Bacaan Firman Tuhan: Habakuk 3: 14-19
Engkau menusuk dengan anak
panahnya sendiri kepala lasykarnya, yang mengamuk untuk menyerakkan aku dengan sorak-sorai, seolah-olah mereka menelan orang tertindas secara tersembunyi. Dengan kuda-Mu, Engkau menginjak laut, timbunan air yang membuih. Ketika aku mendengarnya, gemetarlah hatiku, mendengar bunyinya, menggigillah bibirku; tulang-tulangkuseakan-akan kemasukan sengal, dan aku gemetar di tempat aku berdiri; namun dengan tenang akan kunantikan hari kesusahan, yang akan
mendatangi bangsa yang bergerombolan menyerang kami. Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasilpohon zaitun mengecewakan, sekalipun
ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkanaku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku. (Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi).
Sama
seperti kematian yang tidak dapat kita hindari akan terjadi pada setiap orang, demikian
halnya dengan berbagai pergumulan itu bisa datang kapan saja yang tidak akan
mungkin untuk kita hindari. Banyak hal dalam kehidupan ini yang bisa membuat
kita merasakan penderitaan yang berat yang membuat kita susah, meneteskan air
mata dan bahkan ada yang tidak sanggup bertahan hingga memutuskan untuk bunuh
diri.
Saat
ini firman Tuhan hendak meneguhkan iman kita manakala pergumulan itu datang. Kita
tidak bisa menghambat pergumulan itu datang, namun bagaimana supaya kita siap manakala penderitaan itu datang. Sekalipun
hal terburuk terjadi, kita sudah bersiap oleh iman pengharapan kita kepada Tuhan.
Kita bukan mau berharap supaya kesusahan itu datang, tetapi jika kesusahan itu
datang maka semuanya akan berlalu tanpa merenggut sukacita kita di dalam Tuhan.
Inilah
yang kita lihat dalam nas ini “namun dengan tenang
akan kunantikan hari kesusahan”. Apapun yang akan terjadi kita sudah siap menantikan kesusahan
itu datang. Yang kita lakukan bukan menolak tetapi kita dengan tenang mananti
manakala kesusahan itu datang. Mengapa demikian? Sebab kita telah menanamkan
dalam diri kita pengharapan yang takkan tergoyahkan yaitu “ALLAH Tuhanku itu kekuatanku”.
Dikatakan dalam nas ini “Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkanaku” Orang yang berpengharapan kepada Tuhan telah
siap berhadapan dengan situasi terburuk sekalipun, sebab kita dalam diri kita
telah ada keyakinan yang kuat bahwa semuanya itu dapat dilalui bersama kuasa
pertolongan Tuhan.
Sekalipun kesusahan itu datang, orang yang berpengharapan dapat bersorak-sorai
sebagaimana tertulis di Roma 12: 12 “Bersukacitalah dalam
pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”. Dalam
perjalanan kehidupan ini kita tetap dapat bersukacita bukan karena materi,
harta, kehormatan yang ada dalam dunia ini, namun karena kita memiliki Tuhan
yang berkuasa atas kehidupan. Kita bersukacita adalah di dalam Tuhan, bukan di
dalam harta, kehormatan dan kenikmatan dunia.
Kita
memiliki janji dan pengharapan yang tidak akan mengecewakan di dalam Tuhan kita
Yesus Kristus. Kita mau untuk membangun kehidupan di atas pengharapan yang
takkan tergoyahkan. Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa
kita (Ibrani 6: 19-20),
pengharapan kita kepada Tuhan Yesus akan mengokohkan posisi kita di badai
kehidupan yang dapat mendera perahu kita.
Pengharapan di
dalam Tuhan, adalah sauh yang kuat untuk tidak putus harapan, untuk tidak tawar
hati, untuk tidak berputus asa, untuk tidak diatur oleh ketakutan, untuk tidak ditenggelamkan
oleh penderitaan.
Sehingga di dalam
menjalani kehidupan ini, kita selalu memohonkan kepada Tuhan untuk selalu
memenuhi kita dengan berlimpah-limpah pengharapan (Roma 15: 13). Setiap saat
dalam kehidupan ini tetap mengisi dan membangun hidup kita dengan iman
pengharapan kepada Tuhan, supaya pada saat yang tidak terduga terjadi dalam
hidup ini, kita sudah siap kokoh berdiri mengandalkan kekuatan dari Tuhan.
Sebagaimana pengajaran
Tuhan Yesus tentang dua macam dasar (Matius 7: 24-27)., siapakah dari kita yang
mendirikan di atas batu? Dan siapakah kita yang mendirikan rumah di atas pasir?
Siapakah dari kita yang bijaksana yang membangun kehidupannya di atas dasar
iman pengharapan kepada Tuhan tetap dapat kokoh berdiri ketika badai angin,
hujan dan banjir itu datang. Kita tidak akan ditenggelamkan oleh kesusahan yang
tidak terduga itu datang, sebab jauh hari kita telah membangunan hidup kita di
atas dasar yang kuat.
Dan
hendaklah kita juga ingat peringatan Tuhan Yesus “Bukan setiap orang yang berseru
kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan
dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga” (Matius 7: 21). Jangan
setelah kesusahan itu datang kita baru tahu untuk berteriak “Tuhan”, padahal
ketika suasana tenang seakan kita tidak membutuhkan Tuhan, bahkan seperti orang
yang tidak mengenal Tuhan dalam hidup kita.
Kita bertekun
dalam hidup rohani bukanlah hanya sekedar berpengharapan akan kehidupan kekal
yang akan disediakan oleh Tuhan bagi setiap orang yang percaya, namun kita
percaya bahwa ketekunan kita dalam iman adalah hal yang berguna bagi kehidupan
kita juga dalam dunia ini. Itulah sebabnya Tuhan Yesus berkata “Manusia
hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut
Allah”.
No comments :
Post a Comment