Bacaan Firman Tuhan: Ayub 38:1-11
Segala sesuatu dimungkinkan bisa terjadi
dalam kehidupan manusia (All things is possible). Suatu ketika bias saja kita
mendapatkan apa yang kita dambakan atau yang kita impikan, namun bias juga
sebaliknya sesuatu yang tidak kita harapkan bias terjadi. Terkadang kita
bersedih, namun terkadang kita bersukacita.
Dalam kehidupan manusia banyak
hal-hal yang tidak mampu terjangkau dengan akal. Ada banyak
pertanyaan-pertanyaan tentang perkara kehidupan yang tidak dapat dijawab. Ada banyak
orang yang mempertanyakan kehidupannya karena ternyata hidup yang dia alami
tidak seperti yang dia pikirkan atau bahkan jika membandingkan kehidupannya
dengan kehidupan orang lain.
Kisah hidup Ayub pun demikian. Dia mempertanyakan
kehidupan yang sedang dia alami. Bagaimana tidak! Jika semua harta yang begitu
banyaknya semua lenyap, penyakit yang merongrong tubuhnya, semua anaknya
meninggal, dan istri beserta teman-temannya ikut-ikutan menjatuhkan semangat
hidupnya.
Jika teman-temannya mengatakan: “itu
semua terjadi karena dosamu yang besar!” namun ketika dia membilang-bilangi
segala perbuatan dan tingkah lakunya, Ayub merasa benar. Bahkan Allah sendiri
sudah mengatakan tentang dirinya yang mengatakan: “Sebab tiada seorang pun di bumi
seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi
kejahatan” (Ayub 1: 8).
Kita pun mungkin pernah mengalami
sikap seperti Ayub yang mempertanyakan keadaan yang kita alami, “mengapa hal
seperti ini terjadi dalam diriku?”. Namun Firman Tuhan yang menjadi bacaan kita
saat ini ingin menyatakan kepada kita, bahwa:
Kita tidak memiliki HAK untuk mempertanyakan perkara apapun itu kepada
Tuhan, dan
Tidak ada KEWAJIBAN Allah untuk
menjawanb pertanyaan kita
Dalam arti, ketika kita telah
mengenal dengan baik siapa itu Tuhan, bagaimana kasih dan kuasanya, tentunya
kita tidak lagi bertanya-tanya tentang apapun yang sedang terjadi dalam hidup
kita. Sebab keyakinan kita hanya satu, yakni seperti yang tertulis dalam 1 Korintus
10:13 “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa,
yang tidak melebihi kekutan manusia, sebab Allah setia, dank arena itu Ia
tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu
dicobai, Ia akan memberikan kepadamu jalan keluar, sehingga kamu dapat
menanggungnya”. Segala sesuatu dimungkinkan terjadi dalam kehidupan
ini, dan Tuhan bisa saja mengijinkannya terjadi, namun tidak lebih dari
kekuatan kita, bahkan Tuhan bersedia memberikan jalan keluar agar kita mampu
menanggungnya.
Kemudian hal yang terpenting dan
yang utama dapat kita petik dari kisah Ayub dan juga ayat bacaan kita saat ini
bahwa penderitaan yang dialami Ayub bermula ketika Tuhan mengijinkan iblis
untuk mencobai Ayub ketika si iblis mengatakan: “Apakah dengan tidak mendapat
apa-apa Ayub takut akan Allah?”. Yang dimaksud si iblis bahwa sesungguhnya
kebaikan Ayub itu adalah karena Tuhan memberkati dengan melimpah kehidupannya,
dan seandainya Tuhan mengambil semua yang ada padanya pastilah Ayub akan
mengutuki Tuhan. Namun kisah Ayub jika kita simak bersama, ternyata apa yang di
katakana si iblis tidaklah terjadi, Ayub tidak pernah mengutuki Tuhan bahkan
meninggalkanNya. Ayub tetap setia dalam penderitaannya, walaupun muncul
pertanyaan-pertanyaan dalam dirinya tentang semua hal yang terjadi, dan pasal
38 yang telah kita baca ini menjadi jawaban atas pertanyaannya yang disampaikan
Allah justru melalui pertanyaan, yang ingin menyatakan bahwa sungguh Ayub tidak
memiliki hak untuk bertanya.
Maka kita diingatkan supaya tidak
memiliki iman yang mengait, seperti pepatah yang mengatakan “ada udang dibalik
batu”. Kedekatan dengan Tuhan karena ada maunya, supaya kedekatan kita dengan
Tuhan bukan karena mengharapkan keinginan-keinginan duniawi. Baik dalam suka
maupun duka, tetaplah iman kita teguh tak tergoyhkan. Seperti yang tertulis
dalam Roma 8: 28: “Bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia”
No comments :
Post a Comment