Bacaan Firman Tuhan: 1 Tesalonika 3: 9-13
Ayat 9-11. Jemaat Tesalonika yang ketika itu masih jemaat yang muda harus ditinggalkan oleh Paulus karena adanya kekacauan yang ditimbulkan di Tesalonika oleh orang-orang Yahudi yang tidak percaya dan dari orang-orang setempat.
Orang-orang yang baru percaya di Tesalonika masih sangat membutuhkan pendampingan untuk menguatkan iman mereka ditengah-tengah kesusahan yang mereka alami, tetapi Paulus tidak dapat untuk mengunjungi mereka. Maka Paulus mengutus Timotius untuk melayani jemaat itu. Laporan dari Timotius tentang jemaat itu sangat menyenangkan hati Paulus dan sangat bersyukur kepada Allah, karena ternyata walaupun jemaat di Tesalonika menghadapi banyak kesusahan namun tidak menggoyangkan iman dan kasih mereka. Hal ini membuat Paulus terus berdoa agar Tuhan membukakan jalan untuk dapat berjumpa secara langsung dengan mereka, dengan harapan bahwa jika Paulus dapat berjumpa dengan mereka, maka Paulus akan semakin menyempurnakan apa yang kurang dari iman mereka.Ayat 12. Paulus
selalu mendoakan jemaat di Tesalonika bahwa tidak hanya iman mereka yang
semakin kuat, tetapi juga agar kasih mereka semakin berkelimpahan diantara
mereka dan juga terhadap semua orang. Iman dan kasih akan berjalan beriringan,
kasih yang berkelimpahan adalah tanda yang kelihatan dari jemaat yang sungguh-sungguh
mengimani kasih Tuhan yang telah diterimanya. Walaupun jemaat di Tesalonika
sedang berhadapan dengan kesusahan yang ditimbulkan oleh kebencian orang-orang
yang tidak percaya, namun kebencian itu tidak membuat mereka kehilangan kasih
tetapi justru kebencian itu menjadikan mereka semakin membuat mereka
berkelimpahan dalam kasih.
Ayat 13. Kedatangan
Kristus ke dunia dengan membawa jalan keselamatan supaya setiap orang yang mau
bertobat dan percaya pada Injil Kristus menjadikan bagiNya umat yang “tak
bercacat dan kudus” dihadapan Allah. Walaupun jalan keselamatan itu adalah
anugerah dari Tuhan tetapi manusia harus juga merespon dan menjawab panggilan
Tuhan itu dengan mempersembahkan dirinya untuk dibentuk Tuhan menjadi umat yang
“tak bercacat dan kudus”, sehingga saat Kristus datang kembali ke dunia ini
akan didapatiNya orang yang beriman yang layak dalam keselamatan Tuhan sesuai
dengan maksud dan rencana Tuhan.
Kudus (hagios) yang berarti berbeda ataupun
pemisahan, sebuah kuil disebut kudus karena berbeda dengan gedung-gedung yang
lain, binatang korban disebut korban yang kudus karena berbeda dengan binatang
yang lain. Maka demikian juga dengan orang yang beriman kepada Tuhan di dalam
Yesus Kristus, bahwa orang-orang yang berada pada jalan keselamatan dari Tuhan
akan memperlihatkan perbedaannya dengan orang-orang yang tidak percaya. Injil
Kristus akan membentuk dan menjadikan orang beriman itu menjadi orang-orang
yang layak dan yang berkenan dihadapan Allah. Sebagaimana yang dituliskan oleh
Paulus di Roma 12: 2 “Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi
berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah
kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.”
Tidak bercacat (amomos), kata ini sering dihubungkan
dengan korban persembahan, bahwa perlunya ada sebuah penelitian terhadap suatu
binatang untuk dijadikan korban. Untuk persembahan yang layak kepada Allah
diperlukan suatu korban yang tidak bercacat, sehingga suatu korban perlu
diteliti sebelum dipersembahkan. Seperti korban persembahan itu adalah korban
yang layak dan yang sempurna dihadapan Allah, demikian juga dengan orang yang
beriman juga memberikan hidupnya sepenuhnya menjadi persembahan yang sempurna
dihadapan Allah.
Maka
disinilah Paulus menekankan pentingnya memohon kepada Tuhan agar Dia menguatkan
hati jemaat, supaya jemaat tetap mengarahkan pandangan kedepan bahwa ketika
Kristus datang kembali jemaat benar-benar dilayakkan dihadapan Tuhan untuk
memperoleh janji keselamatan. Iman dan kasih yang telah ada pada mereka itu
tidak tergoyahkan tetapi justru semakin bertambah-tambah.
Renungan:
1.
Kekawatiran Paulus bahwa iman jemaat di
Tesalonika yang masih tergolong muda bisa digoyangkan bahkan bisa hilang karena
situasi yang tidak mendukung membuat Paulus harus mengusahakan agar benih Injil
yang telah ditaburkan di Tesalonika itu tidak hilang. Maka yang dapat dilakukan
Paulus adalah mengutus Timotius untuk menguatkan jemaat, kemudian dia selalu
berdoa untuk jemaat di Tesalonika dan dia juga berdoa agar Tuhan memberikan
jalan untuk bisa lagi berjumpa langsung dengan mereka supaya pengenalan mereka
tentang iman kepada Yesus itu semakin dalam.
Apa
yang bisa kita pelajari dari sini bahwa memang jika iman itu tidak dijaga dan
dirawat maka iman itu bisa hilang. Maka sama seperti yang dilakukan oleh Paulus
yang mendoakan jemaat dan juga mengutus Timotius untuk menguatkan iman jemaat,
demikian juga dengan kita saat ini, jika kita tidak memelihara dan menjaga iman
kita dengan baik, maka iman kita juga bisa hilang ditengah-tengah tantangan
zaman yang kita hadapi. Yang kita lakukan adalah tetap berdoa kepada Tuhan,
sebagaimana Tuhan pernah berkata “Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu
jangan jatuh ke dalam pencobaan: roh memang penurut, tetapi daging lemah.”
(Matius 26:41). Ada banyak tantangan dalam kehidupan ini yang harus kita hadapi
yang bisa saja melemahkan iman kita, seperti yang Tuhan Yesus katakan bahwa
daging kita ini lemah maka tetap perlu kekuatan doa untuk tetap mampu bertahan.
Kemudian selain dari topangan doa, iman juga perlu dibekali dengan kebenaran firman Tuhan, seperti Paulus yang mengutus Timotius untuk menguatkan iman jemaat maka demikian juga iman kita perlu perawatan dengan siraman dan pupuk rohani. Kita akan selalu membutuhkan pengajaran dan pengenalan akan firman Tuhan sepanjang kita hidup, seperti firman Tuhan yang mengatakan bahwa “manusia hidup bukan hanya dari roti saja, tetapi juga dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah”. Firman Tuhan akan selalu memperbaharui iman kita untuk tetap kuat menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
2.
Iman adalah suatu proses menuju pada
kesempurnaan. Keselamatan itu memang adalah anugerah Tuhan melalui Yesus
Kristus, namun kita tidak bisa katakan bahwa kalau kita sudah mengaku percaya
kepada Yesus dan kita dibaptis sudah menjadi jaminan kita masuk sorga. Memang benar
Yesus adalah satu-satunya jalan keselamatan dan kita dibenarkan hanya oleh
karena iman, tetapi kita harus ingat bahwa kita masih ada di dunia ini, selama
hidup kita di dunia ini keselamatan yang telah kita pegang itu bisa saja hilang
dan mati oleh berbagai macam situasi (perumpamaan tentang penabur). Maka dalam
nas ini Paulus sangat menekankan agar iman dan kasih mereka itu perlu untuk
terus ditambahkan dan berkelimpahan. Maka tidak cukup hanya sekedar dibaptis,
tetapi ada proses panjang yang harus kita jalani akan ketika tiba saatnya
Kristus datang kembali, kita dapati “tak bercacat dan kudus”. Sebelum kita
memperoleh kehidupan yang kekal yang Tuhan janjikan kepada kita, maka di dunia
sekarang ini kita membenahi diri dengan segala kekurangan kita, selalu
memperbaharui diri untuk semakin baik dan layak dihadapan Tuhan. Mari kita
renungkan bersama, seandainya saat ini Tuhan datang maka dengan keadaan diri
kita sekarang ini apakah kita ini sudah layak mendapatkan janji keselamatan
dari Tuhan?
Advent
I, 28 November 2021
1 Tesalonika 3: 9-13
No comments :
Post a Comment