Bacaan Firman
Tuhan: 2 Timotius 1: 1-8
Sebab aku teringat akan imanmu
yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan
di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu. Karena
itulah kuperingatkan engkau untuk mengobarkan karunia Allah yang ada padamu
oleh penumpangan tanganku atasmu.
Dalam nas yang kita pelajari
kali ini memperlihatkan pada kita bagaimana dekatnya hubungan Paulus dengan
Timotius. Walaupun mereka tidak dari satu keluarga, namun Paulus memanggil
Timotius dengan “anakku yang kekasih”
(ay.2). Hubungan yang diperlihatkan lebih dari hubungan sedarah, tetapi
hubungan antara bapak dan anak di dalam iman. Persaudaraan di dalam iman,
itulah yang diperlihatkan. Dalam Filipi 2:20 Paulus menyebut Timotius “sehati sepikir” dengannya.
Paulus mengirim suratnya kepada
Timotius untuk memberi semangat, nasihat, pengajaran supaya ia mengembangkan
pelayanan dengan baik, sebab Paulus ingin mempersiapkan Timotius sebagai
penggantinya dalam memberitakan Injil. Ditengah tantangan yang dihadapi oleh
orang Kristen saat itu, Paulus berharap bahwa Timotius dapat melanjutkan
pelayanan pekabaran Injil dengan baik. Untuk dapat melakukan tugas berat itu,
Paulus mengingatkan bahwa kemampuannya melakukan itu tidak dengan mengandalkan
kekuatan dan pikiran, tetapi hanya karena iman.
Itulah sebabnya Paulus
mengingatkan tentang dirinya, bahwa ia sejak dari kecil telah dibentuk dan di
bina di dalam iman yang benar, maka ia pun harus mengembangkan iman yang
diterimanya itu. Kekuatannya terletak di dalam imannya, semangat dan kekuatan
pelayanan terletak pada imannya.
Melalui surat Paulus ini, kita
mendapatkan pengajaran yang berharga untuk memahami dan mengembangkan iman di
dalam kehidupan kita saat ini.
I.
Pewarisan
Iman (ayat 5)
Paulus mengungkapkan kekuatan iman yang
memampukannya untuk memberitakan Injil, demikian juga ia mau mewariskan rahasia
itu kepada Timotius. Memberitakan Injil hanya mengandalkan iman. Demikianlah
Paulus mempersiapkan Timotius sebagai penerusnya, memberitakan kekuatan dan
kuasa Tuhan tidak akan meninggalkan setiap orang yang berpegang pada iman.
Demikian halnya juga dengan neneknya Lois dan
ibunya Eunike yang membesarkannya dengan iman yang murni. Kesungguhan dari
mereka mempersiapkan masa depan Timotius untuk memiliki iman kepada Tuhan.
Ini adalah bentuk pewarisan iman. Kita dapat
merenungkannya, bagaimana Paulus, Lois dan Eunike benar-benar mempersiapkan
generasi muda, dengan kesugguhan mewariskan iman kepada Timotius.
Demikianlah kesungguhan kita dalam mempersiapkan
anak-anak kita/generasi muda. Membesarkan mereka di dalam pertumbuhan iman yang
benar dan baik, sehingga mereka tidak hanya mampu untuk bertahan tetapi juga mampu untuk menyerang. Artinya tidak lagi hanya sebatas mereka dapat bertahan
dalam berbagai tantangan jaman, tetapi mereka justru mampu untuk menyatakan
kebenaran Tuhan dalam kehidupannya, menjadi pemberita Injil melalui sikap dan
pengaruh yang positif di sekitarnya.
II.
Iman
yang Tulus, Ikhlas dan Murni (ayat 3+5)
Hal inilah yang disyukuri oleh Paulus, ternyata
ada kesamaan dirinya dengan Timotius. Jika Paulus mengatakan ia melayani dengan
“Hati nurani yang murni” maka
Timotius dikatakan memiliki iman yang “tulus
ikhlas”.
Demikian jugalah halnya dengan kita supaya hidup
dalam iman yang murni, tulus dan ikhlas. Artinya iman yang hidup dan tumbuh
dalam diri kita bukanlah karena orang lain, bukan juga karena keinginan diri
sendiri atau juga karena ingin mendapat sesuatu hal yang duniawi. Tetapi kita
beriman dan menyaksikan iman di tengah kehidupan ini murni adalah karena kita mengenal Tuhan, kita tahu bahwa
kita berasal dari Tuhan dan kita juga dengan tulus dan ikhlas hidup dan
berkarya untuk Tuhan.
III.
Mengobarkan
Karunia Allah (ayat 6)
Setiap orang yang percaya kepada Kristus Yesus
menerima karunia dari Tuhan, yaitu Roh Kudus (bnd. 1 Korintus 12:7). Karunia Roh
yang diberikan kepada setiap orang bukan untuk kepentingan diri sendiri, tetapi
adalah untuk penyataan kerajaan Allah.
Maka setiap orang percaya terpanggil untuk ikut
serta dalam pekerjaan Tuhan, ikut serta dalam penyataan kerajaan Allah di dunia
ini.
Maka iman itu tidaklah pasif, tetapi aktif. Iman yang ada
dalam diri kita akan bekerja, berbuat sesuai dengan Karunia (charisma) yang
diberikan kepada setiap orang. Maka jika kita memiliki iman, maka iman itu
bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga berguna bagi orang lain. Apa yang
bisa kita perbuat untuk Tuhan dan GerejaNya?
No comments :
Post a Comment