Bacaan firman Tuhan: Galatia 4: 22-28
Sebab kedua perempuan itu adalah dua
ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak
perhambaan, itulah Hagar -- Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab -- dan ia
sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan
anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah
ibu kita.
Kita
mungkin sudah mengetahui kisah Abraham, yang mana Tuhan menjadikan Abraham
bangsa yang besar. Namun Abraham dan istrinya Sara sampai umur mereka sudah tua
tidak kunjung dikaruniakan anak. Agar mereka mendapatkan anak, maka Sara
melakukan cara dengan agar Abraham mendekati Hagar yang adalah hambanya untuk
mendapatkan anak.
Dari
hagar lahirlah anak Abraham yang bernama Ismael. Namun kurang lebih 14 tahun
kemudian lahirlah anak Abraham dari Sara dan dinamakan Ishak. Walaupun keduanya
adalah sama-sama anak Abraham, namun kedua anak ini tidak memiliki status yang
sama.
Ismael
lahir adalah karena rencana manusia, namun
Ishak
lahir adalah dari janji dan rencana Tuhan
Sebagaimana
firman Tuhan yang mengatakan “Hati manusia memikir-mikirkan jalannya,
tetapi Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya” (Amsal 16:9).
Hal
ini menjadi suatu gambaran yang dibuat oleh Paulus untuk menjelaskan bagaimana
dan siapa orang Kristen yang telah percaya kepada Tuhan Yesus itu diantara
orang Yahudi dan juga orang yang tidak percaya kepada Kristus.
Bahwa
setiap orang yang telah percaya kepada Yesus Kristus, maka dalam dirinya tidak
ada darah hamba (budak) yang lahir oleh karena rencana manusia, seperti Ismael.
Tetapi melalui pencurahan darah Kristus, kita menerima darah ke-anak-an seperti
Ishak yang lahir oleh karena janji dan anugerah Tuhan.
Ketaatan
dan status seorang hamba dan anak tentu akan berbeda, seorang hamba (budak)
akan melakukan pekerjaannya karena formalitas sehari-hari, dipaksa dan disuruh
namun tidaklah demikian seorang anak, yang melakukan perintah bapanya karena
kasihnya.
Demikian
halnya kita sebagai anak-anak Allah, melakukan firman Tuhan bukanlah karena ada
aturan atau karena dipaksa bahkan melakukan firman Tuhan sekedar formalitas. Contoh
sederhana dalam keseharian kita; ada atau tidaknya larangan membuang sampah
sembarangan, namun sebagai warga yang perduli akan kebersihan, tentu kita tidak
akan membuang sampah di sembarang tempat.
Demikian
halnya melakukan firman Tuhan, cara kita dalam menghidupi firman Tuhan bukanlah
seperti orang Yahudi yang melakukan firman Tuhan yang kaku pada aturan tertulis.
Namun kita melakukan firman Tuhan bukan karena sudah diaturkan, bukan karena
dinasehati, bukan karena diingatkan ataupun disuruh, namun melalui darah
Kristus yang tercurah, hokum Tuhan yang berguna bagi hidup kita bukan lagi ada
diluar diri kita, tetapi telah ditanamkan oleh Tuhan didalam diri kita, bahwa
Tuhan ada didalam diri kita, sehingga kita tahu mana yang patut kita lakukan,
perbuat dan kita melakukannya dengan sukacita.
No comments :
Post a Comment