Bacaan Firman
Tuhan: 2 Raja-raja 20: 1-7
Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah
nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN:
Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak
akan sembuh lagi." Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia
berdoa kepada TUHAN: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di
hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa
yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. Tetapi
Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah firman
TUHAN kepadanya: "Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia, raja umat-Ku:
Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan
telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku akan menyembuhkan engkau; pada hari
yang ketiga engkau akan pergi ke rumah TUHAN. Aku akan memperpanjang hidupmu
lima belas tahun lagi dan Aku akan melepaskan engkau dan kota ini dari tangan
raja Asyur; Aku akan memagari kota ini oleh karena Aku dan oleh karena Daud,
hamba-Ku." Kemudian berkatalah Yesaya: "Ambillah sebuah kue
ara!" Lalu orang mengambilnya dan ditaruh pada barah itu, maka sembuhlah
ia.
Firman
Tuhan ingin mengajak kita menghayati hidup yang Tuhan berikan kepada kita. Hidup
orang Kristen memiliki karakter yang istimewa, karena kita hidup bukan seperti
ciptaan Tuhan yang lain yang menerima kenyataan apa adanya. Hidup orang Kristen
bukanlah hidup yang pasif menerima segala sesuatu sebagai ‘nasib’. Tetapi Tuhan
memberikan kita ruang, waktu dan kesempatan melakukan komunikasi yang intim
dengan Tuhan pencipta kehidupan.
Di
satu sisi kita mengakui bahwa keputusan Tuhan itu adalah mutlak dan kita yakini
segala yang di perbuat Tuhan adalah yang terbaik. Namun di sisi lain Tuhan juga
memberikan ruang kesempatan bagi kita melalui komunikasi yang intim denganNya
menyampaikan seruan permohonan kepadaNya. Yang dimaksud disini kita bukan mau
mengatur keputusan Tuhan, sebab pada akhirnya keputusan Tuhan adalah mutlak,
namun kita mau di ingatkan bahwa melalui komunikasi kita yang intim kepada
Tuhan kita mau untuk menghargai hidup yang diberikan oleh Tuhan bahwa kita
mengakui bahwa Tuhan berdaulat atas hidup ini, dan kita juga menghargai iman
yang telah kita terima, bahwa iman itu adalah perbuatan kuasa Tuhan yang dapat
memperbaharuai.
Hal
ini dapat kita lihat jelas dalam kehidupan Hizkia, yang mana Tuhan
memperpanjang umurnya 15 tahun lagi. Padahal sebelumnya Tuhan telah menetapkan
bahwa Hizkia tidak akan sembuh lagi dan akan mati. Namun seruan doanya dan air
mata yang tumpah karena kepenihannya mendengar berita itu melalui Yesaya di
dengar oleh Tuhan. Maka sesuai dengan kehendakNya Tuhan mengubah rencanaNya
atas hidup Hizkia.
Kita
harus pahami, bahwa doa Hizkia bukanlah doa yang asal-asalan yang terucap. Namun
ini adalah doa yang tulus sebagaimana dirinya hidup di hadapan Tuhan. Antara hidup
yang dijalani dengan doa yang disampaikan kepada Tuhan itulah adanya. Tidak ada
yang bertolak belakang antara doa dengan kenyataan hidupnya. Disini kita dapat
melihat bagaimana Tuhan begitu menghargai kesungguhan dari doa orang yang tulus
hidup dalam firman Tuhan.
Jika
kita mencoba menggali lebih jauh makna dari kisah Hizkia ini, bahwa ternyata
apa yang terjadi pada Hizkia ini terjadi juga dalam kehidupan kita, entah kita
menyadarinya atau tidak. Ketika merayakan ulang tahun kita bernyanyi dan berdoa
“panjang umurnya….” Dan dalam doa
kita selalu kita panjatkan doa akan umur yang panjang. Ternyata doa itu sangat
berdampak bagi kehidupan kita. Jika Hizkia diperpanjang umurnya 15 tahun, namun
kita bisa saja kurang atau lebih dari 15 tahun Tuhan memperpanjang hidup kita. Jika
kita mau bersyukur bagaimana ketika Tuhan menyelamatkan kita dari sakit
penyakit, musibah dan sebagainya. Mungkin kita tidak sadar mungkin semalam,
seminggu lalu atau pada tahun-tahun yang lalu Tuhan sebenarnya sudah
memperpanjang umur kita. Meluputkan kita dari musibah, kecelakaan, sakit
penyakit dan sebagainya.
Seperti
lagu rohani yang syairnya berkata “Hidup
ini adalah kesempatan…”. Jika sampai saat ini kita hidup, maka sebenarnya
hidup kita saat ini adalah kesempatan. Maka bagaimana kita mensyukuri dan
memakai kesempatan hidup yang diberikan oleh Tuhan. Sebagaimana Rasul Paulus
menuliskan “Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja
memberi buah” (Filipi 1: 22).
Dan
satu hal yang kita syukuri melalui iman kita kepada Tuhan Yesus, bahwa kita
telah di berikan kesempatan memperoleh hidup, yaitu hidup yang kekal. Bukan maut
yang menjadi bahagian dari orang yang beriman, tetapi hidup yang kekal. Melalui
kasih Allah yang besar, telah memberikan kita hidup sampai selama-lamanya.
No comments :
Post a Comment