Bacaan Firman Tuhan:
Yesaya 5:1-7
Nubuatan yang disampaikan oleh Yesaya ini berbentuk nyanyian
yang isinya mengandung kiasan. Menggambarkan kekecewaan Tuhan seperti seorang
(“kekasihku” yang kemungkinan adalah teman Yesaya) yang dikatakan mengusahakan
kebun anggur di lereng bukit yang subur, dia mencangkul dan membuang semua batu
dan menanami dengan pohon anggur pilihan. Namun akhirnya didapati buah dari
pokok anggur itu asam. Betapa kecewanya pemilik anggur itu, segala cara yang
terbaik untuk harapan buah yang terbaik harus menerima kenyataan menuai buah
yang asam.
Tindakan pemilik kebun anggur itu atas kekecewaannya adalah
dengan menebang pagar duri kebun, sehingga kebun itu akan diinjak-injak dan
ditumbuhi semak-semak. Bahkan kebun itu pun akan dilanda kekeringan, sebab
Tuhan perintahkan awan-awan tidak menurunkan hujan diatasnya.
Kasih, kemurahan dan pemeliharaan Tuhan atas hidup umat
Israel justru didapati buah yang sangat mengecewakan dan mendukakan hati Tuhan.
Bagaimana tidak, jika yang didapati atas umatNya adalah kejahatan, kelaliman, keonaran.
Dosa umat Israel ini adalah buah yang asam dan akan mendatangkan hukuman Allah
bagi umatNya. Bahkan lebih parah lagi, ketika umatNya sendiri menantang Allah
untuk menyatakan hukumanNya “Baiklah Allah lekas-lekas dan cepat-cepat
melakukan tindakanNya, supaya kita lihat...” (ay. 18-19). Dapat dilihat
bagaimana sikap umat Israel yang sudah sangat keterlaluan yang tidak hanya
melakukan dosa dihadapan Allah, namun juga sudah berani menantang Allah untuk
secepatnya mendatangkan hukumanNya.
Betapa besar kasih Allah bagi kita, bahkan AnakNya yang
tunggal menjadi korban pengampunan dosa, sehingga dengan kasihNya itu kita
melihat dan memasuki jalan keselamatan dari Allah (Yoh.3:16). Tuhan memanggil
kita orang yang berdosa untuk menerima keselamatanNya, namun adakah kita
menghargai dan mensyukuri panggilanNya itu? Sehingga kita telah di angkat
menjadi anak-anak Allah sebagai bangsa yang terpilih, imamat yang rajani,
bangsa yang kudus kepunyaan Allah sendiri (1 Ptr. 2:9). Dalam nasehat Paulus di
Efesus 4:1 dikatakan “Supaya hidupmu sebagai orang-orang yang telah dipanggil,
berpadanan dengan panggilan itu”.
Jika Tuhan memanggil kita dengan kasihNya yang besar, maka
kitapun pasti akan menyatakan kasih dalam hidup kita bukan sebaliknya melakukan
perbuatan diluar kasih.
Jika panggilan hidup dari Allah adalah kudus, apakah kita
akan menjadikan hidup kita tidak kudus?
Kita mengangkat tangan
untuk berdoa, apakah kita akan mengangkat tangan yang sama untuk menindas orang
lain?
Apakah lidah yang kita
gunakan untuk memuji Tuhan, akan kita pakai juga untuk memfitnah dan berbohong?
Apakah kita mengakui Allah dengan perkataan, namun
menyangkalNya dengan perbuatan?
Kita diingatkan kembali untuk merenungkan kasih Allah yang
besar yang telah dinyatakan atas hidup kita dengan segala berkat rohani maupun
jasmani. Tuhan menciptakan kita dari kebaikanNya dan memberikan kebaikanNya,
bahkan disaat kita tidak baik Tuhan hadir dalam hidup kita untuk menyatakan
kebaikanNya. Tuhan menyatakan anugerahNya yang terbesar melalui Yesus Kristus agar
untuk selamanya kebaikanNya beserta hidup kita. Kasih Allah yang besar telah
menjadikan, memberi, memelihara hidup kita dari kebaikanNya dengan harapan
bahwa kebaikan Tuhan nyata atas hidup kita.
Dengan apakah kita akan
menghargai dan menghormati kasih Allah yang besar atas hidup kita? Apakah justru sebaliknya kita
merespon dengan menyalibkan Yesus sekali lagi sengan perilaku hidp kita yang
tidak baik? Sehingga orang yang tidak percaya kepada Kristus akan berkata “Seperti itukah Yesus mengajar mereka hidup?”
pengasihan Tuhan atas hidup kita adalah agar nama Tuhan dimuliakan atas hidup
kita bukan menjadi hinaan bagi nama Tuhan atas hidup kita.
Kita adalah kawan sekerja Allah (2 Kor. 6: 1), bukan dalam
arti kesamaan derajat, namun Tuhan
menganugerahkan kepada kita kemampuan untuk menyatakan kemuliaanNya dalam kehidupan
kita (bnd. 2 Kor. 3:5). Maka apa yang kita lakukan dan perbuat tidak pernah
lari dari pekerjaan yang Tuhan kehendaki dan lakukan. Sehingga kedekatan dengan
Tuhan tidak pernah terputus. Berada pada hadirat Tuhan yang kudus tidak saja
hanya dalam doa, ibadat maupun kidung pujian, tetapi setiap saat kita berada
pada kekudusan Allah sebab kita akan selalu berbuat dan bertindak sebagai kawan
sekerja Allah. Tuhan Yesus mengatakan “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam
kamu....Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya...ia berbuah
banyak...diluar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15: 4-5).
Menghasilkan buah yang manis dan baik dalam hidup kita tidak akan mungkin
terjadi tanpa tinggal dalam firman Tuhan setiap saat seperti pohon dan ranting
yang ‘tak terpisahkan.
Dalam hal berbuat dan bertindak kita bukan lagi untuk diri
sendiri, namun adalah penyataan karya keselamatan Tuhan. Maka orientasi hidup
kita dalam Kristus bukan sedang menyelamatkan hidup kedagingan kita yang akan
lenyap ini, namun segala bentuk kehidupan kita adalah penyataan iman kita bahwa
kebaikan Tuhan telah dinyatakan dalam hidup kita. Biarlah kehidupan kita
menjadi buah yang manis dihadapan Allah.
No comments :
Post a Comment