Bacaan Firman Tuhan: Kisah Para Rasul
4: 32-37
Tentu
kita akan sangat kagum melihat cara hidup jemaat mula-mula, sebab yang mereka
perlihatkan itu adalah cara hidup yang telah dilahirkan kembali oleh kuasa
kembangkitan Yesus dan oleh kuasa Roh Kudus yang dicurahkan dalam hidup jemaat.
Cara hidup jemaat yang disaksikan di Kisah Para Rasul 2 dan 4 memperlihatkan bagaimana
sukacita jemaat dalam imannya. Beberapa cara hidup jemaat yang diperlihatkan
pada kita seperti: Bertekun dalam pengajaran, berdoa bersama, memecahkan roti
bersama, makan bersama dengan gembira sambil memuji Allah, mereka sehati
sejiwa, tidak ada yang berkekurangan sebab segala sesuatu yang ada pada mereka
menjadi kepunyaan mereka bersama.
Nama
minggu kita dinamakan Quasimodogeniti “Jadilah seperti bayi yang baru lahir”, hidup
seorang bayi yang benar-benar bergantung pada ibunya, dan dengan penuh kasih
sayang si ibu akan senantiasa memberikan yang terbaik bagi bayinya. Nas firman
Tuhan bagi kita saat ini juga hendak mengajarkan kita tentang hal ini, bahwa mereka
yang telah percaya pada keselamatan Tuhan Yesus adalah orang-orang yang dilahirkan kembali
menjadi manusia baru di dalam Yesus Kristus. Sebagai manusia baru, mereka
mempercayakan sepenuhnya hidupnya kepada Tuhan.
Sehingga
sangat menarik kita lihat bagaimana cara hidup yang diperlihatkan oleh jemaat
mula-mula ini, dikatakan “tidak seorang pun yang berkata bahwa sesuatu dari
kepunyaannya adalah miliknya sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan
mereka bersama”. Seperti yang dilakukan oleh Yusuf yang menjual ladangnya dan
kemudian hasil penjualannya diletakkan di depan kaki rasul-rasul. Tentu hal ini bukan menjadi suatu aturan yang
dipaksakan oleh para rasul saat itu, tetapi ini adalah sukarela jemaat sebagai
ungkapan imannya pada keselamatan Tuhan. Walaupun teknis pemberian yang seperti
ini bukan sesuatu yang lazim dalam konteks kehidupan berjemaat saat ini, namun ada
inti dan nilai hidup kristiani yang hendak kita terima dari sini yaitu
menyerahkan hidup kita dan segala sesuatu yang ada pada kita kepada Tuhan agar
dapat dipakai menjadi kemuliaan nama Tuhan. Sehingga apa yang dapat kita berikan
tentunya tidak hanya sebatas materi, namun kita mau mempersembahkan hidup kita
ini kepada Tuhan untuk membangun persekutuan orang-orang yang telah
diselamatkan oleh Tuhan.
Hidup
persekutuan jemaat mula-mula memperlihatkan kepada kita bahwa persekutuan
mereka tidak hanya sebatas pada ibadah bersama, berdoa bersama, makan bersama
tetapi juga hidup bersama dalam satu kasih sebagaimana yang dikatakan dalam nas
ini “mereka sehati dan sejiwa”. Yang mempersatukan mereka bukanlah ikatan
keluarga atau karena saling mengenal, tetapi mereka terikat oleh kasih Tuhan.
Doa
Tuhan Yesus sebelum menghadapi penderitaanNya yaitu supaya mereka semua menjadi
satu sama seperti Bapa di dalam Yesus dan Yesus di dalam Bapa (Yoh. 17:21) terlihat
dalam kehidupan jemaat mula-mula, yakni hidup yang sehati dan sejiwa. Kehidupan
yang seperti inilah yang Tuhan harapkan dari kita orang-orang yang telah
ditebus oleh Tuhan Yesus, bahwa relasi kita dengan Tuhan akan kelihatan dengan
relasi kita dengan sesama kita. layaknya seperti mangnet, kasih Yesus telah
menarik kita menjadikan kita semua menjadi satu dengan kasih Yesus.
Hidup
yang sehati dan sejiwa adalah buah dari karya keselamatan yang dilakukan oleh
Tuhan Yesus, bahwa Yesus sampai mati di kayu salib adalah hanya karena kasihNya
agar kita disatukan dalam kasih Allah. Seperti Yesus yang memberikan diriNya
bagi keselamatan kita, maka demikianlah dengan kita agar membuka diri,
memberikan diri kita kepada orang lain. Hal inilah yang ditunjukkan oleh mereka
yang telah menerima berita tentang keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus,
mereka berlomba-lomba, tanpa paksaan memperlihatkan kasihnya dengan
berlimpah-limpah.
Persekutuan
yang kudus yang didirikan oleh Tuhan di dunia ini bukan persekutuan yang
munafik, yang egois, sama-sama beribadah, sama-sama berdoa, sama-sama mendengarkan
firman Tuhan, bersatu di dalam doa,
bersatu di dalam ibadah namun tidak bersatu di dalam kehidupan yang nyata. Sehingga
kita hendak menggumuli kembali bagaimana kehidupan jemaat mula-mula ini, yakni
hidup yang sehati dan sejiwa ini tetap menjadi dasar kehidupan kita.
Seperti
yang diperlihatkan oleh jemaat mula-mula, bahwa mereka yang sehati dan sejiwa
memberikan apa yang ada padanya menjadi milik bersama, hal ini bisa menjadi
teladan bagi kita dengan selalu bertanya pada diri kita sendiri, apa yang dapat
kuberikan? Apa yang dapat kulakukan untuk membantunya? Artinya bahwa iman kita
kepada Tuhan akan berbuahkan kepekaan pada orang lain. Maka bagaimana kita
membangun diri kita menjadi orang yang berbahagia ketika kita dapat memberi,
dapat menolong dan dapat berbuat sesuatu hal yang baik bagi sesama kita.
1 comment :
renungan yang sangat membangun,,,Tuhan Yesus menyertai kita di sepanjang kehidupan kita.AMIN
Post a Comment