Bacaan Firman Tuhan: Zefanya 1: 7,
12-18
Pada
waktu itu Aku akan menggeledah Yerusalem dengan memakai obor dan akan menghukum
orang-orang yang telah mengental seperti anggur di atas endapannya dan yang
berkata dalam hatinya: TUHAN tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat! Maka
harta kekayaannya akan dirampas dan rumah-rumahnya akan menjadi sunyi sepi.
Apabila mereka mendirikan rumah, mereka tidak akan mendiaminya; apabila mereka
membuat kebun anggur, mereka tidak akan minum anggurnya."
Dalam
pengakuan iman kita menyaksikan bahwa kita mempercayai pada saatnya kehidupan
di dunia ini akan berakhir. Waktu dan saatnya yang tidak kita tahu seperti
pencuri di malam hari, apakah akhir dunia ini akan terjadi setelah kita
meninggal atau ketika kita masih hidup. Namun yang pasti Tuhan Yesus akan
datang kembali ke dunia ini dan kita akan berdiri di hadapan pengadilanNya.
Dalam
nas ini di terangkan pada kita, bahwa hari Tuhan yang akan terjadi itu adalah hari
kegemasan, hari kesusahan, hari kesulitan, hari kemusnahan dan pemusnahan
bahkan pahlawan sekalipun akan menangis di buatnya. Dalam nas ini juga kita di
ingatkan bahwa pada saatnya rumah yang kita bangun dalam dunia ini tidak akan
ada artinya, emas dan perak yag kita kumpulkan itu tidak akan ada nilainya
sebab segala sesuatunya akan musnah.
Oleh
karena itu, firman Tuhan mengajak kita saat ini untuk mempersiapkan diri dalam
menanti kedatangan hari Tuhan yang dahsyat itu. Maka kita di sadarkan apa yang membuat
hari Tuhan itu menjadi hari kegemasan, hari kesusahan, hari kesulitan bagi
kita.
Maka
kita harus waspada akan dua akar dosa yang besar yang dapat merambat membawa
kita untuk melakukan berbagai macam dosa lainnya.
1. Menduakan Tuhan
Jika
dalam konteks bangsa Israel saat itu, mereka menyembah Tuhan, tetapi di sisi
yang lain mereka juga menyembah ilah-ilah lain. Istilahlah sekarang “pasang dua” mana yang dapat, tidak
dapat dari sana, dapat dari sini begitu pula sebaliknya. Seperti itulah sikap
orang yang menduakan Tuhan yang di dalam dirinya bekerja roh-roh duniawi, yang
hanya memfokuskan dirinya pada kenikmatan duniawi saja.
Pada
jaman saat ini, penyembahan berhala pada ilah-ilah duniawi tidak hanya sebatas
pada praktek-praktek perdukunan tetapi telah merambah jauh dalam berbagai
bentuk. Intinya penyembahan berhala itu telah merasuki ke setiap lini kehidupan
manusia yang mana bagi sebahagian orang tidak lagi dapat membatasi diri untuk
melakukan nafsu duniawi, apapun akan di lakukan yang penting kesenangan
duniawinya tercapai. Untuk mencapai kenikmatan dunia ini maka di pakailah
istilah “kanan kiri ok” bahwa dari manapun akan di usahakan untuk mencapai
kenikmatan dunianya bahkan Tuhan juga di buatnya menjadi budak kenikmatan
dunianya. Alih-alih ingin memuji Tuhan, tetapi yang sebenarnya terjadi adalah
hanya ingin mencapai nafsu dan kerakusannya.
Maka
firman Tuhan saat ini ingin menyapa kita bahwa sebagaimana kita yang
menginginkan kebahagiaan hidup demikian pula dengan Tuhan yang juga
menginginkan kita hidup bahagia di dunia yang Dia ciptakan ini. Dunia ini di
jadikan Tuhan bukan menjadi gelanglang pembantaian, justru sebaliknya manusia
itu sendiri yang membuat dunia ini menjadi tempat yang menyedihkan dan
mengerikan oleh perbuatan dosanya sendiri.
Kita
sendiri dapat menemukan dalam Alkitab bagaimana Tuhan itu menempatkan manusia
pertama ke taman Eden, di tempat itu segala yang di perlukan oleh manusia telah
tersedia, begitu pula janji Tuhan yang menuntun umat Israel ke tanah Kanaan,
tanah yang penuh dengan madu dan susu, dan seperti pengakuan Daud “Ia
membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang
tenang” (Mazmur 23: 2).
Jika
dari Tuhan pencipta kita, kebaikanlah yang Dia rencanakan bagi kita, hanya
bagaimana agar kita mengikuti ‘aturan main’ dari Tuhan yang telah di
tetapkanNya, jangan kita buat aturan main sendiri sesuaka hati kita di dunia
yang di jadikanNya ini.
Sebagai
umat yang mempercayai Tuhan sebagai pencipta, bagaimana kita meneguhkan diri
bahwa hanya dari Tuhan kita mendapatkan kebahagiaan hidup, kekayaan dari
Tuhanlah yang kita cari, pertolongan dari Tuhanlah yang kita minta, kesembuhan
yang dari Tuhanlah yang kita minta.
2. Tidak mempercayai keberadaan Tuhan
Dalam
ayat 12 dikatakan “Tuhan tidak berbuat baik dan tidak berbuat jahat!”. Hal ini
adalah ungkapan yang muncul dari orang yang tidak lagi mempercayai keberadaan
dan kuasa Tuhan. Dalam percakapan kita sehari-hari tidak jarang juga uncul
ungkapan-ungkapan yang tidak lebih sama seperti yang di ungkapkan oleh orang
Israel dalam nas ini.
Ada
yang mengatakan:
“Memangnya gereja bisa kasih kamu
makan?”
“Jika kau tidak datang ke gereja, apa
Tuhan itu akan pukul kepalamu?”
“dilakukan dosa bukanya terjadi
apa-apa, berdoa juga pada Tuhan sama juga tidak ada yang terjadi!”
Jika
ada suara seperti ini muncul dalam hati kita, jangan-jangan kita sudah mulai
tidak percaya akan keberadaan Tuhan. Maka firman Tuhan ingin menyapa kita saat
ini, dengan penegasan akan kuasaNya yang besar bahwa Tuhan itu ada, bekerja dan
berkarya dalam hidup kita. Hanya saja kita yang tidak sensitive tidak peka akan
kehadiran dan keberadaan Tuhan dalam segala peristiwa yang kita hadapi.
Ketidakpekaan
kita akan kehadiran Tuhan dalam segala peristiwa yang kita hadapi tidak lepas
dari penghayatan yang sudah tertanam dalam diri kita tentang kehadiran Allah
yang hanya terjadi pada peristiwa yang spektakuler, padahal kehadiran Tuhan itu
bukanlah temporer hanya pada saat tertentu saja, tetapi setiap saat waktu dan
segala peristiwa yang kita hadapi. Karena kita mengenal Tuhan yang adalah
Immanuel bahwa Allah beserta kita, bukan pesulap.
Dalam
proses perjalanan kehidupan kita, Tuhan tetap ada dan berkarya dalam segala
peristiwa yang kita hadapi. Dalam segala peristiwa itulah Tuhan bekerja untuk
semakin menumbuhkan Iman Kasih dan Pengharapan kita. Tuhan bukanya tidak
bertindak untuk kita, tetapi kita yang tidak tahu bagaimana Tuhan bekerja dalam
diri kita.
Untuk
lebih dalam kita merenungkan nas ini, adalah baik jika kita merenungkan Mazmur 23. Kita akan di bawa untuk
merasakan kehadiran Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Dikatakan jelas
bahwa “Tuhan adalah gembalaku” yang menuntun ke padang rumput hijau
dan air yang tenang, namun walaupun demikian bukan artinya kita tanpa
pergumulan, tetapi dikatakan “Aku tidak takut bahaya sebab Engkau
besertaku”. Dalam dunia ini kita di gembalakan oleh Tuhan, maka akan
ada tujuan kemana Tuhan menggembalakan kita dikatakan lagi “Aku akan diam dalam rumah Tuhan
sepanjang masa”. Maka penggembalaan Tuhan memiliki tujuan yang penuh
sukacita, kesitulah tujuan kehidupan kita untuk masuk ke rumah Tuhan. Maka
supaya hari Tuhan itu tidak menjadi hari kesusahan bagi kita, berilah dirimu di
gembalakan Tuhan untuk memasuki rumahNya yang baka, supaya hari Tuhan itu
menjadi hari bahagia, hari kemenangan, hari sukacita abadi kita. Amin
No comments :
Post a Comment