Bacaan Firman Tuhan: Yohanes 6: 1-21
Kisah tentang Yesus memberi makan
lima ribu orang mungkin tidak lagi asing bagi kita. Sejak dari sekolah minggu
kita sudah diperkenalkan. Sesuai dengan apa yang ditulis oleh Yohanes kita akan
mempelajari dan merenungkan makna yang terkandung dari kisah ini. Dikisahkan bahwa
ada lima ribu laki-laki dan belum termasuk perempuan dan anak-anak, melihat
orang banyak itu Yesus bertanya: “Di manakah kita akan membeli roti, supaya
mereka ini dapat makan?” Kita akan memulai dari pertanyaan Tuhan Yesus
ini untuk menemukan pengajaran yang terpendam didalamnya.
Orang yang tidak berpegang pada
imannya
Dari pertanyaan Yesus tadi, Filipus
member jawab: “Roti seharga dua ratus dinar tidak akan cukup untuk mereka ini,
sekalipun masing-masing mendapat sepotong kecil saja”. Mengapa Filipus
kita katakana tidak berpegang pada imannya? Sebab kalau kita baca di Yohanes
1:45 Filipus pernah mengatakan: “Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh
Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus anak Yusuf dari Nazaret”.
Jelas Filipus telah meyakini Yesus itu jauh lebih besar dari Musa dan para
nabi, sedangkan Musa sendiri dapat melakukan suatu Mujizat, apalagi Yesus jauh
lebih besar dari Musa. Namun Filipus telah melupakan pengakuannya itu dengan alasan
uang yang tidak cukup membeli roti untuk orang banyak itu, sebab ia telah
memakai hitung-hitungan, pikiran dan taksiran manusia, sehingga itu adalah
suatu yang tidak mungkin.
Ketika menghadapi persoalan hidup
kita langsung beranggapan kita tidak sanggup dan langsung mengatakan ‘tidak
mungkin’ maka itu sama halnya dengan menyerah sebelum bertanding. Sama artinya
kita melupakan iman kita kepada Tuhan, kita melupakan bahwa ada Tuhan bersama
dengan kita. Adalah baik menghadapi segala persoalan hidup dengan sikap yang
positif bahwa bersama Tuhan akan selalu ada jalan.
Iman yang tidak teguh
Jawaban dari Filipus tadi langsung
ditanggapi oleh Andreas dengan mengatakan: “Disini ada seorang anak, yang mempunyai
lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak
ini?”. Tanggapan ini sebenarnya sudah memperlihatkan imannya kepada
Yesus, mungkin ia berpikir bisa saja sesuatu dilakukan oleh Yesus, seperti yang
dilakukanNya di Kana mengubah air menjadi anggur. Namun mungkin imannya tadi
masih terganggu hitung-hitungan pikiran duniawinya.
Dari Firman Tuhan yang pernah
dipelajari oleh orang Kristen, pastilah kita sudah memahami bahwa Tuhan itu
baik, yang dapat menyelamatkan kita. Namun yang terjadi terkadang iman yang
kita miliki dapat goyah karena kita belum sepenuhnya menyerahkan diri kepada
Tuhan. Percaya tetapi kepercayaannya belum sepenuhnya diyakini.
Belajar dari anak diantara orang
banyak
Walaupun kita tidak dapat
mengetahui banyak tentang anak yang memiliki lima roti dan dua ikan tadi,
tetapi ada hal yang bisa kita pelajari. Ternyata anak itu membawa bekalnya
untuk ikut Yesus. Bahwa dalam menghadapi kehidupan kita harus mampu menjangkau
jauh ke depan, mempersiapkan diri untuk hal-hal yang tidak terduga, maka kita
harus mempersiapkan diri. Hal yang kedua yang dapat kita pelajari dari anak
tadi, bahwa nyatanya ia mau memberikan apa yang ada padanya untuk Yesus. Maukah
kita memberikan apa yang ada pada kita dipakai oleh Yesus? Maukah kita
memberikan hidup kita menjadi berkat bagi orang lain? Ternyata yang sedikit
yang ada pada anak itu menjadi berlipat ganda banyaknya yang dapat
mengenyangkan banyak orang. Yakinkah kita jika ketika kita mau mempersembahkan
hidup kita pada Tuhan maka Tuhan akan memberkati yang sedikit itu?
***
Muzijat yang besar ini bersumber
dari kuasa Yesus. Kita mau belajar dari apa yang telah diperlihatkan oleh Tuhan
Yesus, bahwa sebelum melakukan mujizatNya Ia mengucap syukur. Jika yang sedikit
itu kita mohon diberkat dari Tuhan, maka akan dapat menjadi berkat bagi
kehidupan kita.
Tiada kekuarangan apapun kita jika
bersama dengan Yesus, jika kita mau menyadari bahwa segala sesuatu adalah
berasal dari Tuhan. Sehingga kita harus menyadari bahwa sesungguhnya banyak
mujizat-mujizat yang telah Tuhan perlihatkan kepada kita, karena sudah begitu
banyaknya sampai kita tidak lagi menyadarinya, sebab bagaimanapun juga kita
hidup hanya karena kuasa dari Tuhan saja.
Menyerahkan hidup kita dibawah
kehendak dan rencana Tuhan adalah yang terbaik. Sebab bagi orang yang
berpengharapan pada Tuhan tidak akan pernah dikecewakanNya. Tuhan mengenal kita
dan Tuhan yang mengetahui yang terbaik dalam kehidupan kita. Sehingga biarlah
kita mengikuti Yesus sepanjang hidup kita karena kita tahu keselamatan kita ada
padaNya, dan membiarkan Tuhan yang mengatur hidup kita. Supaya kita tidak
memiliki pikiran seperti orang-orang yang telah menikmati mujizat Tuhan Yesus
dalam nas ini, bahwa motivasi mereka sudah menjadi beda dengan rencana Tuhan,
sebab mereka hendak membawa Yesus dengan paksa supaya Ia menjadi raja atas
mereka. Sebab Yesus bukanlah raja atas kehendak manusia tetapi adalah kehendak
Tuhan, dan Tuhan tidak menginginkan kita mengikutiNya hanya untuk menyelamatkan
hidup kedagingan saja tetapi jauh lebih besar dari itu supaya kita memperoleh
hidup yang kekal.
Jika kita tetap berpengharapan
kepada Yesus dalam kehidupan kita, yakinlah akan selalu ada jalan yang terbaik
dari Tuhan yang akan diperbuatNya. Itulah mujizatNya, mungkin bukan seperti
yang kita pikirkan, tetapi sesuai dengan rencana Tuhan yang terbaik bagi
kehidupan kita. Yang penting kita tetap mengingat perkataan Tuhan Yesus yang
mengatakan: “Aku ini, jangan takut!”. Bahwa Tuhan akan selalu ada
bersama-sama dengan orang yang mengasihiNya.
No comments :
Post a Comment