Bacaan Firman Tuhan: Yeremia 17: 5-10
Yeremia
menghadapi Yehuda yang sudah melakukan dosa di hadapan Allah. Sebagai
peringatan kepadanya, Allah berfirman bahwa Yehuda akan menjadi budak di negeri
yang tidak dikenal. Pelanggaran Yehuda sangat nyata di hadapan Allah. Mereka
lebih mengandalkan kekuatan sendiri yang menjauhkan hati mereka dari Allah.
Hidup mereka digambarkan sebagai semak bulus di padang belantara: tidak
mengalami kebaikan, seperti tinggal di tanah tandus. Semua ini menjadi lambang
kehancuran dan penderitaan. Namun, umat yang mengandalkan Allah akan diberkati.
Hidup mereka seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air (ay. 8).
Kondisi
ini diserukan Yeremia kepada Yehuda agar mereka mengerti bahwa mereka harus
lebih mengandalkan Allah daripada kekuatan mereka sendiri. Dengan mengandalkan
Allah, tidak akan dijumpai adanya hati yang menjauh dari Allah dan penuh
kelicikan. Sebaliknya hal itu akan menjadikan mereka memliki hati yang baik
yang akan melahirkan kebaikan-kebaikan juga dalam hidup mereka, hati yang
selalu melekat pada Allah, itulah yang dikendaki. Yehuda juga harus menjaga
hati mereka agar tetap melekat pada Allah karena pada dasarnya Allah mengetahui
setiap hal yang ada di dalam hati umat (ay. 10). Hati yang menjauh akan
menimbulkan dosa dan kejahatan yang akan melahirkan murka Allah pada umat.
Beberapa
kata kunci yang dapat kita renungkan melalui nas ini:
Kutuk
(ayat 5-6)
Dosa
akan menjadi kutuk bagi setiap orang, sebagaimana yang tertulis dalam Roma 6:23
“upah dosa adalah maut”. Bangsa Yehuda berdosa kepada Tuhan karena mereka
mengandalkan kekuatan mereka sendiri (manusia) daripada mengandalkan Tuhan. Mereka
digambarkan seperti semak di padang belantara yang tinggal di tanah yang angus
di padang gurun di padang asin yang tidak berpenduduk. Ini menggambarkan
kehidupan orang mengandalkan dirinya sendiri dan tidak mengandalkan Tuhan.
Walaupun semak bulus itu memiliki kemampuan untuk bertumbuh sendiri, tetapi
lingkungan tanah dan cuaca tidak akan mendukungnya dalam pertumbuhannya,
sehingga akhirnya semak bulus itu akan mati.
Maka
demikianlah orang yang mengandalkan dirinya sendiri, merasa dirinya mampu,
pintar, kuat untuk mendapatkan apa yang dikehendakinya. Apa yang dia rencanakan
dan kerjakan tidak pernah dipertimbangkannya apakah itu berkenan kepada Tuhan
atau tidak, dan dia juga tidak pernah menyerahkan hidupnya dalam pemeliharaan
Tuhan. Maka orang yang tidak mengandalkan Tuhan berarti merendahkan Tuhan dalam
hidupnya.
Ketika
kita mengandalkan diri sendiri, maka akan banyak hal-hal dalam dunia ini yang
akan menarik, kita akan diombang-ambingkan oleh berbagai keinginan dan nafsu
tanpa ada pengangan. Kita hanya akan semakin menyusahkan diri kita sendiri dan
akhirnya menimbulkan berbagai dosa. Kita tidak lagi mempertimbangkan apa yang
kita perbuat benar atau tidak yang penting kita hendak memuaskan keinginan
daging yang justru akan menyesatkan kita.
Berkat
(ayat 7-8)
Kebalikan
dari orang yang berada dalam kutuk adalah orang yang berada dalam berkat Tuhan
adalah orang yang mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Digambarkan seperti pohon
yang ditanam di tepi aliran air, dalam cuaca apapun daunnya tetap hijau dan
terus menghasilkan buah. Hal ini terjadi karena pohon itu ditopang oleh sumber
kehidupannya yaitu air yang terus mengalir. Tuhan kita Yesus Kristus adalah
mata air kehidupan yang akan selalu memancar hingga hidup yang kekal (bnd. Yoh.
4: 14).
Orang
yang diberkati oleh Tuhan bukan artinya hidupnya tidak akan menghadapi
kesusahan dan penderitaan, tetapi orang yang diberkati oleh Tuhan adalah orang
yang selalu disertai Tuhan untuk dapat melewati masa-masa sulit dalam hidupnya.
Kekusasahan tidak membuatnya menjadi layu dan mati, justru tetap dapat kuat dan
terus bertumbuh dan berbuah karena dia selalu mengandalkan Tuhan yang menjadi
kekuatan dan pertolongannya. Maka jika dikatakan "Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan" artinya Tuhan memberikan kepada kita jaminan berkat penyertaanNya bagi kita untuk menghadapi berbagai hal dalam hidup kita ini, sekalipun yang kita hadapi adalah situasi yang sulit, tetapi ada Tuhan yang menyertai kita, sehingga ada kekuatan dan pengharapan bagi kita bahwa dalam kelemahan kita ada kuasa Tuhan yang tidak terbatas yang akan menopang kita.
Tuhan
mengetahui isi hati (9-10)
Perenungan kita
selanjutnya adalah apakah kita sungguh-sungguh mengandalkan Tuhan? Disini Tuhan
menjelaskan bahwa Tuhan mengetahui isi hati manusia, artinya Tuhan tahu
kesungguhan kita mengandalkan Dia atau tidak, Tuhan tahu bagaimana kesungguhan
kita untuk mau hidup dalam Tuhan. Jika kita membaca di ayat 1-4 Tuhan
menjelaskan bahwa dosa-dosa bangsa Yehuda telah tertulis dalam loh hati mereka,
maka mereka tidak bisa menyembunyikan dosa-dosa mereka dari hadapan Tuhan.
Demikianlah Tuhan tahu
bagaimana kesungguhan kita di hadapan Tuhan, apakah kita benar-benar
mengandalkan Tuhan atau justru sebaliknya kita mengandalkan diri kita, sebab
Tuhan mengetahui isi hati kita.