Bacaan Firman Tuhan: Mazmur 42: 1-6
Untuk
pemimpin biduan. Nyanyian pengajaran bani Korah. Seperti
rusa yang merindukan sungai yang berair,
demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah.
Jiwaku haus kepada Allah, kepada Allah yang hidup.
Bilakah aku boleh datang melihat Allah? Air mataku menjadi makananku siang dan
malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku: "Di
mana Allahmu?" Inilah yang hendak kuingat, sementara
jiwaku gundah-gulana; bagaimana aku berjalan maju dalam
kepadatan manusia, mendahului mereka melangkah ke rumah Allah dengan
suara sorak-sorai dan nyanyian syukur, dalam keramaian
orang-orang yang mengadakan perayaan. Mengapa engkau tertekan, hai
jiwaku, dan gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah!
Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan
Allahku!
Di
tengah keadaan dunia yang sedang menghadapi pandemik virus covid-19 beberapa
minggu telah kita lalui bahkan perayaan besar Jumat Agung dan Paskah harus kita
laksanakan di rumah kita masing-masing. Tentu hal ini membuat kita bertanya
“sampai kapan ibadah minggu seperti ini kita lakukan di rumah?”, kapankah kita
kembali seperti semula beribadah, berkumpul bersama dengan saudara-saudara kita
seiman di Gereja.
Jika kita mau merenungkan keadaan ini dengan iman, maka
banyak hal yang hendak diajarkan situasi ini kepada kita, tentang pentingnya
kebersihan, kesehatan, kebersamaan dalam keluarga, menggugah kita untuk semakin
mau berbagi dan lain sebagainya. Namun satu hal yang juga diajarkan kepada kita
sesuai dengan nas firman Tuhan bagi kita saat ini adalah tentang kerinduan kita
kepada Tuhan.
Apa
yang dialami pemazmur dalam nas ini kurang lebihnya memiliki sedikit kemiripan
dengan apa yang sedang kita rasakan juga di keadaan dunia saat ini. Pemazmur
berkata “Jiwaku haus kepada Allah, kepada
Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?”. Karena situasi yang sulit yang membuat pemazmur harus jauh
dari Bait Allah sehingga dia harus melewatkan hari raya besar yang seharusnya
di rayakan dengan meriah bersama-sama jemaah yang besar di bait Allah.
Karena
hal itu tidak bisa terjadi, pemazmur kehausan untuk dapat bersorak-sorai dengan
nyanyian syukur di rumah Allah. Dalam situasi seperti itu, ejekan dan
olok-olokan dari orang-orang kafir pun menerpa mereka “di mana Allahmu?” orang
kafir memiliki pandangan bahwa mereka bersama denggan allah mereka sebab mereka
tetap berada dekat dengan berhala mereka, namun umat Israel harus jauh tidak
bisa tinggal dekat dengan bait Allah sebagai tanda kehadiran Allah, mereka
terbuang jauh dari bait Allah.
Situasi ini telah mengajar mereka untuk semakin mengenl Tuhan di
masa-masa yang sulit. Walaupun situasi yang sulit itu membuat pemazmur
mengalami kesedihan yang mendalam, namun
situasi itu telah mengajarnya untuk semakin mengenal Tuhan jauh lebih dalam
lagi. Situasi, keadaan yang sulit yang kita hadapi dalam kehidupan ini
tentu bisa membuat kita terpukul, menyakitkan dan memilukan, namun jika kita
menerima setiap keadaan dengan iman, maka situasi yang sulit akan mengajar kita
untuk semakin mengenal Tuhan jauh lebih baik dan dalam lagi. Melalui nas kita
akan melihat mengajaran seperti apa yang dapat kita terima melalui situasi yang
sulit yang sedang kita hadapi:
1. Kita memiliki Allah yang hidup
Orang
kafir bisa kehilangan allahnya ketika berhalanya dihancurkan, atau mungkin
menggantikan berhala yang lain menjadi allahnya yang baru. Namun kita memiliki
Allah yang hidup, Allah yang tidak bisa dibatasi oleh situasi, tempat, jarak
bahkan kematian sekalipun tidak dapat memisahkan kita dari Allah kita yang
hidup.
Hal
ini juga yang dapat kita syukuri dari kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian.
Maut pun tidak bisa memisahkan kita dari kasih Tuhan yang menyelamatkan kita.
jika kondisi saat ini, mengharuskan kita beribadah di rumah tentu bukan artinya
kita terpisah dari Tuhan karena tidak bisa beribadah di Gereja. Persekutuan
kita dengan Tuhan tidak bisa dibatasi oleh situasi maupun tempat, dimanapun
kita berada tidak akan menjadi penghalang bagi kita untuk berdoa dan memuliakan
nama Tuhan, sebab kita memiliki Allah yang hidup.
Sekalipun
kita berada pada situasi yang sulit, air mata menjadi makanan kita siang dan
malam karena pahitnya penderitaan, tetapi lihatlah kita mempunyai Allah yang
hidup, Allah yang melihat penderitaan kita, Allah yang mendengar doa kita. Kita
mau belajar dari mazmur Daud “Tuhan adalah gembalaku.....Sekalipun aku
berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya sebab Engkau beserta
aku, tongkatMu dan gadaMu itulah yang menghibur aku, Engkau menyediakan
hidangan bagiku di hadapan lawanku, Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak;
pialaku penuh melimpah”
2. Kerinduan bersekutu dengan Tuhan
Bagi
orang yang mau membuka diri dituntun oleh Roh Kudus, situasi yang sulit akan selalu mengajarkan betapa berharganya
persekutuan dengan Tuhan. Mungkin selama ini kita sudah terbiasa akan
berkat Tuhan yang selalu mengalir dan melimpah dalam hidup kita sehingga kita
sudah mulai melupakan bahwa itu semua adalah berkat Tuhan, kita mulai membanggakan
diri, merasa itu semua adalah karena kemampuan dan kerja keras kita. Mungkin
selama ini ini, kita datang ke gereja sudah menjadi rutinitas, formalitas,
kebiasaan yang tidak memiliki dampak bagi pertumbuhan iman kita.
Bagaiamana
jika saluran berkat itu sedikit dikecilkan oleh Tuhan? bagaimana jika untuk
sementara waktu kita tidak bisa datang kebaktian di gereja? “apa reaksi kita?”.
Ketika pemazmur berada pada situasi yang sulit sehingga tidak bisa datang ke
rumah Allah, dia disadarkan betapa berharganya persekutuan dengan Tuhan di
baitNya yang kudus.
Saya
juga melihat sisi positif apa yang terjadi dan yang kita alami di keadaan dunia
saat ini, ketika mewabahnya virus covid-19 yang mengharuskan kita beribadah di
rumah. Pertanyaannya, “apakah dalam diri kita sudah lahir kerinduan untuk
bersekutu bersama-sama dengan saudara kita seiman di Gereja?”. Jika selama ini
kita kurang memperdulikan dan tidak sungguh-sungguh untuk mau datang beribadah
ke Gereja “apakah kita telah memiliki kesadaran mau bersungguh-sungguh untuk
mau datang beribadah ke gereja?” Apakah kita telah membuka diri mau diajar oleh
Roh Kudus memahami situasi, perumulan, penderitaan yang kita alami saat ini?
Berhentilah
sejenak, jangan paksakan berjalan, lihatlah kemana arah langkahmu?
Jika
engkau minum dan tetap saja kehausan, lihatlah dulu apa yang engkau minum,
apakah yang kita minum itu memang berasal dari sumber air kehidupan?
3. Orang yang beriman
bergantung pada pemeliharaan Tuhan
Pemazmur ditengah kesulitannya yang begitu dalam mulanya begitu
tertekan dan gelisah, sebagaimana yang kita rasakan ketika menghadapi persoalan
hidup. Bisa muncul ketakutan, kekawatiran, harap-harap cemas, gelisah, cemas.
Namun pemazmur dapat mengatasi kegelisahan dalam dirinya ketika pemazmur
membuka diri untuk berharap pertolongan Tuhan “Berharaplah kepada Allah!
Sebab aku akan bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan
Allahku!”.
Seperti bayi yang baru lahir yang selalu ingin akan air susu yang
murni (1 Petrus 2: 2), demikianlah hidup kita yang akan selalu membutuhkan
pemeliharaan Tuhan. Jiwa yang haus hanya dapat dipuaskan oleh Tuhan, damai
sejahtera adalah kasih karunia dari Tuhan sebagaimana Tuhan Yesus berfirman “barangsiapa
haus baiklah ia datang kepadaku dan minum” (Yohanes 7: 37).
Pergumulan
dan penderitaan itu bisa datang silih berganti dalam kehidupan ini, namun damai
sejahtera dari Tuhan kita Yesus itulah yang akan senantiasa memelihara
kehidupan kita, memberikan kita ketenangan, kedamaian, dan mengimani bahwa
Tuhan sedang bekerja mendatangkan kebaikan dalam diri kita. di situasi yang
sulit yang kita hadapi mari kita berkata “mengapa
engkau tertekan hai jiwaku, berharaplah kepada Tuhan”
Silahkan juga menonton video renungan ini di Channel YouTube Sukacitamu id
No comments :
Post a Comment