Bacaan Firman Tuhan: Yunus 3:1-10
Melanjutkan firman Tuhan di minggu yang lalu kita telah belajar bahwa Tuhan maha mengetahui, Dia tahu siapa kita dan Dia tahu perbuatan kita, Dia tahu kejahatan yang kita lakukan. Manusia bisa kita kelabui, tetapi Tuhan tidak dapat kita kelabui. Tuhan Maha mengetahui segala perbuatan kita yang tersembunyi, Dia tahu kejahatan yang kita lakukan dan Dia juga tahu kesungguhan kita mau bertobat.
Maka dalam kitab Yunus ini kita akan belajar tentang penyataan
kemuliaan Tuhan, bahwa Dia adalah Tuhan yang penuh dengan kasih anugerah dan pengampunan.
Tuhan tahu mengapa Yunus menolak perintah Tuhan dan Tuhan mengampuninya, Tuhan
tahu bagaimana kejahatan orang-orang Niniwe dan Tuhan melihat kesungguhan
orang-orang Niniwe mau untuk bertobat dari kejahatannya.
Setelah perintah Tuhan yang pertama Yunus memberontak, akhirnya
Yunus pergi melakukan perintah Tuhan kedua kalinya untuk memberitakan firman
Tuhan bahwa “Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan”. Dari ayat 8 kita dapat melihat bagaimana orang-orang Niniwe,
yaitu orang yang jahat dan penuh dengan kekerasan. Pertanyaannya kemudian
mengapa harus “empat puluh hari lagi” setelah berita penghukuman itu
disampaikan? Walaupun informasi yang kita dapatkan dalam nas ini seperti sebuah
vonis hukuman yang akan dijatuhkan, namun kita melihat ada waktu empat puluh
hari lagi barulah penghukuman akan datang. Jika kita membandingkan dengan pasal
4:2 “sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia”. Maka dalam waktu
empat puluh hari itu ada pertobatan, maka Tuhan dapat mengubah keputusanNya
untuk menghukum kota Niniwe.
Dan ternyata orang Niniwe percaya kepada
Allah, artinya bahwa mereka menerima berita itu dengan sungguh-sungguh bahwa
Allah akan menghukum mereka dan mereka mengakui dan sadar bahwa hidup mereka
itu jahat dan penuh dengan kekerasan.
Jika kita kembali ke waktu yang telah ditetapkan oleh Tuhan yaitu empat puluh hari, maka mereka semua dan juga ternak berpuasa dan memakai kain kabung, berseru kepada Allah dan berbalik dari kejahatannya. Dengan harapan bahwa disisa waktu yang ada itu “Siapa tahu, mungkin Allah akan berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang bernyala-nyala itu, sehingga kita tidak binasa.” Dan benar saja, Tuhan melihat bagaimana kesungguhan mereka untuk bertobat dari kejahatannya, sehingga Tuhan tidak jadi mendatangkan hukuman kepada orang-orang Niniwe.
Perenungan apa
yang bisa kita pelajari dari nas ini?
1.
Upah dosa adalah maut (Roma
6:23). Kebinasaan adalah konsekuensi yang tidak akan terelakkan dari setiap
perbuatan dosa. Tetapi syukur kepada Tuhan oleh kasih anugerahNya memberi kita
pengampunan. Dia memberikan kita kesempatan untuk bertobat, meninggalkan
kejahatan dan dosa-dosa kita. Tuhan telah menyatakan kemuliaanNya yang penuh
kasih pengampunan melalui Yesus Kristus yang datang ke dunia menyelamatkan kita
dari dosa. Melalui nas ini kita diingatkan bahwa Tuhan kita imani, Dialah Tuhan
yang berkuasa mendatangkan penghukuman atas dosa manusia, Dia bukan hanya Tuhan
yang berkuasa menegur kejahatan umatNya Israel, tetapi juga kejahatan
bangsa-bangsa lain. Tuhan yang kita imani, hanya Dia jugalah yang berkuasa
memberikan pengampunan. Kemuliaan Tuhan yang berkuasa menghukum atas dosa kita
dan kemuliaan Tuhan yang penuh kasih pengampunan itu telah dinyatakan kepada
kita didalam Yesus Kristus Tuhan kita.
2.
Sulit dipercaya bahwa ternyata
orang-orang Niniwe itu percaya pada firman Tuhan yang diberitakan oleh Yunus
bahwa mereka akan dihukum oleh Tuhan karena kejahatannya. Mereka bukanlah
bangsa yang percaya kepada Allah, mereka yang dikenal kejam dan jahat, tetapi
bisa bertobat. Hal menarik yang bisa kita lihat disini bahwa tidak ada yang
mustahil akan adanya pertobatan. Ketika kita sedang bergumul tentang dosa dan
kejahatan kita, ketika kita bergumul tentang kelakukan dari orang-orang yang
kita kasihi, disini kita dikuatkan untuk tidak menyerah. Jika bangsa Niniwe
yang tidak mengenal Tuhan, yang kejam dan jahat saja mau untuk bertobat, maka
tetaplah kita kuat dan bersabar memohon pengasihan Tuhan agar diri kita,
orang-orang yang kita kasihi dimenangkan oleh kuasa firman Tuhan.
3.
Takutlah akan Tuhan. Kita belajar
dari orang-oran Niniwe sangat begitu tanggap kepada firman Tuhan. Kita bisa
perhadapkan kepada diri kita sendiri, apakah kita memiliki sikap yang tanggap
dan merespon firman Tuhan seperti orang-orang Niniwe ini. Atau kita justru
mengeraskan hati kita, cuek, tidak perduli seperti yang dikatakan oleh Tuhan
Yesus “Kamu
akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu
akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap”
(Matius 13:14). Ketika kita berhadapan dengan pandemi Covid-19, ketika berbagai
bencana yang terjadi akhir-akhir ini seperti banjir, gempa bumi, longsor,
apakah kita mau tanggap menyikapinya didalam iman seperti yang sudah kita
pelajari dari Mazmur 29 bahwa suara Tuhan ada dalam badai untuk menyadarkan
kita untuk memuliakan Tuhan dalam hidup ini.
No comments :
Post a Comment