Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 77: 6-16
Aku memikir-mikir hari-hari zaman
purbakala, tahun-tahun zaman dahulu aku ingat. Aku sebut-sebut pada waktu
malam dalam hatiku, aku merenung, dan rohku mencari-cari: "Untuk selamanyakah Tuhan menolak dan tidak kembali bermurah hati lagi? Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya, telah berakhirkah janji itu berlaku turun-temurun? Sudah lupakah Allah menaruh
kasihan, atau ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya?" Sela Maka kataku: "Inilah yang menikam hatiku, bahwa tangan kanan Yang Mahatinggi berubah." Aku hendak mengingat perbuatan-perbuatan TUHAN, ya, aku hendak
mengingat keajaiban-keajaiban-Mu dari zaman purbakala. Aku hendak menyebut-nyebut segala pekerjaan-Mu, dan merenungkan perbuatan-perbuatan-Mu. Allah, jalan-Mu adalah kudus! Allah manakah yang begitu besar seperti Allah kami? Engkaulah Allah yang melakukan keajaiban; Engkau telah menyatakan kuasa-Mu di antara bangsa-bangsa. Dengan lengan-Mu Engkau telah menebus umat-Mu, bani Yakub dan bani Yusuf. Sela
Apakah
kita pernah mengalami seperti yang dirasakan oleh pemazmur ini? Hati dan pikiran
yang sangat lelah menjalani kehidupan berat yang kita jalani, kita meratapi
penderitaan kita, mengingat-ingat semua yang terjadi, kita merasa kasihan melihat
diri kita sendiri, “betapa malangnya
nasibku”; “betapa sialnya aku”; “betapa bodohnya aku”. Namun setelah itu, dari
hati kita yang lemah itu tiba-tiba keluar suatu kekuatan, dorongan yang
mengajak kita untuk bangkit dan berhenti meratapi diri.
Kurang
lebihnya seperti itulah yang sedang dialami oleh pemazmur, sekilas kita melihat
bagaimana pemazmur meratapi dirinya dengan berbagai pertanyaan tentang kasih
dan kemurahan Tuhan dalam hidupnya, “apakah
selamanya Tuhan menolak?”; “apakah Tuhan tidak bermurah hati”; “apakah tidak
ada lagi kasih setia Tuhan?”; “apakah Tuhan sudah menutup rahmatNya?” dalam
penderitaannya, dia telah berdoa mencari Tuhan dan mengingat Tuhan, tetapi yang
terjadi adalah dia semakin lemah, seakan ratapannya akan penderitaannya menjadi
“candu” untuk semakin menikmati ke-galau-annya.
Sejenak
pemazmur merenung (“Sela”- ay. 10-11),
dan tiba-tiba pemazmur tersentak dan tersadar “inilah yang menikam hatiku” yang membuat aku semakin larut dalam
deritaku bahwa aku salah menilai Tuhan, Tuhan tidak pernah berubah.
Pemazmur
bangkit dari ke-galau-annya, yang dia
lakukan bukan lagi meratapi diri, tetapi aku mau mengingat perbuatan Tuhan
adalah ajaib dan kudus. Siapa kita manusia sehingga dengan mudahnya menghakimi perbuatan
Tuhan yang kudus dan ajaib itu? Inilah yang menghancurkan hidup kita ketika
keraguan kepada keajaiban Tuhan berkuasa dalam diri kita. Hal terbaik yang
dapat kita lakukan adalah bangkit dan berpengharapan sepenuhnya pada perbuatan
dan kekudusan jalan-jalan Tuhan. Yang Tuhan perbuat bagi umatNya adalah
kebaikan, namun kita tidak bisa memahami bagaimana kebaikan Tuhan itu bekerja karena
perbuatanNya adalah ajaib, Dia adalah Allah yang berdaulat atas hidup ini.
Dan
lihatlah! Kebaikan Tuhan sudah terjadi, suatu keajaiban dan perbuatan kudus
Tuhan diluar pengetahuan manusia. Dia telah menyatakan kebaikan, pengampunan,
kasih karunia, kemurah hatian dan belas kasihan kepada umatNya. Suatu perbuatan
ajaib yang menjadi keselamatan kita di dalam nama Yesus Kristus.
Tuhan
Yesus yang telah mengubah kegelapan menjadi terang, air menjadi anggur, yang
buta menjadi dapat melihat, yang lumpuh berjalan, mengubah sekeranjang roti
menjadi ribuan roti, Dia yang meredakan angin badai, dan kita orang-orang yang
berdosa telah diangkatNya menjadi anak-anak yang dikasihiNya. Tuhan Yesus telah
mengubah keburukan itu menjadi kebaikan.
Untuk selamanyakah Tuhan menolak? Sekali-kali
tidak! (Rm. 11:1). Tidak, TUHAN tidak akan membuang umat-Nya ( 94:14).
Akankah Ia tidak kembali bermurah hati lagi? Ya, Ia akan
kembali bermurah hati. Karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran
kasih setia-Nya (Rat. 3:32).
Sudah lenyapkah untuk seterusnya kasih setia-Nya? Tidak, kasih setia-Nya untuk
selama-lamanya. Sama seperti
kasih setia-Nya dari selama-lamanya, demikian pula kasih setia-Nya itu pun sampai selama-lamanya( 103:17).
Sudah lupakah Allah menaruh kasihan? Tidak, Dia tidak dapat menyangkal
diri-Nya, dan nama-Nya
sendiri yang telah dinyatakan-Nya adalah penyayang dan pengasih (Kel. 34:6).
Ditutup-Nyakah rahmat-Nya karena murka-Nya? Tidak.
Rahmat-Nya selalu baru tiap pagi (Rat. 3:23), dan oleh sebab
itu, Masakan Aku membiarkan engkau,
hai Efraim? (Hos. 11:8-9).
No comments :
Post a Comment