah
langkahnya” – Amsal 16: 9
No comments :
Post a Comment