Bacaan Firman Tuhan: 1 Petrus 3: 8-12; Mazmur 34: 12-23
Sifat
egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau menaruh hati kepada
orang lain adalah sifat yang dapat merusak persekutuan. Ketika memasuki suatu
persekutuan maka kita menjadi bahagian dari orang lain yang lebih di tonjolkan
bukan lagi “aku” melainkan “kita”.
Pengembangan rohani secara egois yang hanya mementingkan hubungan dengan Allah namun mengabaikan hubungan dengan Allah melalui sesama akan menjadi jemaat yang hanya mengharapkan berkat dan tidak lagi pemberi berkat. Dalam hal ini Petrus mengingatkan kita bahwa dalam persekutuan itu ada timpal balik yang tidak terlepas antara memberkati dan memperoleh berkat itulah persekutuan yang berdampak baik bagi diri kita sendiri, sesama dan kepada orang lain yang ada di sekitar persekutuan kita. Namun kenyataan yang terjadi bahwa persekutuan kita hanya disibukkan dengan permasalahan internal di dalam persekutuan itu bahkan persekutuan itu sendiri tidak menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya malah sebaliknya menjadi persekutuan yang membawa ketidaknyamanan linkungan. Hal ini menjadi perhatian kita terlebih ketika persekutuan itu adalah minoritas di tengah-tengah lingkungan.
Pengembangan rohani secara egois yang hanya mementingkan hubungan dengan Allah namun mengabaikan hubungan dengan Allah melalui sesama akan menjadi jemaat yang hanya mengharapkan berkat dan tidak lagi pemberi berkat. Dalam hal ini Petrus mengingatkan kita bahwa dalam persekutuan itu ada timpal balik yang tidak terlepas antara memberkati dan memperoleh berkat itulah persekutuan yang berdampak baik bagi diri kita sendiri, sesama dan kepada orang lain yang ada di sekitar persekutuan kita. Namun kenyataan yang terjadi bahwa persekutuan kita hanya disibukkan dengan permasalahan internal di dalam persekutuan itu bahkan persekutuan itu sendiri tidak menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya malah sebaliknya menjadi persekutuan yang membawa ketidaknyamanan linkungan. Hal ini menjadi perhatian kita terlebih ketika persekutuan itu adalah minoritas di tengah-tengah lingkungan.
Panggilan
hidup dalam suatu persekutuan yang disampaikan Rasul Petrus ini menjadi
refleksi pada kita, sudah sejauh mana seia sekata, seperasaan, mengasihi,
penyayang, rendah hati tidak membalas kejahatan dan caci maki menjadi bahagiaan
dalam persekutuan kita. Sebab itulah panggilan hidup kita sebagai umat Allah
untuk memberkati. Ketika kita kehilangan nilai-nilai tersebut maka tanpa sadar
kita telah kehilangan sesuatu yang berharga yang seharusnya ada dalam hidup
kita.
Persekutuan dalam kasih Kristus itu sendiri adalah berkat Anugerah Allah yang indah untuk kita miliki Itulah sebabnya Rasul Petrus mendasari nasehat-nasehatnya dengan kutipan dari Mazmur 34 bahwa orang yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik tidak jauh dari bagaimana dia mau menggunakan nilai kehidupan tersebut sebab Allah itu adil mengetahui perbuatan orang-orang benar dan yang jahat.
Persekutuan dalam kasih Kristus itu sendiri adalah berkat Anugerah Allah yang indah untuk kita miliki Itulah sebabnya Rasul Petrus mendasari nasehat-nasehatnya dengan kutipan dari Mazmur 34 bahwa orang yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik tidak jauh dari bagaimana dia mau menggunakan nilai kehidupan tersebut sebab Allah itu adil mengetahui perbuatan orang-orang benar dan yang jahat.
Nasehat
Rasul Petrus yang didasari dari Mazmur 34 ini mengingatkan bagaimana kualitas
hidup umat Allah itu sangat menentukan kebahagiaan umat itu sendiri. Bagaimana
kita diingatkan agar berhati-hati dalam mengeluarkan
sesuatu hal dari dalam diri kita dan juga berhati-hati untuk memasukkan sesuatu hal ke dalam diri
kita, itulah sebabnya Paulus menegaskan “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”
(Ef. 5:10). Sebab orang-orang yang hanya memikirkan dan melakukan hal yang
jahat tidak akan ada ketengan dan kedamaian dalam hidupnya.
Hati manusia bagaikan bejana dan karena ruangnya sempit, maka harus berhati-hati untuk mengisinya. Jika kita mengisi hati dengan hal-hal yang kotor maka bagaimana pun kita menutupinya hal itu juga yang akan keluar dan ketika kita mengisi hati dengan anugerah Allah dan menempatkan semua situasi di bawah kedaulatanNya maka kebaikanpun akan mengalir secara bebas dan alami.
Jika panggilan hidup kita dipanggil untuk memberkati, maka baiklah kita merenungkan dan merenung sejenak sudah sejauh mana kita memakai hidup kita ini menjadi berkat bagi orang lain, apakah tangan saya sudah pernah menjadi saluran berkat Tuhan? Apakah kaki saya sudah pernah berjalan menyampaikan berkat Tuhan bagi orang lain? Apakah bibir saya sudah pernah mengucapkan kata-kata berkat bagi orang lain? Apakah hati kita sudah pernah tergerak untuk membawa berkat bagi orang lain?
Hati manusia bagaikan bejana dan karena ruangnya sempit, maka harus berhati-hati untuk mengisinya. Jika kita mengisi hati dengan hal-hal yang kotor maka bagaimana pun kita menutupinya hal itu juga yang akan keluar dan ketika kita mengisi hati dengan anugerah Allah dan menempatkan semua situasi di bawah kedaulatanNya maka kebaikanpun akan mengalir secara bebas dan alami.
Jika panggilan hidup kita dipanggil untuk memberkati, maka baiklah kita merenungkan dan merenung sejenak sudah sejauh mana kita memakai hidup kita ini menjadi berkat bagi orang lain, apakah tangan saya sudah pernah menjadi saluran berkat Tuhan? Apakah kaki saya sudah pernah berjalan menyampaikan berkat Tuhan bagi orang lain? Apakah bibir saya sudah pernah mengucapkan kata-kata berkat bagi orang lain? Apakah hati kita sudah pernah tergerak untuk membawa berkat bagi orang lain?
Bacaan Firman Tuhan: 1 Petrus 3: 8-12; Mazmur 34: 12-23
Sifat
egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan tidak mau menaruh hati kepada
orang lain adalah sifat yang dapat merusak persekutuan. Ketika memasuki suatu
persekutuan maka kita menjadi bahagian dari orang lain yang lebih di tonjolkan
bukan lagi “aku” melainkan “kita”.
Pengembangan rohani secara egois yang hanya mementingkan hubungan dengan Allah namun mengabaikan hubungan dengan Allah melalui sesama akan menjadi jemaat yang hanya mengharapkan berkat dan tidak lagi pemberi berkat. Dalam hal ini Petrus mengingatkan kita bahwa dalam persekutuan itu ada timpal balik yang tidak terlepas antara memberkati dan memperoleh berkat itulah persekutuan yang berdampak baik bagi diri kita sendiri, sesama dan kepada orang lain yang ada di sekitar persekutuan kita. Namun kenyataan yang terjadi bahwa persekutuan kita hanya disibukkan dengan permasalahan internal di dalam persekutuan itu bahkan persekutuan itu sendiri tidak menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya malah sebaliknya menjadi persekutuan yang membawa ketidaknyamanan linkungan. Hal ini menjadi perhatian kita terlebih ketika persekutuan itu adalah minoritas di tengah-tengah lingkungan.
Pengembangan rohani secara egois yang hanya mementingkan hubungan dengan Allah namun mengabaikan hubungan dengan Allah melalui sesama akan menjadi jemaat yang hanya mengharapkan berkat dan tidak lagi pemberi berkat. Dalam hal ini Petrus mengingatkan kita bahwa dalam persekutuan itu ada timpal balik yang tidak terlepas antara memberkati dan memperoleh berkat itulah persekutuan yang berdampak baik bagi diri kita sendiri, sesama dan kepada orang lain yang ada di sekitar persekutuan kita. Namun kenyataan yang terjadi bahwa persekutuan kita hanya disibukkan dengan permasalahan internal di dalam persekutuan itu bahkan persekutuan itu sendiri tidak menjadi berkat bagi lingkungan sekitarnya malah sebaliknya menjadi persekutuan yang membawa ketidaknyamanan linkungan. Hal ini menjadi perhatian kita terlebih ketika persekutuan itu adalah minoritas di tengah-tengah lingkungan.
Panggilan
hidup dalam suatu persekutuan yang disampaikan Rasul Petrus ini menjadi
refleksi pada kita, sudah sejauh mana seia sekata, seperasaan, mengasihi,
penyayang, rendah hati tidak membalas kejahatan dan caci maki menjadi bahagiaan
dalam persekutuan kita. Sebab itulah panggilan hidup kita sebagai umat Allah
untuk memberkati. Ketika kita kehilangan nilai-nilai tersebut maka tanpa sadar
kita telah kehilangan sesuatu yang berharga yang seharusnya ada dalam hidup
kita.
Persekutuan dalam kasih Kristus itu sendiri adalah berkat Anugerah Allah yang indah untuk kita miliki Itulah sebabnya Rasul Petrus mendasari nasehat-nasehatnya dengan kutipan dari Mazmur 34 bahwa orang yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik tidak jauh dari bagaimana dia mau menggunakan nilai kehidupan tersebut sebab Allah itu adil mengetahui perbuatan orang-orang benar dan yang jahat.
Persekutuan dalam kasih Kristus itu sendiri adalah berkat Anugerah Allah yang indah untuk kita miliki Itulah sebabnya Rasul Petrus mendasari nasehat-nasehatnya dengan kutipan dari Mazmur 34 bahwa orang yang mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik tidak jauh dari bagaimana dia mau menggunakan nilai kehidupan tersebut sebab Allah itu adil mengetahui perbuatan orang-orang benar dan yang jahat.
Nasehat
Rasul Petrus yang didasari dari Mazmur 34 ini mengingatkan bagaimana kualitas
hidup umat Allah itu sangat menentukan kebahagiaan umat itu sendiri. Bagaimana
kita diingatkan agar berhati-hati dalam mengeluarkan
sesuatu hal dari dalam diri kita dan juga berhati-hati untuk memasukkan sesuatu hal ke dalam diri
kita, itulah sebabnya Paulus menegaskan “Ujilah apa yang berkenan kepada Tuhan”
(Ef. 5:10). Sebab orang-orang yang hanya memikirkan dan melakukan hal yang
jahat tidak akan ada ketengan dan kedamaian dalam hidupnya.
Hati manusia bagaikan bejana dan karena ruangnya sempit, maka harus berhati-hati untuk mengisinya. Jika kita mengisi hati dengan hal-hal yang kotor maka bagaimana pun kita menutupinya hal itu juga yang akan keluar dan ketika kita mengisi hati dengan anugerah Allah dan menempatkan semua situasi di bawah kedaulatanNya maka kebaikanpun akan mengalir secara bebas dan alami.
Jika panggilan hidup kita dipanggil untuk memberkati, maka baiklah kita merenungkan dan merenung sejenak sudah sejauh mana kita memakai hidup kita ini menjadi berkat bagi orang lain, apakah tangan saya sudah pernah menjadi saluran berkat Tuhan? Apakah kaki saya sudah pernah berjalan menyampaikan berkat Tuhan bagi orang lain? Apakah bibir saya sudah pernah mengucapkan kata-kata berkat bagi orang lain? Apakah hati kita sudah pernah tergerak untuk membawa berkat bagi orang lain?
Hati manusia bagaikan bejana dan karena ruangnya sempit, maka harus berhati-hati untuk mengisinya. Jika kita mengisi hati dengan hal-hal yang kotor maka bagaimana pun kita menutupinya hal itu juga yang akan keluar dan ketika kita mengisi hati dengan anugerah Allah dan menempatkan semua situasi di bawah kedaulatanNya maka kebaikanpun akan mengalir secara bebas dan alami.
Jika panggilan hidup kita dipanggil untuk memberkati, maka baiklah kita merenungkan dan merenung sejenak sudah sejauh mana kita memakai hidup kita ini menjadi berkat bagi orang lain, apakah tangan saya sudah pernah menjadi saluran berkat Tuhan? Apakah kaki saya sudah pernah berjalan menyampaikan berkat Tuhan bagi orang lain? Apakah bibir saya sudah pernah mengucapkan kata-kata berkat bagi orang lain? Apakah hati kita sudah pernah tergerak untuk membawa berkat bagi orang lain?
No comments :
Post a Comment