Bacaan Firman Tuhan: Ayub 12: 11-13
Bukankah
telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit mencecap makanan? Konon hikmat
ada pada orang yang tua, dan pengertian pada orang yang lanjut umurnya. Tetapi
pada Allahlah hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertian.
Dari
nas bacaan ini, kita di arahkan untuk mengenal 3 hikmat yang berada dalam ruang
lingkup kehidupan kita sehari-hari. Dengan hikmat itu, kita dapat mendapatkan
yang kita perlukan dan mengerti tentang apa yang terjadi dalam hidup kita.
1. Hikmat dari dalam diri
Manusia
di ciptakan Tuhan dilengkapi dengan hikmat pengetahuan. Sebagai manusia yang
berbeda dari ciptaan Tuhan yang lainnya, manusia dapat mengarahkan hidupnya
untuk dapat mengenal mana yang baik untuk dirinya. Itu sebabnya di ayat 11
dikatakan “telinga menguji kata-kata, langit-langit mengecap makanan”.
Sebab dari dalam diri kita yang diciptakan oleh Tuhan telah di tanamkan hikmat
untuk dapat menentukan yang terbaik bagi diri kita.
Namun
demikian, ternyata mengandalkan hikmat yang ada dalam diri saja tidak cukup.
Karena hikmat manusia itu terbatas, sehingga kita harus berhati-hati dalam
menggunakan hikmat yang ada dalam diri kita jangan sampai kita menjadi orang
yang tinggi hati.
2. Hikmat dari luar diri
Supaya
kita memiliki pengetahuan yang lebih dalam tentang kehidupan ini, maka kita
memerlukan hikmat yang berasal dari luar diri kita. Contohnya: guru pengajar di
sekolah; buku yang di terbitkan oleh ilmuwan; nasehat dari yang di tuakan; dan
juga pikiran dan masukan orang lain. Itu sebabnya di ayat 12 dikatakan: “hikmat
ada pada orang yang tua, pengertian pada orang yang lanjut umurnya”.
Sebab kita bisa belajar dari orang yang sudah terlebih dahulu mengetahui
tentang kehidupan ini, dari mereka yang sudah terlebih dahulu belajar dan
mengalami tentang apa yang terjadi dalam kehidupan.
Namun
ternyata kita tidak bisa hanya mengandalkan hikmat dunia ini. Sebab kita bisa
saja di lenyapkan oleh hikmat dunia ini, sebab banyak hal dalam kehidupan ini
yang tidak dapat di capai oleh nalar dan pengetahuan manusia.
Hal
ini bisa kita lihat dari kejadian yang di alami oleh Ayub, seharusnya
sahabat-sahabatnya itu memberikan semangat supaya Ayub kuat menghadapi
pergumulannya, namun yang terjadi justru sahabatnya itu menghakimi Ayub. Dari
sini dapat kita lihat bahwa jika hanya mengandalkan pikiran manusia kita bisa
saja tersesat.
3. Hikmat Allah
Untungnya
Ayub memiliki iman yang besar kepada Tuhan, dia sudah terlebih dahulu berdoa
dan menyerahkan hidupnya pada Tuhan, sehingga dia tidak di sesatkan oleh para
sahabatnya. Dalam ayat 13 dikatakan “Tetapi pada Allahlah hikmat dan kekuatan,
Dialah yang mempunyai pertimbangan dan pengertuan”.
Yesus Kristus yang datang ke dunia
adalah hikmat yang datang dari sorga. Kabar baik yang dibawa
oleh Yesus adalah hikmat bagi kita untuk mengenal dan memahami dan juga
mengetahui jalan kebenaran tentang kehidupan ini. Dengan hikmat Allah dalam
diri kita, maka kita dapat memahami yang tidak dapat di pahami oleh dunia ini,
segala sesuatu menjadi mungkin walaupun dunia ini menganggap itu ada sesuatu
yang mustahil.
Kita
dapat merasakan seperti apa rasanya pahit dan manis, namun ketika kita menerima
hikmat Allah dalam diri kita, maka tidak hanya yang manis akan enak di rasa,
tetapi yang pahit juga akan terasa enak. Sebab kita telah menerima Tuhan Yesus
dalam diri kita yang memegang kunci kehidupan di dunia ini dan juga kunci
kerajaan sorga.
No comments :
Post a Comment