Bacaan
Firman Tuhan: Ulangan 24: 19-22
Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk
mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda -- supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu. Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau
memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda. Apabila engkau mengumpulkan hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian
orang asing, anak yatim dan janda. Haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanahMesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini."
Dalam
Hukum penuaian yang diterapkan pada umat Israel salah satunya adalah dengan
keperdulian kepada orang asing, anak yatim piatu dan janda. Dengan cara
membiarkan sebahagian berkas yang tertinggal, yang terjatuh dan yang tersisa
dari hasil panen untuk dipungut dan dikumpulkan oleh orang yang membutuhkan. Seperti
contohnya Rut yang memungut bulir-bulir jelai di belakang para penyabit di
tanah milik Boas (Rut 2:3).
Hukum penuaian
ini adalah perintah Tuhan untuk memelihara orang-orang miskin dan juga
menggugah keperdulian dan kemurahan hati umat Israel untuk dapat saling berbagi
untuk sesamanya. Pemilik lahan tidak akan merugi jika dia menyisahkan yang tertinggal
atau yang terjatuh itu dibiarkan justru Tuhan berfirman akan memberkatinya
dalam segala pekerjaannya (Ayat 19). Karena kemurahan hati si pemilik lahan itu
kepada orang asing, yatim piatu dan juga janda dapat juga memuliakan Tuhan atas
pemeriharaanNya melalui pemilik lahan itu.
Walaupun
konsep penuaian seperti ini tidak dapat lagi kita temukan, namun nilai dari
hukum ini tetaplah menjadi sesuatu yang harus berlanjut dalam kehidupan kita.
bagaimana kemurahan hati menjadi bahagian dari kehidupan kita. berikut ini
adaah beberapa hal yang bisa kita petik dari hukum penuaian ini:
1. Bersyukur atas berkat Tuhan
Apapun yang ada dalam hidup
kita patutlah kita bersyukur kepada Tuhan, sebab Tuhanlah yang memberi segala
sesuatu yang baik untuk dapat kita tuai. Tuhan yang menyediakan kebutuhan hidup
untuk kita tuai. Namun, dari apa yang kita tuai itu, Tuhan mengajar kita untuk
bersyukur tidak hanya dalam bentuk persembahan dan pujian kepada Tuhan namun
juga adalah Tuhan mau mengajar kita supaya memiliki karakter umat yang
dikehendakinya, yaitu menjadi orang yang bermurah hati. Sebagaimana Tuhan Yesus
berkata “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah
hati." (Lukas 6: 36).
2. Tuaian yang menjadi berkat
Segala sesuatu yang kita
dapat dan kita miliki belum tentu menjadi berkat bagi kehidupan kita. “Apa gunanya mutiara yang indah bagi seekor
babi?” Tidak ada! Justru akan mendatangkan kematian bagi babi itu sendiri. Apa
artinya tuaian yang banyak jika karakter yang memilikinya tidak baik? Tidak akan
berguna selain hanya akan membawa sesuatu yang tidak baik bagi dirinya sendiri.
Berkat Tuhan bukan masalah
banyak atau sedikitnya, tetapi tergatung pada orangnya. Apapun yang ada pada
kita dapat menjadi berkat dan berguna bagi kita jika kita memiliki karakter
yang dikehendaki oleh Tuhan.
Sikap murah hati itu bukan
karena kita berkecukupan, namun kita tergerak bermurah hati karena kita
mengenal Tuhan sebagai sumber kehidupan kita.
3. Keserakahan
Dari nas ini kita belajar
bahwa sebanyak apapun panen yang kita dapatkan, akan selalu ada yang
tertinggal, terjatuh dan tersisa. Jika paksakan diri untuk menggambil itu, maka
itu namanya adalah keserakahan yang justru akan menyusahkan diri kita.
Karena keserakan kita
sudah menyusahkan diri hanya untuk sesuatu yang sebenarnya tidak lagi begitu
berguna untuk kita, sementara dengan sikap murah hati membiarkannya, kita sudah
berbuat banyak bagi orang yang membutuhkannya.
Dengan menyisihkan uang Rp.500,
Rp.1000 atau Rp.2000 yang sebenarnya tidak begitu berarti bagi orang yang
membuhkannya. Dirumah kita masing-masing uang sebesar itu bisa berserakan,
namun diluar rumah kita ada banyak orang yang membutuhkan itu.
Jika kita biasa berbelanja ke pasar
tradisional, terkadang kita mau menawar harga mati-matian hanya karena selisih Rp.500, padahal ke restoran atau
membeli sesuatu di mall kita bisa dengan mudahnya mengeluarkan uang untuk
sesuatu yang mahal kepada pemilik yang sudah kaya raya. Kita tidak akan menjadi
berkekurangan jika kita memiliki sikap murah hati untuk dapat berbagi kepada
orang yang berkekurangan, justru Tuhan akan semakin memberkati kita, sebab kita
menjadi orang kepercayaan Tuhan untuk menitipkan berkatNya
No comments :
Post a Comment