Bacaan Firman Tuhan: Amos 7: 7-15
"TUHAN berfirman kepadaku: Pergilah, bernubuatlah terhadap umat-Ku Israel"
“Singa telah mengaum, siapakah
yang tidak takut?” – segera Tuhan akan bertindak dan menyatakan
keputusanNya untuk menjatuhkan hukuman kepada umat Israel melalui nabi Amos. Dua
kali penglihatan hukuman Tuhan atas Israel yang dinyatakan kepada Amos yaitu
melalui “Belalang” dan “Api”, dan Amos merespon hukuman yang
akan datang itu agar kiranya Tuhan mengampuni Israel. Tetapi penglihatan
ketiga, ketika Tuhan memperlihatkan “tali
sipat”, sepertinya Amos tidak lagi memperlihatkan respon untuk memohon
pengampunan atas Israel.
“Singa telah mengaum” Sesungguhnya
Tuhan akan bertindak menyatakan penghukumanNya. Berita penghukuman itu sendiri datang
ketika Kerajaan Israel (Israel Utara) sedang dalam puncak kejayaan,
perkembangan yang pesat dibawah pemerintahan Yerobeam II. Namun ternyata
dibalik itu semua jauh lebih pesat perkembangan dosa atas umat Israel, mulai
dari praktek keagamaan sampai dengan kehidupan sosial, Tuhan tidak lagi dapat
mentolerir dosa atas umatNya.
Setelah Tuhan memperlihatkan tali
sipat kepada Amos, seakan dia terdiam dan tidak dapat lagi berbuat banyak untuk
memohon pengampunan Tuhan, bahwa memang sesungguhnya hukuman itu pasti harus datang
dan terjadi. Tali sipat adalah tali yang berbantul timah, yang dipakai oleh
tukang bangunan untuk mengukur kelurusan tembok. Alat pengukur kelurusan tembok
ini dipakai menjadi symbol menguji perilaku umat Israel. Tali sipat yang
dipakai Tuhan untuk mengukur adalah kebenaran dan keadilanNya (Yesaya 28: 17). Ketika
Tuhan memakai tali sipat itu, didapati tembok tersebut sudah tidak lagi rata,
dan segera akan dirobohkan. Hasilnya, penghukuman akan datang yang tidak dapat
dibendung lagi.
Amos pergi untuk memenuhi
panggilannya untuk bernubuat atas umat Israel, namun Amos harus berhadapan
dengan Amazia sebagai “imam Negara” atau imam yang bertugas di Betel. Sebagai pemimpin
yang bertanggungjawab di Betel, mengambil inisiatif dengan mengadukannya kepada
raja Yerobeam dengan pesan “Amos telah
mengadakan persepakatan melawan tuanku di tengah-tengah kaum Israel; negeri ini
tidak dapat lagi menahan segala perkataannya”. Tentu kalimat seperti ini
dapat memicu respon raja dengan cepat sebab sudah mengarah pada ancaman
stabilitas Negara. Maka dapat dikatakan bahwa kedatangan Amos dapat mengganggu
ketentraman dan kedamaian Negara.
Bagaimana mungkin Amazia dapat
melakukan tindakan seperti itu terhadap Amos, apakah Amazia tidak menganggap
Amos sebagai temannya dalam menyatakan Firman Tuhan? Ternyata agama telah
menjadi bagian dari Negara, bahwa agama telah menampung segala kepentingan Negara.
Amazia mengatakan “Sebab inilah tempat
kudus raja, inilah bait suci kerajaan” telah menyatakan diri sebagai nabi
kerajaan. Maka tidak segan-segan lagi dia mengadukan Amos kepada Raja sebab
dirasa telah mengganggu stabilitas dan keamanan Negara.
Namun sebelum datang respon dari
raja, Amazia langsung bertindak mendahului dengan mengusir Amos dari Betel, “Pelihat, pergilah, enyahlah ke tanah
Yehuda! Carilah makananmu di sana dan bernubuatlah di sana!”. Jika memahami
ucapan Amazia ini, maka kita pasti akan bertanya tentang pikiran Amazia, apakah
hubungannya ‘mencari makan’ dengan menyampaikan nubuat Tuhan?. Sebab Amos
datang untuk menyatakan nubuat atas umat Israel, sementara Amazia beranggapan
bahwa Amos datang untuk mencari makan. Disini dapatlah kita melihat bahwa
ternyata perbedaan besar antara Amos dan Amazia, bahwa Amos datang berbicara
atas nama Tuhan, sementara Amazia berbicara atas nama kerajaan. Tentu Amazia
tidak menginginkan stabilitas dan keagamaan terganggu, sebab tempat suci di
Betel didirikan oleh Negara, maka tentunya biaya-biaya ditanggung oleh Negara. Sehingga
tidak heran jika Amazia beranggapan bahwa agama adalah masalah mencari makan.
Jika kita mau jujur, apakah yang
terlihat jika Tuhan membentangkan tali sipat-Nya (kebenaran dan keadilanNya) di
hidup kita? Tuhan telah menetapkan dan menyatakan kepada kita suatu “tali kebenaran”
supaya dengan itu, hidup kita tetap terbangun dengan lurus sesuai dengan
keadilan dan kebenaran Tuhan. Sikap dan perilaku kita tidak akan dapat ditutupi
oleh kepalsuan ibadah yang kita jalankan. Tuhan memiliki ukuran tentang
kebenaran hidup kita, sehingga tidak mungkin kita berlindung di peribadahan
yang tidak berdasarkan kebenaran dan keadilanNya.
Melalui iman kepada Yesus Kristus,
kehidupan manusia kembali dibangun atas dasar kebenaran dan keadilan Tuhan. Supaya
kita dibangun atas dasar anugerah Tuhan yang mengangkat kita dari kuasa dosa menjadi anak-anak Tuhan yang kudus, dan kita juga diberikan hikmat dan
pengertian akan kebenaran Tuhan. Sehingga kita boleh hidup bukan sebagai
orang-orang yang akan dihukum, tetapi menjadi orang-orang yang diselamatkan
oleh Tuhan. Kehidupan kita bukan untuk membangkitkan murka Tuhan, namun menjadi
puji-pujian dan kemuliaan nama Tuhan.
Kita dapat melihat Amos dan Amazia.
Dalam prakteknya Amos bertindak atas nama Tuhan , sementara Amazia yang adalah
imam di Betel namun tampil dengan sikap yang mencirikan kehidupan yang dikuasai
oleh keduniawian. Kehidupan umat percaya di dunia adalah sebagai wakil Tuhan
untuk menyatakan kebenaranNya bukan sebagai wakil dunia yang justru
membangkitkan murka Tuhan. Kita diingatkan untuk mau taat mendengar dan
melakukan FirmanNya. Supaya kita dibentuk dan ditempa menjadi anak-anak Tuhan
yang kudus dan tidak bercacat, yang boleh dipakai Tuhan menjadi puji-pujian dan
kemuliaan namaNya yang kudus.
No comments :
Post a Comment